Lima

192 14 0
                                    

-Kekasih halalku-

Azka baru saja menuruni tangga dari kamarnya, ia sudah rapi dengan hoodie hitamnya dan celana berwarna coklat susu, tak lupa sepatu berwarna putih disepasang kakinya.

"Ma, pa, Azka berangkat dulu ya," ujar Azka kepada kedua orang tuanya yang duduk disofa ruang tamu sambil menonton televisi.

"Mau kemana kamu jam segini?" tanya Ari menatap anak bungsunya itu.

"Mau main bareng temen-temen pa, ada Icha juga kok," jawab Azka mengambil kue diatas meja.

"Jangan pulang malem, inget jaga diri, papa ngijinin kamu berpenampilan kayak gini bukan berarti kamu bisa bebas bergaul," jelas Ari mengusap puncak kepala Azka.

"Iya pa, Azka selalu inget pesan papa kok, ya udah Azka berangkat dulu, Assalamu'alaikum," ujar Azka mencium punggung tangan Ari dan Ani.

"Waalaikumsalam."

"Jangan ngebut bawa motor nya Ka," ujar Ani sedikit berteriak, yang diangguki oleh Azka.

🌿🌿

Azka membuka helm nya dan mematikan mesin motornya, mengikuti apa yang dilakukan teman-teman nya. Azka merapikan rambutnya sambil berjalan menuju teman-teman nya.

"Lo makin ganteng aja Ka," ujar Kevin kala melihat Azka yang berjalan menghampiri mereka bersama Icha.

"Ganteng pala lo! Gue cantik-cantik kayak gini lo bilang ganteng!" kesal Azka, yah sebenarnya Kevin hanya bercanda, dan Azka juga tau itu. Tapi ia tetap kesal jika dibilang ganteng.

"Canda doang gue, lo sensi amat sih," ujar Kevin tertawa. 

"Terserah Lo dah, yang penting lo seneng, mending kita makan dulu yuk, laper gue nih," ujar Azka berjalan mendahului Rian, Kevin, Denis dan Icha.

"Makan mulu pikiran lo," sahut Denis tertawa.

Mereka berjalan mengikuti langkah Azka memasuki caffe.

"Abis ini kita mau kemana?" tanya Icha yang duduk disebelah Azka.

"Kita main ke rumah pohon tempat biasa yuk, udah lama loh kita gak kesana," usul Denis menatap satu persatu dari mereka.

"Gue setuju aja," jawab Rian.

"Gue juga, disana kita bisa puas main, mau cover lagu kek, mau main basket juga bisa," sambung Icha yang diangguki Azka dan yang lainya.

Mereka mulai menuju rumah pohon itu, sebenarnya rumah pohon itu mereka yang membuat, divilla milik orang tua Kevin. Mereka berlima sudah bersahabat semenjak kelas 10 sampai sekarang.

Mereka menaiki motor CBR nya masing-masing, Azka dengan Icha, Kevin dengan Denis, dan Rian tentu saja sendirian.

"Wah sejuk banget udaranya, gue selalu ngerinduin ini," ujar Azka yang baru saja memarkir motornya.

"Iya loh, kangen suasana ini yah, udah mau 1 tahun kita gak kesini," lanjut Kevin tersenyum lebar.

Mereka berjalan memasuki villa dan menuju rumah pohon yang mereka beri nama rumah pohon 5 sekawan, itu usulan Denis yang disetujui mereka.

Rian langsung menaiki tangga yang tertancap dipohon menuju rumah pohon, Azka dan Kevin sibuk mencari bola basket, sedangkan Denis dan Icha sibuk berfoto ria diberbagai sudut. Meskipun mereka berdua terbilang jarang mengobrol tapi Denis adalah fotografer handal yang dibutuhkan Icha.

Diatas rumah pohon Rian hanya memperhatikan aktifitas keempat sahabatnya sambil memainkan gitar, matanya terus tertuju pada gadis cantik yang tengah bermain basket dengan style layaknya seorang lelaki itu.

Gue gak mau ngerusak hubungan persahabatan kita hanya karena sebuah rasa. Tapi kenapa hati gue sakit liat Lo lebih akrab sama dia? Gue memang pengecut, gak berani bilang ke lo. Gue gak mau itu terjadi, gue gak mau hubungan kita canggung karena rasa ini. Tatapan Rian tak lepas dari gadis itu.

Jam sudah menunjukan pukul 15.45 yang tandanya mereka harus pulang, karena jarak villa ini dari kota membutuhkan waktu 1 jam.

"Woi udah yuk, kita pulang sekarang, lain kali kita main lagi kesini," ujar Azka yang disetujui Kevin, Denis, Icha, dan Rian.

🌿🌿

"Assalamu'alaikum, Azka pulang," ujar Azka sedikit berteriak memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Iqbal yang sedang bermain playstation diruang keluarga.

"Mama sama papa mana bang? Kok rumah sepi amat?" tanya Azka duduk disebelah Iqbal.

"Pergi kerumah mbak Ayu, katanya pengen main kesana," jawab Iqbal yang masih fokus dengan game nya.

"Oo, gue naik dulu ya bang, mau bersih-bersih."

"Iye ntar turun lagi, kita makan bareng."

"Ngapa gak makan sendiri?" tanya Azka yang bersiap menuju kamarnya.

"Gak ah, lo pasti juga belom makan, mama juga udah masak ntar kalo masakanya gak dimakan mama bisa marah loh," jelas Iqbal yang tak beralih menatap Azka.

"Iya deh," jawab singkat Azka berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Selesai makan bersama Iqbal, Azka menghabiskan waktunya didalam kamarnya, tepatnya dibalkon kamar sambil memainkan gitar.

Kenapa gue rindu kek dulu ya? Dulu jam segini, gue bakal dengerin murotal Al-qur'an, atau enggak dengerin sholawat, pengen kek dulu lagi, tapi ya gimana, gue masih pengen nikmati hidup gue yang kayak gini. Azka membatin sambil menatap luasnya langit malam yang bertabur Bintang.

🌼🌼🌼

Next part

Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang