Suasana haru masih menyelimuti pemakaman Aya, terlebih lagi Papa Aya yang sedari tadi terus menangis. Mau tak mau ia harus kehilangan lagi, kehilangan sosok gadis yang sangat ia cintai setelah Istrinya.
Kini ia hanya sendiri, ditinggal dua wanita hebat dalam hidupnya.
Jay menatap makam Aya dengan tatapan kosong, Jake yang berada disampingnya hanya bisa menenangkan, walaupun dia sendiri merasa sangat terpukul.
Setelah pemakaman selesai, satu persatu orang yang berada disana mulai beranjak, begitupun Papa Aya dan orang tua Jake.
Hanya tersisa Jay dan Jake disana. Jay mulai menangis, ia duduk disamping makam Aya yang tanahnya masih basah. Jay memeluk erat nisan gadisnya itu.
"Jake, gue masih ngga rela Aya pergi. Gue belum sempet bahagiain dia, gue belum sempet nepatin janji gue setahun lalu. Gue sayang sama dia, gue mau dia balik Jake!" Suara isakan yang hampir tak terdengar Jake, namun bisa ia rasakan kalau Jay sangat kehilangan gadis yang selama ini menjadi alasannya bahagia.
Jake mendekati Jay, lalu duduk disampungnya sembari menepuk-nepuk bahunya.
"Gue tau Jay, tapi takdir berkata lain. Lo harus belajar nerima keadaan. Aya udah tenang disana, lo tau kan dia itu banyak nanggung beban selama ini. Dia udah ngga sakit lagi sekarang, dia udah ketemu Mama"
"Jake, apa gue bener-bener harus ikhlasin dia. Gue ngga sanggup, gue belum siap" ucap Jay sekali lagi
"Kalo lo sedih, Aya juga ikut sedih disana Jay,"
Perlahan Jay mulai bisa menetralkan air matanya, ia kembali menatap nisan dengan tatapan penuh arti.
"Yang tenang disana ya, makasih udah hadir. Aya, aku pamit ya, nanti aku bakal sering-sering jengukin kamu disini" Jay berdiri, diikuti Jake disampingnya.
-
"AYA! AYAA! AYAAAAA!!!" Jay terbangun, keringat bercucuran dikeningnya, Nafasnya pun tak beraturan, Matanya masih terbelalak dan sesekali ia mengusap dadanya.
"Ayaa!" Jay langsung bangkit, mengambil kunci mobil diatas nakasnya dan mengaut jaket yang berada dimeja ruang tamu.
Jay mengendarai mobilnya dengan terburu-buru, pikiran-pikiran itu terus muncul dalam benaknya. Sepanjang perjalanan, Jay sangat gusar, keringatnya pun masih mengalir dipelipisnya.
Tujuannya pun sampai, ia langsung berlari menuju tempat yang sangat ia ingin pastikan.
Jay berhenti didepan ruang UGD, ia langsung membuka pintunya.
Perlahan perasaannya sedikit lega, karna apa yang barusan ia pikirkan hanyalah kembang tidur. Jay mendekati brankar yang terdapat gadis yang masih tertidur.
Jay duduk dikursi kosong disebelah Aya, Jay menggenggam tangan Aya dan memejamkan matanya. Jay merasakan kehangatan yang masih melekat pada tangan Aya, meskipun gadis itu belum juga bangun.
"J-jay," suara lirih itu, suara Aya.
Jay terkejut, ia langsung membuka matanya yang sempat terpejam beberapa menit lalu.
"Aya!" Jay tersenyum, tak dipungkiri perasaannya sangat lega sekarang, Aya sudah bangun.
"Aya? Ada yang sakit? Atau kamu butuh sesuatu?" Tanya Jay yang masih dalam perasaan khawatirnya
"Aku pengen minum," suara Aya masih sedikit tidak jelas,
"Minum?" Jay memastikan, Aya mengangguk pelan
Dengan sigap Jay mengambil segelas minuman yang terletak diatas nakas didekatnya. Ia membantu Aya untuk minum meskipun Aya masih sedikit kesulitan untuk duduk, hanya sekedar minum saja
KAMU SEDANG MEMBACA
P R E C I O U S J A Y
Short Story~ "Gue seneng ketemu Aya dalam hidup gue" ~ "Gue beruntung bisa jadi cinta pertama dan terakhir Jay"