Sembilan

187 14 0
                                    

-Kekasih Halalku-

Hai Ka! Lama bener tidurnya. Lo gak bosan apa? Eh? kalo surat ini udah lo baca, berarti lo udah sadar dong ya. Haha, gaje bener ya gue. Btw gue cuma bisa ngasih surat ini, maaf ya gue gak bisa pamit secara langsung ama lo. Pasti lo udah tau dari Mama lo dan yang lain, yap gue ngambil keputusan itu. Selain gue juga mau ngebahagiain orang tua gue, gue juga mau memperbaiki diri gue. Bukan berarti gue gak mau lagi ketemu Lo sama yang lain. Tenang aja, nanti kalo kita ngumpul, gue gak bakal ceramahin kalian kok.

Dan satu lagi. Lo jaga kesehatan lo, jangan banyak pikiran. Maaf ya, gue gak bisa cegah kecelakaan itu.

Sekian dah suratnya, gak penting banget sih.

Dari gue, Kepin lo.

Azka tersenyum setelah membaca surat dari Kevin, ia tak tau harus berkata apa sekarang. Ingin membalas suratnya, tapi ia tak tau dimana lelaki itu menimba ilmu.

"Pin. Gak papa kok, surat ini penting buat gue," lirih Azka memeluk surat itu.

"Ka?" Azka menoleh kesumber suara, pintu kamarnya terbuka yang memperlihatkan seorang wanita yang Azka sayangi, siapa lagi kalau bukan Ani.

"Iya Ma, kenapa?" Tanya Azka beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati Ani.

"Kamu udah baikan?" Tanya Ani mengelus kepala Azka.

Azka tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Udah Ma, ini udah seminggu juga dirumah kan."

"Papa mau ngomong sama kamu," ujar Ani yang langsung di angguki Azka. Mereka berdua berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga, dimana sudah ada Ari dan Iqbal disana.

Azka memilih duduk disamping Ani, ia tau apa yang akan disampaikan ayahnya itu. Dan Azka pun juga sudah mengambil keputusan yang menurutnya sudah tepat.

"Ka, maaf ya Papa udah bahas ini, padahal kamu baru siuman,"ucap Ari membuka pembicaraan.

Azka tersenyum tipis. "Gak apa-apa Pa."

Ani mengangguk kala Ari beralih menatapnya. "Gimana Ka? Apa kamu setuju jika harus masuk pesantren?"

Nah kan bener. Mau nolak ya gimana. Papa keliatan banget berharap gue mengiyakan nih, padahal gue tadinya mau nolak.

"Ini buat kebaikan kamu Ka, Papa gak bisa mantau kamu terus dengan penampilan kamu yang seperti ini. Dan Iqbal pun sibuk juga dengan bisnis barunya," jelas Ari berharap putri bungsunya mau mengikuti kemauannya.

"Jadi ini masalah Azka gak nutup aurat?" Tanya Azka menatap Ari dan Ani secara bergantian.

"Kalau memang iya, disini kan juga bisa Ma, Pa. Ada Mbak Ayu juga yang bisa bantuin Azka," lanjutnya menatap Ani.

Ani mengusap bahu Azka. "Bisa sih bisa Ka, tapi kamu yang nanti gak bisa ngikutin perintah Mbak mu, Mama sama Papa aja udah sering kamu bantah," jelas Ani tersenyum.

Azka melirik Iqbal yang duduk disamping Ari. "Abang gak bisa bantu Ka, ini demi kebaikan lo," ucap Iqbal tersenyum tipis.

"Apa gak bisa diubah lagi keputusannya Pa?" Tanya Azka menatap Ari.

"Ini sudah menjadi keputusan Papa, nanti kamu bakal tau maksud Papa dan Mama masukin kamu kepesantren," jawab Ari yang tak bisa lagi di bantah oleh Azka.

Azka menarik napas dalam, sepertinya jawaban yang sudah ia siapkan tak akan diterima oleh Ari dan Ani. "Yaudah deh, Azka setuju."

Seketika Ari dan Ani tersenyum mendengar jawaban yang mereka mau dari Azka. "Baiklah, nanti kamu segera bereskan pakaian yang akan dibawa kepondok," ucap Ari menepuk bahu Azka pelan.

Azka terperangah mendengar ucapan Ari. "Ha? Segera bereskan pakaian?" Tanya Azka tak percaya.

"Iya begitu, kamu mulai masuk pondok besok."

"Ha? Secepat itu Pa?"

"Segala niat baik harus disegerakan," jawab Ari tersenyum.

"Dan ingat. Jangan bawa pakaian yang sering kamu pakai selama ini," lanjut Ari mengingatkan.

Azka mengernyit heran mendengar ucapan Ari. "Pakaian apa yang harus Azka bawa? Papa kira, Azka punya banyak koleksi baju panjang?" Tanya Azka tak setuju.

"Udah disiapin sama Mama mu," jawab Ari enteng. Lalu beranjak dari duduknya, diikuti oleh Ani.

"Semangat Adek cantiknya Abang!" Seru Iqbal menepuk bahu Azka lalu juga bergegas meninggalkan Azka yang masih terperangah dengan apa yang terjadi hari ini.

Ini gue beneran bakal masuk pesantren? Hari ini ngemas barang? Besok dah masuk? Bakal pake pakaian panjang? Pake hijab? Gak bisa naik motor kesayangan lagi dong? Mimpi gak sih?

"Azka! Segera kemasi barang-barang yang mau dibawa besok! Jangan sampai ada yang ketinggalan!" Teriak Ani menghentikan segala pertanyaan yang ada dibenak Azka.

"Kan masih besok Ma!" Jawab Azka juga sedikit berteriak.

"Gak bisa, ngemasnya harus hari ini, besok berangkatnya pagi karena jauh. Buru gih," ujar Iqbal yang baru saja keluar dari kamarnya.

Azka hanya bisa menarik napasnya dalam. Ia membawa langkahnya menaiki tangga, rasanya langkahnya begitu berat kala mendengar kata pesantren. Ia tak yakin akan bertahan disana, tapi apa boleh buat. Ia tak bisa membantah perkataan Ari untuk kali ini.

"Gak boleh bawa semua pakaian ini?" Tanya Azka kala membuka lemari pakaiannya yang dipenuhi dengan baju kaos oblong, celana pendek, celana Levis, dan jaket beserta Hoodie kesayangannya.

"Gak mungkin, gue harus bawa beberapa baju sama celana ini. Kalo gue kepanasan disana gimana coba?" Kesal Azka mengeluarkan pakaiannya.

Ia tak habis pikir dengan permintaan orang tuanya, baru saja ia siuman dari komanya dan besok ia harus memulai hidup baru di tempat bernamakan 'Pesantren'. Entah bagaimana dengan teman-temanya jika mereka tau bahwa ia akan masuk pesantren.

🌼🌼🌼

Next part

Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang