Langit-langit kamarnya yang bernuansa putih langsung terlihat di kata Keenan begitu dia membuka matanya. Sudah sebulan. Iya, sebulan lebih tepatnya dia tidak melihat Clary. Setiap membuka matanya, dia hanya memikirkan perempuan itu. Namun semakin lama dia memikirkannya, Keenan menjadi terbiasa tanpa Clary dalam pandangannya. Rindu memang.
Keenan bangkit, lalu menggeser pintu kacanya. Berdiri di balkon kamarnya, memandang gerbang rumahnya yang coklat itu. Melihat seksama, sebuah sedan mewah putih masih diam di luar. Seperti tidak di perbolehkan masuk oleh penjaga rumahnya. Itu Clary.
Buru-buru Keenan memerintahkan security untuk membuka pintu gerbangnya. Setelah si pengemudi memarkirkan mobilnya, Clary keluar dari pintu penumpang. Ternyata dia bersama Darwyn. Clary yang melihat Keenan sedang berdiri di balkon kamarnya buru-buru lari, dan langsung memeluk Keenan begitu sampai di hadapannya.
Aroma tubuh Clary, wangi rambutnya, hangat pelukannya, begitu dia rindukan. Dia tahu dengan seperti ini, rasanya sebulan kemarin terasa sia-sia. Keenan mengeratkan pelukannya, membenamkan wajahnya di leher Clary.
"I miss you, Hon." ucapnya lirih.
"Hmm." gumam Clary seakan dia mengerti kalau Keenan benar-benar merindukannya. Keenan terlihat kurus.
Flashback...
"Hon, lo gak ada niatan untuk ketemu Keenan?" tanya Darwyn saat mampir ke rumah Clary.
"Gue lagi ngasih waktu untuk dia tenang."
"Dia itu cinta mati sama lo, Hon."
"Kalo lo?"Darwyn menjelaskan panjang lebar, juga bahwa sekarang dia sudah bersama Gracia.
"Gue gak bisa sama Keenan, Wyn. Gue ngerasa dia bukan jodoh gue. Gak ada alasan lain."
Darwyn melihat sebuah cincin berlian yang melingkar di jari manis Clary. Clary yang paham langsung menjelaskannya pelan-pelan.
"Ini mungkin akan nyakitin Keenan. Tapi gue yakin, setelah ini, Keenan pasti akan nemuin perempuan yang tepat. Karena selama ini, dia bukan belum ketemu perempuan yang tepat, tapi di hatinya masih ada gue, dia nutup hatinya rapat-rapat."
Flashback off...
Darwyn menunggu di bawah. Dia hanya ingin Clary menjelaskannya pada Keenan.
"Gue berharap banget, kalo lo ikut bahagia, K." ucap Clary begitu menjelaskan pada Keenan.
"Boleh kalo gue gak bahagia?" tanya Keenan.
"Gak boleh!" tegas Clary.
Mata Keenan berkaca-kaca. Dia memeluk Clary erat. Menangis sejadi-jadinya. Keenan sadar dia egois. Namun untuk kali ini, biarlah dia benar-benar menumpahkan kecewanya dan rasa ikhlasnya, berusaha untuk bahagia karena Clary salah satu kebahagiaannya. Kebahagiaan Clary juga keinginannya. Apalagi itu Brian. Keenan tidak perlu khawatir kalau Brian yang akan menjaga Clary seumur hidupnya.
"Gue akan tetep sayang sama lo, K." janji Clary.
Darwyn tenang. Sepertinya kedua sahabatnya itu akan tetap saling dan saling menjaga persahabatan ini, meskipun ada rasa kecewa.
Darwyn berpikir, mungkin Clary benar. Keenan bukannya tidak bisa menemukan perempuan tepat, tapi karena hatinya masih sepenuhnya untuk Clary.
* * *
Film yang dibintangi Darwyn dan Gracia akhirnya tayang perdana. Darwyn dan Gracia datang bersama dengan mengenakan pakaian casual. Beberapa wartawan dan fans mereka juga datang.
Clary dan Brian yang di undang juga datang bersama. Namun Keenan tidak dapat hadir karena harus ke Paris untuk proyek bisnis hotel barunya.
Setelah selesai menonton, Darwyn dan Gracia melakukan sesi wawancara juga foto bersama para fans yang sudah rela menunggu mereka.
Beberapa wartawan lainnya yang mendapati Clary dan Brian khusus datang di acara tayangan perdana, mewawancarai mereka. Brian dan Clary jawab apa adanya, maklum, mereka bukan selebriti yang kalau di wawancara bisa menjawab panjang lebar.
"Iya, filmnya bagus."
"Rekomen banget."Tapi ada beberapa wartawan yang malah menanyakan hubungan mereka lantaran salah fokus dengan cincin berlian yang melingkar di jari manis Clary. Clary dan Brian enggan menjawab, mereka hanya tersenyum.
"Kak, kamu cantik banget!" ucap Gracia di suatu ruangan khusus.
Clary tersenyum, "Makasih."
"Kak, aku denger, kamu di lamar Kak Brian ya. Selamat ya, Kak!"
"Makasih. Kamu juga cepet nyusul ya sama Darwyn."
"Aamiin."
"Oh ya, selamat ya filmya. Keren banget loh kalian!" ucap Clary.
"Sorry ya, kita gak bawa apa-apa." kata Brian sambil memberikan sebuah kotak besar berisi bunga mawar yang di hias cantik.
"Wah, tengkyu, Bro!" ucap Darwyn.
"Yaudah, kita pamit ya." ucap Clary. Brian meraih tangan Clary seakan tidak mau kehilangan perempuan itu.
"Di gandeng mulu, Bro, kayak mau nyebrang." canda Darwyn yang mendapatan pelototan dari Clary. Darwyn malah cengegesan. Brian menahan tawanya sambil menepuk bahu Darwyn pelan.
Sesuai dugaan Brian, di luar masih banyak wartawan yang sepertinya sengaja menunggunya dan Clary. Mereka semakin penasaran dengan hubungannya dan Clary, mengingat publik memang di buat penasaran dengan tipe perempuan Brian, apalagi Clary memang sedang digemari karena launching brand parfumnya.
Brian mengeluarkan handphonenya, meminta tolong penjaganya untuk membuka jalan ke mobilnya.
* * *
"Bonjour, je veux acheter deux tranches de pain de blé." ucap Keenan. (Selamat pagi, saya ingin membeli dua potong roti gandum).
"Tu en veux un autre?" (Apakah Anda ingin yang lainnya?)
"Non, merci." (Tidak, terima kasih)
Setelah Keenan membeli roti untuk sarapannya, dia berjalan-jalan ke Menara Eiffel untuk mengenang sesuatu.
Iya, dia pernah kesini dengan Clary. Clary bilang, kota ini adalah kota romantis, meskipun waktu itu dia mengatakannya dengan wajah datar.
Keenan menghela nafas kasarnya, dia menyukai kenangan apapun yang dibuatnya dengan Clary. Bersama Clary, dia tidak mengenal rasa bosan. Bersama Clary, waktu terasa cepat berlalu.
Namun Darwyn benar, dia harus merelakan Clary untuk Brian, Clary bahagia.
Hari ini hari terakhirnya di Paris setelah menyelesaikan urusannya di kota itu. Besok dia harus kembali ke Indonesia untuk menjalani rutinitasnya.
"Keenan?"
Keenan menoleh ke asal suara. Intan. Mantan tunangan Lucas. Sudah lama dia tidak bertemu lagi dengan perempuan itu. Dan sekarang malah bertemu di negara orang.
"Intan?"
"Ngapain disini?"
"Urusan kerjaan. Lo?"
"Liburan."
"Oh."
"Sama siapa?"
"Kesini sama rekan kerja, tapi dia masih tidur. Kecapean kayaknya. Lo?"
"Sama Nyokap. Tapi masih tidur juga."
Intan tertawa. Di sambung Keenan.
"Btw, gue belum bilang makasih sama lo dan Clary soal kejadian waktu itu. Mungkin kalo bukan karena hari itu, hidup gue bakal berantakan."
"Sama-sama. Lo gak apa-apa?"
"Lebih baik sakit sekarang kan?"
Keenan tidak menjawab. Lebih tepatnya dia tidak tahu harus menjawab apa. Intan dewasa, dia tahu harus melepaskan dari pada terluka nantinya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARY
Teen Fiction"Clary, aku rasa kita harus putus. Aku suka sama orang lain." Harga diri Clary terluka. Apa yang selanjutnya terjadi?