Sudah berkali-kali Aya melongok kearah perkarangan rumahnya dari jendela kamar, berharap papanya pulang sendiri dan tidak membawa tante Jessica.Aya menggigit bibir bawahnya lagi, hal yang ia lakukan ketika gelisah. Aya berpikir kenapa pikirannya terlalu kompleks, harusnya ia bersikap tenang. Ini hanya pertemuan biasa.
Aya menatap wajahnya didepan cermin, ia merasa kalau harusnya dari awal ia akan lebih menentang hubungan papanya dan tante Jessica.
Tak lama, mobil papanya memasuki halaman rumah. Ia segera berlari memastikan bahwa papanya tak membawa wanita itu dari jendela kamarnya.
Setelah memastikannya, Aya membalikan badannya lesu dan menghela nafas panjang. "Dugaan gue bener" gumamnya.
Ia turun, keruang tamu. Tempat dimana ia, papanya dan wanita itu akan membicarakan sesuatu. Aya memasang wajah malas, tersenyum miring melihat kelakuan sok baiknya wanita yang bersama papanya itu.
Aya duduk berhadapan dengan papanya dan tante Jessica, tapi tangan Aya sibuk dengan ponselnya.
"Jake, bawa gue kabur dari sini !!"
Aya mengirim pesan pada Jake, dan saat itu juga Jake membalasnya.
"Udah lo diem dengerin papa ngomong, terus kabarin gue!"
Aya menghela nafas, "Jadi papa mau ngomong apa ?" tanyanya to the point.
"Jadi gini, papa mau menikah sama tante Jessica secepatnya dan papa minta restu sama kamu"
Aya mendelik, badannya gemetar, tubuhnya seakan dihantam batu besar.
"Tapi pa,-"
"Sebenernya restu kamu ngga ngaruh, karna papa tau kamu bakal bilang engga. Tapi apapun keputusan papa, papa ngga bisa ubah itu. Jadi, mulai sekarang bersikap baik sama tante Jessica karna dia calon mama kamu"
Raya menangis, tampangnya terluka setelah mendengar kata-kata dari papanya barusan.
"Jadi sekarang gue udah ngga dianggep sama papa" gumamnya, ia terus menahan kekesalannya.Tangannya gemetar mengambil Cutter diatas meja belajarnya, tapi saat ia akan menggoreskan pada tangannya, Jake datang menahan tangan Aya.
"Cukup Raya, gue ngga mau lo nyakitin diri lo terus. Gue tau apa yang lo rasain, tapi pliss gue mohon jangan kaya gini, gue sayang lo. Papa, mama dan semua sayang lo !!" suara Jake sedikit lirih.
"Semua kata lo, siapa ? gue hidup ngga guna. Gue cuma bisa ngerepotin lo sama orang tua lo, gue hidup cuma jadi beban papa" tatapan Aya binar, matanya berkaca-kaca.
"Gue disini buat jagain lo !! kalo lo suka nyakitin diri sendiri, gue harus bilang apa sama mama lo disana Aya... Plis kali ini dengerin gue"
Aya menjatuhkan Cutter nya lalu Jake memeluk erat sepupunya itu.
"Gue bakal jagain lo Aya, karna mama udah nitipin lo ke gue" pelukannya semakin erat pada Aya. Aya masih terisak, Jake mengelus rambut Aya.
"Lo nangis sepuas lo, gue tetep disini sampe lo udah ngerasa lebih baik" ucap Jake.
*
Jay menekukkan kakinya pada lantai koridor yang sepi, karna masih terlalu pagi. Kedua tangannya bersedekap, sementara matanya terpejam.
Melihat Aya berjalan sendirian, Jay bangkit dan mendekati Aya.
"Lo selfharm lagi ?" Jay yang melihat Aya memakai hoodie pagi ini. Aya meliriknya "Emang apa urusan lo ?". "Gue,,-" jawab Jay gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R E C I O U S J A Y
Historia Corta~ "Gue seneng ketemu Aya dalam hidup gue" ~ "Gue beruntung bisa jadi cinta pertama dan terakhir Jay"