Aya semalaman tak tidur, matanya sembab dan wajahnya pucat. Mark datang dan mengecek kondisi Aya di apartement nya. Karna semalam Aya sempat menghubungi Mark soal Jay.
Mark hanya membulatkan matanya saat mengetahui tangan Aya yang penuh luka sayat.
Ya, Aya melakukannya lagi. Setelah hampir setahun ini ia berhenti menyakiti dirinya sendiri, kini ia melakukannya lagi.
Saat itu ia tak pernah menyakiti dirinya sendiri karna bantuan Jay, tapi sekerang malah Jay yang membuatnya melakukan hal itu lagi.
"Aya! Lo apain tangan lo?" Dengan sigap Mark mengambil kotak P3K dilaci belajar Aya. Mark mengobati luka-luka itu dengan sangat hati-hati.
Sedangkan Aya masih hanyut dalam lamunannya, harinya benar-benar hancur saat ini. Laki-laki yang sangat ia cintai sekarang sudah tak mempercayainya lagi.
Lagi-lagi air matanya menetes dengan derasnya disertai isakan tangis yang menjadi. Saat ini juga ia ingin pergi, tak disini dengan luka yang sangat menyakiti.
Mark memeluk tubuh gadis itu dengan lembut, mengusap setiap surai hitam yang terlihat sedikit berantakan.
"Udah jangan nangis lagi, ada gue disini. Gue bakal nemenin lo sampe lo ngerasa lebih baik" ucap Mark
"Gue mau mati aja Mark, gue udah hancur, gue ga kuat lagi, gue cinta sama dia tapi kenapa dia kaya gini sama gue, plis Mark biarin gue mati sekarang," Aya masih terisak bahkan ia memukul-mukul dada Mark.
"Dengerin gue, kalo Jay lepasin lo gitu aja tanpa dengerin penjelasan lo, itu artinya dia ngga baik buat lo. Dia ngga bener-bener tulus sama lo, gue yakin kalo dia sayang sama lo, dia bakal balik lagi kok" bujuk Mark
"Lepasin gue Mark! Lepasin!" Aya terus memukul dada Mark, perlahan badannya melemah dan tak memiliki tenaga untuk memukulnya lagi.
"Oke cukup lo nyakitin diri lo sendiri. Lo harus lepasin semua emosi lo ke gue, gue bakal terima, tapi jangan lo sayat lagi tangan lo" ucap Mark dengan nada yang lembut
Perlahan Aya mulai tenang dan tertidur dipelukan Mark, Mark merasa sedikit lega karna Aya bisa tidur kali ini. Karna dari semalam ia hanya menangis.
-
Korea 09.17
"Jay!!" Teriak Lia yang baru saja melihat sosok Jay keluar dari kelasnya.
"Gimana lo sama Aya?"
Jay tak merespon dan tetap berjalan mendahului Lia.
"Jay? Gue tanya, gimana lo sama Aya? Lo denger ngga sih?!"
Jay menghentikan langkahnya, mengendus kesal karna Lia selalu saja mengganggu waktunya.
"Gue udah putus! Puas lo" ketus Jay, lalu melanjutkan langkahnya.
Lia tersenyum, ia sangat senang mendengar kalimat Jay barusan. Karna tujuan Lia membuat Jay dan Aya putus bukan hanya untuk balas dendam, tapi Lia juga memiliki rasa pada Jay.
Hari semakin larut, tapi mata Jay masih terjaga. Menidurkan tubuhnya diatas kasurnya, melipat tangannya didada dan menatap langit-langit kamarnya.
Ia menoleh kearah sudut yang disana terdapat foto-fotonya bersama Aya. Ia memejamkan matanya dan mulai merasa sesak didadanya.
"Kenapa kamu lakuin itu Raya, aku sayang banget sama kamu, tapi balesan kamu apa? Kamu malah bareng lagi sama Sunghoon disana" gumamnya pelan, pada diri sendiri.
"Kenapa kamu ngga jujur dari awal, kalo gini sama aja kamu mau bunuh aku" lanjutnya
-
Vancouver 20.18
KAMU SEDANG MEMBACA
P R E C I O U S J A Y
Короткий рассказ~ "Gue seneng ketemu Aya dalam hidup gue" ~ "Gue beruntung bisa jadi cinta pertama dan terakhir Jay"