Empat Belas

169 9 0
                                    

Udah tau berharap kepada manusia itu sakit, masih aja berharap. Lu lupa? Ada Allah tempat berharap yang gak akan pernah mengecewakan lu.

-Kekasih Halalku-

Hari ini Azka akan balik lagi ke pesantren, ia diantar oleh kedua orang tuanya.

"Azka? Mau kemana dia?"

Kevin menatap sendu gadis yang tengah duduk didalam mobil itu, terlihat sekali raut kecewa di mata nya.

Sekecewa itukah Lo ke gue Ka? Sampai Lo berpura-pura tak melihat gue?. Kevin tak bisa menahan bulir air mata yang berjatuhan membasahi pipinya.

Gak nyangka aja sampe kek gini. Gue akui, gue mencintai Lo Ka, tapi gue gak bisa memiliki Lo. Kita gak ditakdirkan buat bersama. Dan gak akan pernah bersama.

Azka berusaha terlihat baik-baik saja, ia tau lelaki itu melihatnya. Tapi ia tak ingin lagi mengingat lelaki itu, ia harus benar-benar mundur, cukup satu kali ia kecewa oleh lelaki itu. Ini pertama kalinya air matanya jatuh karena seorang lelaki.

Sepanjang perjalanan Azka hanya terdiam sambil terus menatap keluar jendela mobil.

"Sayang? Kamu nangis? Ada apa?" Pertanyaan itu berasal dari Ani yang duduk didepan, Ari yang juga mendengar pertanyaan dari istrinya itu langsung melihat Azka melalui spion tengah mobil.

Azka langsung menghapus jejak air matanya. "Gak papa Ma," jawabnya tersenyum kecil.

"Gak mungkin gak ada apa-apa sampe nangis kek gitu," ucap Ani khawatir.

"Kamu gak mau balik ke pondok?" Pertanyaan itu berasal dari Ari yang tengah menyetir.

"Gak gitu Pa, Azka seneng banget kok dah mulai masuk pondok lagi, hehe ya wajarlah Pa nangis dikit soalnya kan gak bisa ketemu Mama sama Papa buat beberapa bulan kedepan." Azka mencoba mencari alasan yang tepat agar kedua orang tuanya tak khawatir dengannya.

"Gak papa Ka, kan setiap Jum'at ada liburnya yang bisa dimanfaatkan untuk telfonan bareng Mama dan Papa kalo kamu kangen, ntar kan juga ada waktu kunjungannya." Jelas Ani tersenyum mencoba menghibur Azka. Azka hanya mengangguk sebagai jawaban.

🌿🌿

Pagi ini Azka lebih memilih duduk sendirian di taman yang berada disebelah perpustakaan, ia hanya fokus dengan tugasnya menghafal surah Al-mulk yang diberikan oleh ustadzahnya kemarin siang.

"Azka?" Tanya Syifa ikut duduk disamping Azka. Gadis itu menyudahi bacaannya lalu  menoleh ke sumber suara.

Syifa tersenyum. "Gak papa Ka, aku cuma mau nemenin kamu disini."

Azka mengernyit heran mendengar ucapan Syifa. "Maksud lu?"

"Beberapa hari ini, aku liat kamu sendirian terus Ka, wajahmu ditekuk terus, gak mau main bareng aku dan yang lain, dikamar pun kamu cuma diam doang biasanya kamu yang heboh. Sekarang kamu udah keliatan agak mendingan, mau cerita sesuatu gak?" Jelas dan tanya Syifa, berharap gadis itu mau berbagi cerita padanya.

Azka terperangah mendengarnya, ia tak percaya ada yang peduli dengannya. Ia pikir Syifa akan bodo amat dengan dirinya yang tetiba jadi pendiam.

"Eh? Kalo kamu gak mau cerita juga gak apa-apa kok Ka," lanjut Syifa kala tak mendapat jawaban dari Azka.

"Sebelumnya makasi udah nanyain gue," ujar Azka tersenyum.

"Gue bingung mau mulai dari mana, tapi lu pernah kecewa karena laki-laki gak?" Lanjut Azka bertanya.

"Kalo dibilang pernah, ya pernah kecewa Ka, jadi kamu lagi kecewa karena laki-laki nih?" Azka mengangguk mendengar pertanyaan Syifa.

"Keknya gue yang terlalu berharap ke dia deh Fa, ini pertama kalinya gue sekecewa ini karena laki-laki," ujar Azka tertunduk.

"Aku pernah dengar ceramah dari ustadzah waktu itu, katanya Allah sebaik-baiknya tempat berharap Ka, karena Allah gak akan pernah ngecewain hamba-Nya. Dari sana aku belajar, aku gak mau berharap lebih sama manusia."

"Dan, bisa jadi kekecewaan kamu sekarang adalah cara Allah menjauh kan kamu dari orang yang tidak tepat Ka, karena Allah sudah menyiapkan seorang lelaki terbaik untuk kamu kelak," lanjut Syifa tersenyum.

Azka masih mencoba mencerna perkataan Syifa, apa mungkin Kevin memang bukan lelaki yang tepat untuknya? Karena itu dia begitu kecewa mendengar penolakan dari lelaki itu. Atau mungkin? Azka lah yang tidak tepat untuknya?

Azka kembali menunduk, ia masih merasa tidak tenang saat ini, rasa kecewa itu kembali menghampirinya.

"Ka, kalo kamu masih merasa sakit hati, mending kamu sholat deh Ka, deketin diri ke Allah." Syifa mengusap pundak Azka.

Azka menatap Syifa dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Lu yakin ini cara paling ampuh?"

"Yakin banget Ka, kalo gak ke Allah ke siapa lagi kamu mau ngadu? Aku cuma bisa ngasih saran ke kamu Ka, percaya deh kamu bakalan lebih tenang," ujar Syifa tersenyum.

"Makasi ya udah mau ngasih saran ke gue," ucap Azka ikut tersenyum.

Baiklah. Gue bakal berusaha lupain dia, bener kata Syifa, masa gue lupa ada Allah tempat mengadu. Ada Allah yang gak akan pernah ngecewain gue.

🌼🌼🌼

Lama banget gak up cerita ini, huhu maaf ya manteman.

Makasi buat kalian yang udah baca cerita ini, yang udah nambahin ke reading list juga, yang udah ngasih vote juga.

Jumpa dipart selanjutnya ya🤗

Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang