Two

3.7K 183 0
                                    

Pagi itu, Clary menghela nafas kasarnya ketika dia melihat ban mobilnya kempes dan harus menepi di pinggir jalan. Resah. Karena dia harus menghadiri rapat pukul 9 tepat.

"Cla?"

Suara familiar itu membuat Clary menoleh ke sumbernya. Keenan.

"Kenapa?" tanya pria itu lembut.

Clary melirik sumber masalahnya tanpa menjawab.

"Dan gue harus rapat jam 9." lanjutnya.

Keenan tersenyum, "Sebentar ya, Princess."

Dia berlari kecil ke tempat dimana mobilnya berhenti. Tak lama, seorang sopir keluar dari mobilnya.

"Yuk, Cla, gue anter. Mobilnya nanti di urusin sama sopir gue." ajaknya.

"Beneran gak apa-apa?"

"Kayak sama siapa aja lo. Ayok!" Keenan meraih tangan Clary.

"Eh, bentar, ambil tas dulu."

"Cepet, Darling. Bokap gue nungguin di mobil."

"Ya?"

"Iya, gue bareng Bokap. Mau nganterin dia ke bandara."

"Oke."

Cukup santai Aria, Ayah Keenan melihat Keenan dan Clary duduk di depannya.

"Hai, Om," sapa Clary.

"Hai, Cla. Kenapa mobilnya?"

"Ban kempes, Om, Clary ikut ya, Om."

"Oke."

Suasanya hening selama perjalanan. Clary bolak-balik melihat jam tangannya, takut kalau terlambat sampai kantor, padahal Keenan sudah cukup mempercepat laju kendaraannya, sementara Aria sibuk membaca berita di tabletnya.

"Oh iya, Cla, orang tua kamu gimana kabarnya? Sehat?"

"Sehat, Om. Tante gimana, Om? Sehat?"

"Sehat. Ini loh, Karin kan ngajak liburan, sementara Om masih ada urusan disini, jadi dia duluan ke Roma, makanya sekarang Om nyusul."

"Wah, salam buat Tante ya, Om."

"Oke."

"Oke, sampe, Honey, udah sampe di kantor." ucap Keenan yang dipelototin Clary karena memanggil panggilan sayangnya di depan Ayahnya. "Tenang aja, Hon, Bokap gue tau kalau kita saling mencintai." jawabnya santai.

Aria cuma tertawa melihat tingkah laku anaknya dan Clary.

"Maaf ya, Om, Keenan suka gitu. Clary duluan ya, makasih Om tumpangannya."

"Kok makasihnya cuma sama Om aja? Kan yang anter kamu Keenan." celetuk Aria.

Merasa tidak enak, Clary terpaksa senyum ke Keenan yang daritadi melihat Clary yang salah tingkah, "Tengkyu ya, K, nanti..."

"Nanti gue jemput lo lagi, oke?"

"Oke."

Clary keluar dari mobil Keenan, dan setelah mobil Keenan pergi menjauh, dia buru-buru masuk.

* * *

Darwyn menghela nafas kasar lantaran Sarah tidak kunjung selesai belanja. Entah sudah berapa orang yang memintanya berfoto bareng sambil menunggu perempuan itu selesai. Bahkan Sarah juga terlihat sok eksis dan pura-pura ramah dengan orang-orang yang meminta tanda tangan dan mengajaknya berfoto.

Darwyn paham, setelah ini, Sarah pasti akan mengeluh lelah dan kesal karena mereka cukup merepotkan dan sebagainya. Padahal ini adalah ulahnya berbelanja di tengah keramain dan tak kunjung selesai.

Sarah baru akan selesai kalau Darwyn sudah lelah dan menunggunya di kafe. Karena Sarah tidak suka kalau Darwyn tidak ada di sampingnya.

"Kamu capek ya, Beib?"

Darwyn cukup muak dengan panggilan sayang norak andalan Sarah. Dia cuma senyum sesaat.

"Maaf ya, soalnya tadi aku bingung mau pilih warna apa."

"Oke."

"Beib, kamu tau gak? Orion masih suka hubungin aku, katanya di masih cinta sama aku."

"Terus?"

"Ya, aku gak mau lah. Dia siapa, aku siapa? Dia gak mikir apa, aku itu udah ada kamu, media udah tau, masyarakat tau kalo kita pacaran. Dia oke sih, tajir juga, tapi lebih oke kamu."

Darwyn hanya menampakan senyum sesaatnya untuk menjawab coloteh tidak penting pacarnya itu.

"Orion itu bukannya sekarang pacaran sama temen kamu ya? Siapa? Clary?"

"Hmm."

"Ya, aku paham sih, Clary gak tenar, tapi kan harusnya dia menghargai pacarnya, bukan malah fokus sama mantannya. Iya kan, Beib?"

"Ya."

"Kamu kenapa sih? Capek ya? Kita pulang aja? Pesenannya mau di bungkus aja?"

"Boleh."

"Yaudah aku bilang ke Mba-nya dulu ya."

"Oke."

Sambil menunggu Sarah, handphone Darwyn berdering, dari Keenan.

"Apa, Bro?"

"Maksi bareng yuk!"

"Apaan sih lo? Kayak homo aja!"

Keenan tertawa, "Sama Clary, Nj*ng! Gue juga geli maksi berdua doang sama lo. Gue juga homo milih-milih!"

"Kampr*t! Yaudah gue pulangin anak orang dulu ya, lo jemput Clary."

"Oke, Bro, kafe gue ya."

"Bro,"

"Apa?"

"Kafe lo, bukannya ada Nico?"

"Yap. Kita liat reaksi Clary."

"Serius lo?"

"Iya. Tenang aja."

"Gue gak tanggung jawab ya kalo anak orang jadi susah move on."

"Iya, gue tanggung jawab, gue nikahin si Clary kalo dia mau gue tanggung jawab."

"Bangs*t! Bukan itu maksud gue!"

Keenan tertawa, "yaudah sampe ketemu nanti ya. Bye, Darling!"

"Naj*s!"

"Siapa, Beib?" tanya Sarah.

"Keenan, ngajak ketemu."

"Berdua aja?"

"Sama Clary juga."

"Oh, aku ikut juga ya?"

"Sarah, aku gak suka siapa pun ikut kalo aku lagi mau ketemu sama sahabat aku."

Sarah terkejut. Dia sadar, Darwyn irit bicara, tapi entah kenapa sekalinya banyak kata-kata yang keluar malah kata-kata yang menusuk. Tetapi semakin Darwyn seperti itu, Sarah seperti tertantang untuk menaklukan pria berkelas seperti Darwyn.

"Oke, aku minta maaf."

"Aku anter kamu pulang."

"Oke."

* * *

CLARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang