delapan

178 13 2
                                    

Aku rapuh jika tak bisa melihat senyumanmu lagi, aku rapuh jika tak bisa mendengar tawamu lagi. Karena itu sudah menjadi candu bagiku.
-Kevin-

-Kekasih Halalku-

Beberapa minggu kemudian

"assalamualaikum," ucap salam Kevin memasuki ruangan.

"Wa'alaikumsalam," jawab salam wanita tersenyum sendu.

Kevin melangkahkan kakinya mendekati wanita itu dengan seorang gadis yang tengah terbaring diatas brankar. Kevin meletakkan sebuket bunga diantara tiga buket lainya diatas nakas disamping brankar, Kevin memandangi semua buket itu dengan senyum tipisnya.

Masih belum melihat semua buket ini ya?

"Vin, kamu tungguin Azka ya. Tante mau sholat bentar, sekalian ajak ngobrol kayak biasanya siapa tau Azka denger suara kamu." pinta Ani tersenyum yang langsung diangguki Kevin. Ya. Gadis yang terbaring itu adalah Azka.

"Ka, gue dateng lagi nih. Btw ini udah hari ke tujuh lo rebahan mulu, lo gak capek apa? Tau gak? Gue rindu banget suara lo, gue rindu tawa lo Ka, kapan lo bangun? Semua buket ini udah gue bawain buat lo, tapi belum satu pun yang lo pegang," Tanya Kevin duduk disamping brankar Azka. Ya. Gadis itu dalam masa koma, dan ini adalah hari ketujuh dia koma dan belum sadarkan diri semenjak kecelakaan itu.

Kevin menatap wajah Azka sendu, matanya tak kunjung terbuka. Tak terasa cairan bening membasahi pipi Kevin.

"Ka, besok gue mau masuk pesantren," ujarnya mengusap kepala Azka pelan.

"Lo tau? Kita gak bakal ketemu lagi sampe beberapa bulan Ka, hari ini gue mau pamitan sama lo dan yang lain. Eh? Taunya lo malah tiduran disini dan belum bangun, nanti kalo lo bangun jangan sedih ya karena gak ketemu gue," ujar Kevin menggenggam dan mencium punggung tangan kiri Azka. Air matanya tak berhenti menetes.

"Gue mencintai lo Ka," lanjutnya tertunduk.

Pintu ruangan terbuka. Ani sudah kembali dari mushola. Ia berjalan mendekati Kevin lalu mengusap punggung pemuda itu pelan.

"Vin, kamu do'ain Azka biar cepat siuman ya," ujarnya tersenyum yang di angguki Kevin.

"Tante, maaf ya Kevin selalu kek gini kalo ketemu Azka," ujar Kevin berdiri dari duduknya lalu menghapus jejak air mata dipipinya.

Ani terkekeh mendengar ucapan maaf dari remaja lelaki itu. "Gak apa-apa, karena Tante tau kamu orang baik," ucap Ani tersenyum.

Kevin terkekeh mendengar ucapan Ani. "Tante, besok Kevin udah masuk pondok, jadi Kevin gak bisa dateng lagi nemenin Azka, Kevin titip surat ini buat Azka ya Tan," jelas Kevin memberikan sebuah amplop kepada Ani.

"Baiklah, yang rajin belajarnya dan semoga betah disana," ujar Ani mengusap pundak Kevin.

Kevin mengangguk dan tersenyum. "Kalo gitu, Kevin pamit dulu ya Tan," ujarnya yang diangguki Ani.

Selang beberapa menit, Icha, Rian, beserta Denis memasuki ruang rawat Azka. Mereka juga membawa sebuket bunga kali ini, biasanya tak ada yang mereka bawa jika datang membesuk Azka yang masih belum sadar dari komanya. Rian menaruh buket itu diatas nakas, dimana terdapat 4 buah buket bunga dengan warna yang berbeda.

Buketnya banyak banget, siapa yang ngirim ini semua?. Rian tersenyum sendu menatap buket itu.

"Tante, maaf kita baru bisa kesini lagi," ujar Icha mencium punggung tangan Ani yang juga diikuti Rian dan Denis.

"Gak apa-apa, yang penting kalian datang jengukin Azka, do'ain ya semoga Azka cepat sadar," ucap Ani tersenyum.

