Twenty Four

1.6K 102 1
                                    

Melewatkanmu di lembaran hariku
Selalu terhenti di batas senyumanmu
Walau berakhir cinta kita berdua
Hati ini tak ingin dan selalu berdusta

Melupakanmu takkan mudah bagiku
Selalu kucoba namun aku tak mampu
Membuang semua kisah yang telah berlalu
Di sudut relung hatiku yang membisu 'ku merindukanmu

(Melewatkanmu- Adera)

* * *

Sore itu, Firly mengajak Nico bertemu di sebuah kafe yang terletak di kawasan Kemang. Nico benar-benar tidak menyangka kalau Firly merubah menampilannya. Firly sekarang terlihat berbeda. Pakaiannya, jam tangannya, wangi parfumnya, tatanan rambutnya, tas tangannya, bahkan mobil yang di bawanya. Benar-benar terlihat seperti Clary.

Firly tersenyum melihat Nico yang sepertinya tidak menyangka kalau dia akan berubah drastis seperti ini.

"Hai, apa kabar, Nic?" tanya Firly santai.

"Baik."

"Kamu gak nanyain kabar aku?"

Nico terdiam. Bahkan raut wajah Firly benar-benar tidak menunjukkan penyesalan sama sekali.

"Kamu pasti penasaran kenapa aku berubah?" tebak Firly. Firly tersenyum, "setelah aku ninggalin kamu tanpa kejelasan, hanya sisa kekecewaan, kemarahan, kebencian, aku rasa, kamu harus benar-benar mengerti tentang semua ini."

Perkaraan Firly yang masih gantung itu, membuat Nico bertanya-tanya.

"Nic, kamu tau kan nama panjang aku Firly Nadira Adijaya? Mungkin orang awam seperti kamu gak paham, tapi Kak Clary pasti paham kalo dia dari dulu tau nama lengkap aku." ujar Firly, menganalisa reaksi Nico. Ternyata Nico masih tidak mengerti. "Keluarga Adijaya, aku sepupu Kak Keenan. Tentu aja mendengar itu, kamu langsung tau latar belakang keluarga aku."

Nico terkejut. Benar. Bosnya itu memang mempunyai nama belakang sama dengan Firly. Namun selama ini Nico mengira mungkin nama itu hanya mirip.

"Semua yang kamu alami, dengan aku, itu semua permintaan Kak Keenan ke aku. Bukan Kak Darwyn, tapi Kak Keenan, jadi kamu selama ini udah salah sangka sama Kak Darwyn." ucap Firly.

"Jujur, aku juga gak ngerti kenapa perempuan seperti Kak Clary jatuh cinta sama kamu. Dan setelah aku jalanin sama kamu, aku tetep masih gak ngerti, Nic." Firly tersenyum. "Yah, kamu baik, kamu tulus kalo udah sayang sama pacar kamu. Itu jadi nilai plus kamu. Tapi Kak Keenan lebih baik dan lebih tulus, aku rasa."

"Tapi di balik ini semua, aku bener-bener minta maaf sama kamu tentang semua hal yang udah aku perbuat ke kamu. Terlepas itu sengaja atau gak sengaja. Aku tau aku bener-bener gak baik." ucap Firly. "Beberapa bulan lagi, aku dan pacar aku yang sekarang akan bertunangan. Karena itu aku ngajak kamu kesini, supaya semua yang udah terjadi, bener-bener udah selesai. Jadi kalo nantinya kita ketemu di jalan, kita udah gak ngungkit hal ini lagi."

"Pacar kamu tau tentang ini?" tanya Nico.
Firly mengangguk, "Aku selalu terbuka tentang apa pun sama dia." jawabnya.

Nico tersenyum, "Aku juga minta maaf. Aku bener-bener menyadari satu hal atas semua ini." ucap Nico. "Oh iya, aku akan lanjutin S2 di Bandung."

"Oh ya? Selamat ya, Nic!"

Suasana mereka hening. Nico terlihat memikirkan sesuatu. Sekarang dia hanya ingin minta maaf dengan benar pada Clary. Firly benar, sepertinya Nico harus benar-benar meminta maaf atas semua kesalahan yang sudah dia lakukan agar dapat melanjutkan hidup dengan baik.

"Kamu mikirin apa?" tanya Firly.

"Kayaknya aku harus benar-benar minta maaf sama Clary."

Firly tersenyum, "Minta maaf yang tulus ya, Nic. Aku bantu kamu ketemu Kak Clary."

Nico terkejut karena ternyata Clary sudah berdiri di belakangnya. Firly tersenyum pada Clary, yang dibalas Clary. Firly mengajak Clary duduk di sebelahnya.

"Makasih udah datang ya, Kak." ucap Firly.

Clary mengangguk. "Oh iya, Fir, selamat ya, akhirnya nemuin orang yang tepat." ucap Clary.

Bahkan Clary sudah tahu kalau Firly akan bertunangan. Pikir Nico.

"Kak, aku minta Kak Clary kesini untuk Nico. Aku bener-bener minta maaf atas semua hal menyakitkan yang Kakak alami gara-gara aku."

Clary melirik Nico, lalu tersenyum pada Firly.

"Makasih ya, Fir, buat semuanya." ucap Clary.

Firly tersenyum, "Yaudah kalo gitu aku pamit duluan ya. Soalnya udah di tunggu sama pacarku mau liat baju untuk acara tunangan. Oh ya, selamat ya, Kak, buat launching brand parfumnya. Makasih kiriman sampelnya, aku suka."

"Oke, hati-hati ya, Fir." ucap Clary.

"Hati-hati, Fir." sambung Nico.

Clary memesan minuman untuknya. Lalu melihat Nico.

"Kamu mau bicara apa, Nic?" tanya Clary lembut.

"Cla..."

"Hmm?"

"Aku minta maaf atas semua yang udah terjadi. Maaf udah nyakitin kamu. Aku cuma bisa bilang maaf, tapi aku benar-benar menyesal."

Clary tersenyum. Melihat Nico yang menyesal dan tidak tahu cara apa lagi untuk menunjukkan kalau dia benar-benar menyesal.

Clary tersenyum, "Makasih ya, Nic."

"Makasih untuk apa, Cla?"

"Karena udah minta maaf dengan tulus."

Nico melihat Clary yang tersenyum padanya. Benar-benar masih Clary yang dulu. Clary yang baik, yang memperlakukannya dengan tulus.

"Cla, aku mau lanjut kuliah S2 di Bandung."

"Sounds good. Kapan mulai?"

"Bulan depan."

"Nanti disana kost atau..."

"Kost."

"Udah dapet atau mau aku rekomendasiin tempat kost untuk kamu?"

"Udah dapet. Mungkin dua minggu lagi aku kesana."

Clary tersenyum, "Aku seneng kamu udah mulai mikirin kemajuan diri kamu sendiri, Nic. Semangat ya!"

"Makasih ya, Cla, kamu udah dukung aku."

"Memang udah seharusnya aku dukung kamu. Kita kan temen. Nanti kalo kamu butuh bantuan, apapun itu, kamu jangan ragu buat hubungin aku."

Nico tersenyum. "Kamu terbaik!"

"Kamu baru tau?" tanya Clary yang membuat Nico salah tingkah. Clary tersenyum, lalu memberikan paper bag yang dia bawa pada Nico. "Kemarin aku baru launching parfum, ini untuk kamu. Aku udah pilih wangi yang sesuai dengan selera kamu."

"Boleh aku coba, Cla?"

"Boleh dong!"

Clary meminta biji kopi kepada pegawai kafe, untuk menetralkan penciuman Nico karena mencoba beberapa parfum.

Nico memandang Clary. Perempuan itu memang tahu apa yang harus dia lakukan tanpa Nico meminta. Nico sadar Clary terbaik, dan Nico bersyukur, perempuan terbaik itu masih akan tetap ada untuknya meskipun hanya sebagai teman.

"Wanginya bener-bener enak banget, Cla, makasih ya, Cla. Aku tau parfumnya mahal, aku akan jadi orang sukses supaya bisa terus beli parfum kamu ini."

Clary tertawa, "Kamu harus bisa sukses supaya bisa borong brand yang aku jual. Harus!"

Nico tersenyum. Ternyata semenyenangkan ini berteman dengan Clary. Hatinya tenang, karena sepertinya dia akan bisa melanjutkan hidupnya dengan baik.

* * *

CLARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang