Nico mematikan deru mesinnya ketika di dekat rumah Firly, kekasihnya. Akhir-akhir ini, Firly sulit di hubungi. Bahkan kemarin sama sekali tidak bisa di hubungi. Sejujurnya Nico khawatir. Namun entah mengapa kali ini rasanya berbeda. Bukan khawatir, namun curiga.
Nico berhenti menuntun motornya saat mendapati mobil sedan hitam terparkir di depan rumah Firly. Mobil itu terlihat asing. Bahkan plat nomor mobil itu saja Nico tidak tahu.
Beberapa jam Nico menunggu di belakang mobil itu, sampai akhirnya si pemilik mobil dan Firly keluar dari rumah. Firly memeluknya. Si pemilik mobil mengecup bibir Firly singkat.
Blaaar!
Seperti tersambar geledek. Ternyata ini alasan Firly tidak dapat dihubungi akhir-akhir ini.
Firly juga terkejut ketika mendapati Nico melihatnya dikecup dan memeluk seorang pria selain dirinya.
Sesaat Nico mengerutkan kening. Melihat lebih teliti pria itu. Kaos putih, celana jeans coklat, sepatu kets, dan itu semua bermerk mahal.
"Nic, kamu... disini?" tanya Firly salah tingkah. Nico tidak menjawab, membuat Firly makin salah tingkah.
"Aku pulang dulu ya." pamit pria itu pada Firly lalu pergi dengan mobilnya.
Nico masih memandang Firly. Seperti meminta penjelasan.
"Nic, aku bisa jelasin."
"Kalo gitu jelasin."
Firly gagap. Seperti bingung memilih kata yang tepat untuk diucapkan.
"Nic, aku rasa... kita harus putus."
"Kenapa?"
"Karena... kita udah gak cocok."
Nico tertawa, "Alasan macam apa itu?"
"Aku... aku..."
"Apa, Fir?"
"Aku tau gak seharusnya aku bilang ini ke kamu. Tapi, dari awal, aku ke kamu itu bohong."
"Maksud kamu?"
"Dulu ada senior, satu angkatan sama kamu, nyuruh aku untuk deketin kamu, bikin kamu ninggalin Kak Clary."
Nico tertawa lagi. Dia tidak percaya dengan apa yang Firly katakan. Namun tatapan Firly seolah menjelaskan kalau dia tidak bohong.
"Siapa orangnya?"
"Aku gak bisa bilang, Nic,"
"Apa yang kamu dapat kalo berhasil bikin aku mutusin Clary buat kamu?"
Firly diam.
"Apa, Fir?!"
"Uang!"
Nico tertawa terbahak-bahak. Dia benar-benar tidak percaya kalau Firly akan melakukan itu. Mungkin kalau selain uang, harga diri Nico tidak akan terlalu jatuh seperti sekarang. Dia merasa seperti seorang pecundang.
Sebenarnya, hal konyol apa yang sudah dia perbuat sampai-sampai saat ini dia menuai apa yang dia tabur.
Nico tersenyum, dia sepertinya sudah lupa kalau dia menyakiti Clary. Perempuan baik itu. Dia sudah lupa kalau mungkin sampai saat ini dia masih menjunjung tinggi dirinya di hadapan Clary. Mungkin dia terlalu sombong untuk tahu kalau dirinya itu bukan siapa-siapa. Dia teraku sombong karena dulu dia terlalu berharga untuk perempuan berharga seperti Clary.
Dia naik terlalu tinggi sampai lupa caranya untuk turun. Hingga akhirnya dia terjun bebas dari ketinggian yang dia gapai sendiri dengan rasa sakit.
"Terus apa artinya selama ini buat kamu, Fir? Bertahun-tahun kita bareng."
"Tanggung jawab!" jawab Firly yakin. Nico mengerutkan kening, "tanggung jawab yang aku pikul karena aku udah ngancurin hubungan kamu sama Kak Clary."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARY
Teen Fiction"Clary, aku rasa kita harus putus. Aku suka sama orang lain." Harga diri Clary terluka. Apa yang selanjutnya terjadi?