"Tante, kata Kevin dia minta maaf gak bisa ikut bareng kita, soalnya dia besok mau masuk pesantren jadi hari ini dia packing barang yang mau dibawa besok," jelas Icha yang diangguki Rian dan Denis.

Ani sedikit terkejut mendengar ucapan Icha, pasalnya belum beberapa menit Kevin pamit pulang pada dirinya, selama beberapa hari ini memang Ani akui, bahwa Kevin datang membezuk Azka sendirian.

"Gak apa-apa, Tante juga paham," ucap Ani tersenyum. Sebenarnya Ani tengah menahan senyumnya, ia paham kenapa Kevin bersikap seperti tadi setiap mengunjungi putrinya.

🌿🌿

Sepanjang jalan Kevin hanya bisa tersenyum sendu mengingat hari-hari yang ia lalui dengan keempat sahabatnya, terlebih lagi kebersamaanya dengan gadis tomboy itu. Bahkan hari dimana kecelakaan itu terjadi.

"Pin, gue mau ngasih kejutan buat Icha tapi Lo bantuin gue yak, Rian dan Denis lagi beliin kue dan sekarang Lo bantuin gue nyariin kadonya, gue bingung mau ngasih apaan buat dia." Azka kebingungan memikirkan kado yang akan ia berikan untuk Icha, sedangkan Rian, Kevin, dan Denis sudah menyediakan kado masing-masing untuk gadis itu.

"Iya dah, lagian Lo kemarin gak mau ikut kita bertiga buat nyari kado Icha," ujar Kevin terkekeh.

"Aelah, kemarin kan gue bareng Icha Mulu. Yakali gue ikut kalian bareng Icha juga." Azka menaiki motornya.

"Ka? Lo kenapa? Kok bengong?" Tanya Kevin kala melihat Azka yang terdiam sambil memegang helmnya.

"E-eh? Enggak kok, gue gak bengong," jawab Azka terbata.

"Lo lagi mikirin apaan?"

"Gue baik-baik aja beneran dah," jelas Azka tersenyum lalu memakai helm full facenya.

"Ya udah deh, Eh? Ini kita gak satu motor aja?" Tanya Kevin yang mendapat gelengan dari Azka.

"Gak deh, gue mau nyetir sendiri ntar kalo motor gue ditinggal disini, siape yang jagain?" Tanya Azka.

"Eh iya juga yak, tapi lo yakin nih?" Tanya Kevin memastikan.

"Yakinlah!" Kesal Azka menyalakan motornya.

"Azka!!!" Teriak Kevin menambah kecepatan motornya kala melihat Azka yang menabrak pembatas jalan dari beton.

Seketika banyak orang berdatangan mengerumi Azka yang terlempar, motornya hancur dibagian depan, untung saja tak ada kendaraan lain yang ikut menjadi korban.

"Ka! Bangun Ka!" Teriak Kevin berusaha menyadarkan gadis itu. Kevin membuka helm Azka, tak ada luka dikepalanya namun gadis itu tak sadarkan diri.

"Mas, langsung bawa kerumah sakit aja, soalnya tadi saya lihat kepalanya kebentur Mas," usul salah seorang bapak-bapak disana. Kevin langsung menggendong Azka, untung saja ada orang yang berbaik hati ingin mengantarkan Azka kerumah sakit dengan mobilnya.

Setelah diperiksa, Azka dinyatakan koma oleh dokter karena benturan dikepalanya yang cukup keras, meskipun ia sudah memakai helm. Orang tua Azka sudah dikabari oleh Kevin begitu juga dengan teman-temanya.

Ka, andai gue ngelarang lo buat nyetir sendiri waktu itu, mungkin lo masih ada disini bareng kita. Gue tau mungkin ini udah takdir lo, tapi gue ngerasa bersalah banget Ka, gue udah ngelihat lo pucet dan kek ada yang lagi lo pikirin hari itu. Tapi kenapa gue tetap biarin lo nyetir sendiri? Gue bodoh ka! Gue bodoh gak bisa ngelarang lo!. Air mata Kevin kembali menetes jika mengingat hari itu. Kecelakanya memang tak terlalu parah, tapi dampaknya begitu parah ditubuh gadis itu.

🌼🌼🌼

Next part

Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang