"Makasih ya, Ken." ucap Nadia begitu Keenan mengantarkannya sampai depan rumahnya."Sama-sama, Nad."
"Oh ya, Ken, kita boleh sering kontak gak? Tapi kalo kamu gak mau, gak apa-apa sih!"
"Boleh, Nad. Anytime."
Nadia tersenyum, Keenan masih menyukai senyuman itu. Begitu Nadia turun dan melambaikan tangan, Keenan menginjak pedal gasnya.
Dan tanpa Keenan sadar, semenjak hari itu, semua berubah.
* * *
Handphone Clary mendapat banyak notifikasi pesan begitu Clary mematikan mode pesawatnya. Baru saja Clary membuka pesan dari Darwyn, pria itu sudah menghubunginya terlebih dahulu dan memberitahu kalau dia sudah di tempat parkir.
Clary berdiri sebentar menunggu mobil Darwyn yang tak lama kemudian berhenti di depannya. Pria itu turun dan membantu Clary menaikkan koper ke mobilnya.
"Makasih udah jemput." ucap Clary.
"Sama-sama, Hon, capek ya?" tanyanya sambil mengelus lembut puncak kepala Clary.
"Enggak kok!"
"Btw, Keenan ngajak ngumpul. Mau join?"
"Dimana?"
"PIM." jawab Darwyn. "tapi kalo lo capek, kita langsung pulang aja."
"Gak apa-apa, kita kesana aja bentar. Lagian deket juga kan dari rumah."
"Siap laksanakan, Tuan Putri!"
"Mau di cubit?"
"Boleh, tapi cubitnya pake cinta ya."
"Nih cubit pake cinta!" Clary mencubit tangan Darwyn dengan keras, membuat pria itu meringis kesakitan.
Tapi setelahnya, Darwyn malah tertawa karena sahabatnya itu benar-benar terlihat menggemaskan.
Clary dan Darwyn masuk ke dalam salah satu restaurant Jepang dan melihat Keenan dengan Nadia.
Clary dan Darwyn sedikit demi sedikit mulai terbiasa dengan kehadiran Nadia. Keenan selalu mengajaknya kalau mereka kumpul. Sampai detik ini, mereka tidak tahu hubungan sahabatnya ini dengan Nadia sudah sejauh apa. Karena Keenan tidak pernah menceritakan.
"Kamu pesen apa, Nad?" tanya Keenan.
"Terserah kamu aja."
Setelah mencatat pesanan di meja mereka, sang pelayan pergi.
"Gimana Macau, Hon?" tanya Keenan yang di lirik Nadia. "Cla." Keenan meralat panggilannya.
Terasa asing, Clary tiba-tiba tersenyum. Keenan meralat panggilan sayangnya.
"Lèile, wúfǎ zǒudòng." jawab Clary sekenanya. (Capek, gak bisa jalan-jalan)Hanya Keenan dan Darwyn saja yang mengerti ucapan Clary barusan. Sementara Nadia mengerutkan kening, menerka-nerka apa yang di katakan Clary.
"Masih belum move on dari bahasa Mandarin, Cla?" tanya Keenan lagi. Berusaha mengurai kesalahpahaman, agar Nadia tidak salah paham. Dan hanya di senyumi Clary.
"Wah, enak ya kamu, Cla, bisa jalan-jalan kapan aja." Nadia menimpali.
"Btw gue disana kerja, Nad, gak sempet jalan-jalan. Soalnya harus buru-buru selesai juga projeknya. Sorry ya, gak bawa oleh-oleh." jawab Clary.
Darwyn dan Keenan terasa asing dengan kata oleh-oleh. Pasalnya, mereka tidak perlu oleh-oleh dari luar negeri karena mereka bisa langsung kesana kapan pun mereka mau. Kalau pun salah satu dari mereka membahas oleh-oleh pun, mereka tidak terlalu ingin sesuatu.
"Maaf aku gak tau, soalnya aku belum pernah keluar negeri." kata Nadia.
Tak lama, pelayan mengantar pesanan ke meja mereka. Keenan menjelaskan menu yang dia pesan untuk Nadia.
"Ken, aku lupa bilang kalo aku gak bisa makan makanan mentah." ucap Nadia.
"Yah, sushi aku juga mentah, mau pesen ulang?" tawar Keenan.
"Sushi gue mateng." kata Clary.
"Hon, lo alergi!" potong Darwyn.
Buru-buru Darwyn menukar piringnya dengan piring Nadia sebelum Clary dan Nadia bertukar piring. Clary melirik Darwyn.
"Nyobain, Hon! Eh, enak juga tapi!" kata Darwyn yang disenyumi Clary.
"Btw, abis ini gue sama Nadia mau nonton, ikutan yuk!" ajak Keenan.
"Film apa, Bro?"
"Cinta pertama!" jawab Nadia.
Clary mengerutkan kening. Keenan nonton film drama romantis? Clary melirik Darwyn yang mengerti situasi.
"Filmnya bagus loh!" ujar Nadia.
"Gue udah nonton perdananya." jawab Darwyn.
"Oh iya, kamu kan artis. Pasti di undang sama temen kamu ya, Wyn?" tebak Nadia yang diangguki Darwyn. "Tuh kan, Ken, filmnya bagus! Kamu gak akan nyesel nonton."
"Terus kok itu sushinya gak di makan?" tanya Keenan sambil melirik piring sushi milik Nadia.
"Ternyata aku gak begitu suka sushi."
"Mau pesen yang lain?"
"Gak usah deh nanti lama."
Darwyn melirik Clary yang sedikit bersuara. Kalau di lihat-lihat, wajahnya sedikit pucat. Darwyn menyentuh kening Clary dengan punggung tangannya. Agak sedikit hangat.
"Hon, lo demam?" tanya Darwyn. Clary senyum kecil. "Udah selesai makan? Yuk pulang! Nanti di mobil minum obat ya!" Darwyn langsung panik.
Keenan menatap Clary khawatir, namun tidak terlalu menunjukannya.
"Masih kuat jalan? Gue gendong ya, Hon?"
"Gue masih kuat jalan."
"Ken, Nad, gue sama Clary duluan ya. Sorry gak bisa lama."
"Jagain Clary ya, Wyn! Ati-ati. Kalo udah sampe rumah Clary, lo kabarin gue!" kata Keenan.
Sejujurnya dia membenci kata-kata yang keluar dari bibirnya itu. Bagaimana bisa dia mengabaikan Clary-nya yang sakit demi Nadia? Namun dia tidak bisa mengendalikan situasi. Dia masih ingin bersama Nadia.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARY
Teen Fiction"Clary, aku rasa kita harus putus. Aku suka sama orang lain." Harga diri Clary terluka. Apa yang selanjutnya terjadi?