Satu

686 23 6
                                    

-Kekasih halalku-

"Ada tambahan lagi Mas?"

Pertanyaan inilah yang selalu gue dapet saat gue keminimarket, bukan apa-apa. Sebenarnya setiap kasir minimarket akan bertanya seperti itu. Tapi yang ini bikin gue jijik! Udahlah Mbak kasirnya genit ke gue! Di tambah lagi dia manggil gue 'Mas'. Dikira gue Mas-Mas apa?!

Gue hanya menggeleng dan tersenyum tipis sebagai jawaban.

"Kalo gitu pulsa aja ya Mas? Berapa nomornya? Atau gak usah pulsa deh Mas, nomor Mas nya aja mana? Biar saya save." Mbak kasir itu mengedipkan matanya sebelah.

Astaghfirullah, pengen muntah gue! Ni Mbak kasir ngebet banget dah pengen dapet nomor gue. Buat apa coba?! Lama-lama kesel juga gue selalu di tanyain begitu.

"Bisa di percepat gak Mbak? Saya buru-buru nih."

Nah kan bener! Segera di itung kan belanjaan gue. Kalo gue bilang gitu pasti dia bakal berenti nanya.

Huft! Lega banget bisa segera keluar dari minimarket ini, eh lebih tepatnya pergi dari Mbak kasir genit itu. Gue geli campur jijik liat wajah centil kasir cewek itu! Sok di imutin!

Eh, ampe lupa. Kita belum kenalan kan ya? Nama gue--

"Azka!"

Nah, itu nama gue. Dah di sebut sama sahabat terbaik gue. Eh?
Astaga. Kenapa nih sahabat gue? Lari-larian gitu kek abis di kejar maling aja, eh kebalik. Maksud gue kayak maling yang lagi di kejar-kejar aja. Eh?

"Lo ngapa dah?"

"Bantuin gue, pliss!"

Ni anak kalo dah kayak gini pasti lagi butuh uang. Namanya Icha, sahabat gue dari kecil.

"Bantu apaan?"

Icha nyengir kuda. "Gue mau jajan, Mama gue belum balik. Jadi lo paham lah ya?" tanyanya yang membuat gue jengah.

"Nih, buruan gue tunggu di sini!" gue mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah dan memberikannya pada Icha.

Gadis itu tersenyum senang, lalu segera berlari memasuki minimarket tanpa sepatah katapun. Emang gak tau diri tu anak!

Hampir satu jam gue nungguin Si Icha, entah apa yang dia beli sampe selama itu.

"Lama banget! Lo beli jajan apa berak di sana?" kesal gue kala Icha berjalan ke arah gue dengan dua kantong berukuran besar.

"Maklumlah, lo tau kan kalo gue jajan milihnya lama," jawabnya berjalan mendahului gue.

"Lama-lama gue puyeng nungguin lo kayak gini terus."

"Maaf deh, makasih pinjamannya nanti gue ganti," ucap Icha memeluk erat badan gue.

"Cha! Jangan peluk gue! Jijik tau!" Icha tertawa mendengar teriakan gue, ia melepas pelukannya.

Langsung saja gue menoyor kepalanya. "Udah gue bilang jangan peluk-peluk!"

"Ya maap, tinggi lo seukuran tinggi cowok sih."

"Apa hubungannya dodol?!"

"Gak ada sih, ya pokonya gitu."

"Gak jelas lo, tinggi lo kan gak beda jauh sama gue, cuma sepundak gue lebih dikit."

"Lo ngatain gue pendek?"

"Emang kenyataannya segitu kan?"

Icha nampaknya kesal dengan pertanyaan gue, ya dia gak suka jika di bilang pendek, padahal menurut gue dia udah cukup tinggi dari teman-teman cewek di sekolah gue. Ya meskipun sebenarnya gue lebih tinggi dari mereka sih, Haha.

Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang