Semilir angin, ombak yang berlalu lalang dan membasahi pinggir pantai, bahkan langit sore yang menyejukan itu, tidak membuat suasana hati Clary membaik. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Semua bisa dia gapai, kecuali masalah hati. Kenapa begitu rumit?
Dia tidak tahu akankah persahabatannya hancur hanya karena sebuah rasa sayang dan cinta dan berubah menjadi ingin lebih? Sejujurnya, hari yang dia takutkan terjadi juga.
Dia sangat menyayangi kedua sahabatnya itu. Baginya, tidak ada yang lebih tulus dari Keenan dan Darwyn. Mereka bertiga saling membutuhkan, dan saling menguatkan. Salah satu kekuatan Clary adalah kedua sahabatnya itu. Akankah semuanya hancur?
Bahkan Clary tidak bisa menjadi milik salah satu dari mereka. Tidak bisa, dia tidak mampu. Dia tidak mampu menyakiti lebih dalam salah satu dari mereka kalau Clary memilih salah satunya.
Air matanya tumpah. Mungkin karena terbawa perasaan. Kenapa berjalan di pinggir pantai, melihat langit sore dan ombak pantai, dan merasakan angin yang lembut memuat hatinya nyaman? Senyaman bersama kedua sahabatnya itu.
Mata Clary terpaku dengan orang tua yang sedang mendampingi anaknya membuat istana pasir di pinggir laut. Dia iri. Dia mengharapkan kelak akan mempunyai suami yang bisa menemani anaknya bermain istana pasir juga.
Namun, seseorang menarik-naik kaosnya. Clary melirik, seorang gadis kecil, umurnya sekitar 8 tahun. Raut wajahnya sedih.
Clary menunduk, mensejajarkan tingginya dengan garis kecil itu, "Kamu kenapa?" tanyanya lembut.
"Aku tadi kesini sama Om aku. Tapi tiba-tiba dia gak ada."
"Kamu tau nginep dimana? Mau Kakak anter kesana? Atau mau aku temenin nunggu Om kamu disini? Siapa tau sekarang dia lagi panik nyariin kamu."
Gadis kecil itu menunjuk ke sebuah hotel. Clary juga menginap disana.
"Kebetulan Kakak juga nginep disana. Kita kesana yuk!"
Clary menggenggam tangan gadis kecil itu. Sebenarnya Clary sempat berpikir, kenapa gadis kecil ini percaya padanya? Bagaimana kalo tiba-tiba Clary menculiknya?
"Karena aku pernah liat foto Kakak di kamar Om aku." jawabnya.
"Hah?"
"Aku tadi baca pikiran Kakak. Karena Kakak gandeng tangan aku."
Spontan Clary langsung melepaskan gandengan tangannya. Dia terkejut. Ternyata gadis kecil ini punya kemampuan.
"Om kamu punya foto Kakak?"
Gadis kecil itu mengangguk.
Akhirnya mereka sampai di lobby. Clary langsung menghampiri resepsionis, meminta tolong sesuatu. Namun ternyata, seorang pria menarik tangannya, hingga membuat Clary terkejut.
Brian.
Brian sama terkejutnya. Dia memeluk gadis kecil yang masih menggandeng Clary itu. Clary langsung tahu kalau Om yang di maksud gadis kecil itu adalah Brian.
"Hmmm, bad uncle!" ujar Clary.
"Im so sorry." Brian benar-benar menyesal. Dia sedikit menjelaskan kronologi sampai kehilangan keponakannya itu. "Kamu ngapain disini, Cla?"
"Lagi mau main kesini aja. Kamu?"
"Biasa. Bisnis."
"Hotel?"
"Yap!"
"Di?"
"Sebelah hotel ini."
"Uhm, okay. Gak lupa kan kalo mau bahas fashion pegawainya harus kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARY
Teen Fiction"Clary, aku rasa kita harus putus. Aku suka sama orang lain." Harga diri Clary terluka. Apa yang selanjutnya terjadi?