Enam Belas

200 8 1
                                    

Aku tau, tak hanya aku yang membisikan namamu kebumi. Entah do'a siapa yang akan mengguncang Arsy Allah. Yang pasti dia adalah orang yang paling beruntung jika berhasil memilikimu.-Kevin

-Kekasih halalku-

"Hallo assalamualaikum?"

Gadis itu tertegun mendengar ucapan salam dari penelepon diseberang sana, pasalnya suara itu begitu familiar ditelinganya ia baru saja menerima telepon dari nomor yang tak ia kenal.

"Hallo? Assalamualaikum?"

Azka tersadar dari lamunannya. "Wa-waalaikumsalam, i-ini siapa?" Tanya Azka terbata.

"Gue yakin, Lo pasti udah nebak siapa gue Ka. Maaf ya, gue hubungi dengan nomor baru." Jelas lelaki itu yang membuat jantung Azka berdetak begitu kencang.

Ka, lu harus biasa aja!

"Iya Pin, ada perlu apa nih tetiba nelfon gue?" Tanya Azka, ia begitu yakin lelaki itu adalah Kevin.

"Gu-gue mau ngomong sesuatu ke lo Ka,"

"Tentang apa?"

"Perasaan yang pernah lo ungkapin ke gue Ka,"

Azka terdiam mendengar jawaban Kevin, ia sedikit bingung dengan lelaki itu yang tiba-tiba menghubunginya setelah 2 tahun tak pernah bertemu dan berkomunikasi, lalu lelaki itu ingin membahas perasaannya waktu itu?

"Sebelumnya, apa lo bersedia bertemu dengan gue setiap hari?" Tanya Kevin tersenyum, ia tau tak seharusnya ia membahas ini lewat telfon.

Azka mengernyit mendengar pertanyaan itu. "Ma-maksud lu apaan?"

"Gue ubah deh pertanyaannya, maaf ya. Perasaan yang waktu itu apakah masih ada Ka? Jika memang masih ada, apa gue boleh mengejar lo balik? Maaf jika gue ngebahas ini lewat telfon, soalnya gue gak bisa nemui Lo secara langsung, jika jawaban lo sesuai ekspektasi gue, gue bakal nemuin orang tua Lo secepatnya."

Azka masih mencerna penjelasan lelaki yang masih setia berada dihatinya itu. Ia masih tak percaya dengan pertanyaan dan pernyataan lelaki itu padanya. Bohong jika perasaan itu sudah hilang, Azka masih tetap mencintai lelaki itu namun caranya sudah berbeda.

"Jangan becanda Pin, gak lucu."

"Gue gak bercanda Ka, gue serius. Untuk apa gue bercanda soal perasaan."

Azka terdiam sebentar. Ia berharap apa yang tengah didengarnya kali ini bukanlah sebuah mimpi.

"Bo-boleh gue cari jawabanya dulu?"

"Tentu saja boleh, gue bakal tunggu jawaban Lo Ka. Apapun itu gue bakal terima, btw telfonnya gue tutup dulu ya? Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Azka menatap layar ponselnya begitu lama, ia masih bertanya apakah ia sedang bermimpi?

"Ka? Belum tidur?" Pertanyaan itu menghentikan lamunan Azka, ia mengarahkan pandanganya kepintu kamarnya. Terlihat, seorang wanita paruh baya berjalan memasuki kamarnya.

Azka tersenyum. "Belum Ma," jawab Azka seadanya.

Ani duduk disisi ranjang, ia mengusap rambut sebahu putri bungsunya itu. "Abis ditelfon siapa?"

"Kevin Ma," jawab Azka pelan.

"Nak, kamu minta petunjuk ke Allah, Mama tau cuma Allah yang bisa ngasih kamu petunjuk, libatkan Allah."

Azka menatap Ani dalam, bagaimana Mamanya itu tau ia sedang bingung memikirkan pertanyaan Kevin barusan.

"Mama tau kok yang dibahas Kevin, pokoknya nanti Mama kasih tau kalo kamu udah ngasih jawaban ke dia, apapun itu Mama bakal dukung Ka," ujar Ani tersenyum.

"Bentar deh Ma, gimana Mama bisa tau? Apa Kevin udah bilang duluan ke Mama?" Ani hanya mengangguk mendengar pertanyaan dari putrinya itu, lalu ia beranjak mematikan lampu kamar Azka.

"Udah malam, tidur sekarang ya Ka," ujar Ani melangkah keluar kamar.

Azka masih mencoba mencerna perkataan Ani, sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang muncul dibenaknya sekarang. Entah apa yang tak ia ketahui selama ia berada di pesantren.

"Dahlah, keknya emang harus istikharah dulu deh." Ujarnya lalu mencoba untuk tidur.

🌿🌿


Aku tau, tak hanya aku yang membisikan namamu kebumi. Entah do'a siapa yang akan mengguncang Arsy Allah. Yang pasti dia adalah orang yang paling beruntung jika berhasil memilikimu.
Aku tau Ka, kamu pasti kesal dengan pernyataan ku tadi, setidaknya aku harus mencoba untuk mendapatkan mu. Jika rasa itu sudah tak ada lagi untukku, ku harap kamu dapat yang lebih baik dariku Ka, aku gak pasrah kok, hanya saja aku percaya dengan ketetapan Allah. Dan kamu juga berhak untuk memilih.
Apapun jawabanmu nanti, aku akan menerimanya dengan lapang dada Ka.

Kevin masih setia berdiri didepan jendela kamarnya, menatap bintang-bintang yang bertaburan dilangit, dengan senyumnya yang masih mengembang.

"Belum dijawab udah senyam senyum aje lu!"

Azka menoleh kesumber suara yang berasal dari pintu kamarnya, ia mendapati lelaki yang terpaut usia 2 tahun dengannya itu memasuki kamarnya, lalu berbaring diatas ranjangnya. Siapa lagi kalau bukan Sajid-sepupu Kevin.

"Apaan sih lu Bang? Gak bisa liat gue bahagia aja lu," ujar Kevin melempar bantal yang sedari tadi ia peluk.

"Yaelah Pin, siapa lagi yang bakal ngeledekin lu selain gue coba?" Tanya Sajid tertawa.

Kevin menghela napas lalu ikut duduk disamping Sajid. "Bang, do'ain gue yak apapun keputusan dia semoga gue bisa ikhlas nerima itu."

"Gue pasti do'ain lu Pin, tapi kok lu kek pesimis gitu sih? Percaya deh, dia pasti nerima lu," ujar Sajid menepuk bahu Kevin.

Lelaki itu tak ingin begitu berharap, jika nanti jawaban Azka tak sesuai ekspektasinya setidaknya ia tidak begitu kecewa.

"Makasi ya Bang," ucap Kevin tersenyum.

Mencintai tak harus memiliki bukan? bisa saja kamu mencintai seseorang, bisa saja kamu menginginkan orang itu menjadi kekasih halalmu. Jika Allah sudah mentakdirkan kita untuk bersama maka Allah akan mempermudah jalanya untuk menyatukan kita, namun jika Allah tidak mentakdirkan kita untuk bersama maka apapun cara yang sudah ditempuh tak akan bisa mengubah takdirnya. Jalur langit memang tak pernah salah, tapi ada orang lain yang lebih kuat menginkanmu. Ada orang lain yang berjuang begitu hebat disepertiga malamnya untuk mendapatkanmu.

Percayalah apapun takdirnya adalah yang terbaik untuk.

Sajid hanya tersenyum ia ikut bahagia dengan kabar sepupunya, ia yakin bahwa gadis itu akan menerima lamaran Kevin.

🌼🌼🌼

Maafkan typo dan tanda baca yang masih berserakan. 🙏

Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang