-Pagi ini cuaca sedikit mendung, tak memungkinkan jika Aya berangkat menggunakan motor dengan Jake. Ia memilih untuk diantar papanya, biasanya bareng Jay, tapi hari ini Jay sakit.
Mau tidak mau Aya harus melakukan kegiatannya sendiri hari ini, tanpa Jay.
Raya duduk dikantin sendirian, jangan tanya kemana Jake, dia pasti main basket jam segini.
Ia memaninkan ponselnya, ia memandangi kiri kanannya. Ini suasana yang tak biasa, tanpa Jay membuatnya kesepian.
Tak membayangkan jika ia benar-benar pergi ke Vancouver, pasti terasa sangat sepi dan hampa tanpa Jay disana. Apakah Aya siap melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa sosok Jay.
Ditambah lagi Jake yang akan melanjutkan pendidikannya di Australia. Mungkin sekarang Aya harus membiasakan diri tanpa Jake.
Aya kembali menatap layar ponselnya,
Ting !!
Aya mendapat pesan dari Jay.
Jay
Lo lagi ngapain?Gue bosen dikamar mulu :(
Pulang sekolah lo harus kesini!! gue ngga mau tau.
Gue kangen, pengen dipeluk :(
Aya hanya terkekeh membaca pesan dari Jay, sepertinya memang benar kalau Jay itu bucin.
Diam-diam senyumnya memudar, mengingat apa yang telah ia lakukan selama ini pada Jay. Ia menyesal telah memperlakukan Jay dengan buruk.
Gue harus bayar semua kesalahan gue, batinnya.
-
Aya sudah sampai didepan rumah Jay, rumahnya tampak sepi. Mungkin mamanya tidak ada. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Jay.
"Gue udah didepan," ucap Aya, yang langsung diputuskan sepihak oleh Jay, Jay bergegas membukakan pintu.
"Lama tau ngga!! gue udah nahan kangen dari semalem" lengan Aya langsung dipeluk oleh cowok itu tanpa basa-basi dan menuntunnya kedalam kamarnya.
Jay berbaring dan tak melepaskan tangan Aya.
"Kamu lepasin dulu tangannya, aku ngga bisa gerak," ucapnya lirih
Jay tertegun sekaligus tertawa kecil, "Kamu? pasti abis nonton drama," Jay terkekeh, mengelus lembut surai Aya.
"Abis baca komik Romance, hehe" Aya menggaruk kepala belakangnya.
"Yaudah, kamu disini aja nemenin aku," kata Jay, genggamannya makin erat dan Aya hanya bisa pasrah.
"Mama ngga dirumah?" tanya Aya pelan, mengelus surai Jay. Jay hanya menggeleng, matanya tertutup dan tangan Aya masih setia ia cekam.
Untuk beberapa saat mereka berdua hening, Jay menikmati kehangatan tangan Aya, sedangkan Aya masih setia menatap wajah Jay.
"Jay," akhirnya Aya buka suara.
"Hemmm," jawabnya singkat tapi matanya masih tertutup
"Aku takut,"
Jay membuka matanya lalu duduk disebelah Aya.
"Takut? kenapa?"
"Takut kehilangan kamu," serunya lirih, menyandarkan kepalanya pada bahu Jay.
Jay tertawa kecil, "Sejak kapan kamu bucin begini,"
"Sejak aku tau kalo kamu itu bener-bener berharga"
Kalimat Aya berhasil membuat Jay terdiam, entah apa yang ia rasakan sekarang. Yang jelas Jay paham maksud Aya, bahkan Jay memiliki ketakutan yang lebih pada Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R E C I O U S J A Y
Historia Corta~ "Gue seneng ketemu Aya dalam hidup gue" ~ "Gue beruntung bisa jadi cinta pertama dan terakhir Jay"