Matahari sudah memasuki ruangan tamu,membuat mata Aya terbuka. Ia bingung kenapa tiba-tiba selimut hangat sudah menutupi tubuhnya.
Ia berjalan kedapur dan menemukan Jay disana sedang sibuk dengan masakannya.
"Lo belum pulang?" tanya Aya sembari duduk dikursi dekat kulkas dan mengambil beberapa roti diatas meja. Muka bantalnya yang terlihat lucu,membuat Jay tertawa kecil.
"Muka lo kalo bangun tidur jelek banget,astaga" Jay melirik saja karna masih sibuk dengan pan ditangannya.
"Biarin aja gue tetep cantik dimata gue sendiri" jawabnya santai. Lalu Aya berjalan menghampiri Jay,melihat apa yang sedang ia masak.
"Lo bisa masak?" Aya mengangkat sebelah alisnya. "Emang elo ngga bisa masak !! gue mah pinter" tangan kanan Jay mendarat dijidat Aya dan membuat cewek itu meringis.
Cewek itu melemparkan senyum kecutnya pada Jay dan pergi begitu saja dari hadapan Jay. Jay hanya mendecak sebel.
Raya pergi kekamar Jake,memastikan apakah dia sudah baikan. Saat membuka pintu kamarnya,Jake sudah duduk dikursi dengan mata yang masih sedikit terbuka,menghadap jendela karna ingin mendapatkan sinar matahari pagi.
"Jake !! lo udah baikan?" Aya menepuk pundak Jake.
Jake mengangguk. "Eh mama sama papa kapan pulang ?" Aya duduk diujung kasur milik Jake."Kayanya bakal lama deh,soalnya papa ada urusan kerjaan disana" Jake bangkit dari tempat duduknya dan menatap Aya.
"Lo kenapa? ada masalah? soal papa?"
Tak mendapat respon,Jake mendekati Aya dan duduk menjajarinya. Menepuk pundaknya dan mengelus rambutnya dengan penuh perhatian. Tak terasa,tiba-tiba air mata Aya jatuh tak terkendali. Membuat suara isak tangis yang tak seberapa terdengar namun terasa sangat pilu.
"Jake,gue kangen mama" suara isakannya semakin menjadi,membuat Jay yang berada didapur langsung berlari menuju kamar Jake.
Jake memeluk Aya,ia tak bisa melihat Aya seperti ini dan ia mencoba menenangkannya. "Aya,, lo ngga boleh kaya gini terus,lo itu harus kuat. Mama disana pasti sedih liat lo kaya gini terus" Jake mengeratkan pelukannya.
Jay menyadari kalau ternyata Aya secengeng itu selama ini. Tapi Aya tak pernah menunjukkannya pada orang lain. Dimata Jay,Aya adalah gadis kasar dan kuat,namun ternyata salah. Aya adalah gadis yang rapuh dan mudah hancur,apalagi soal mamanya.
Jay beranjak dari tempatnya berdiri,ia menuju ruang tamu dan duduk disofa menyandarkan punggungnya disana. Ia memikirkan kejadian 8 tahun lalu bersama mamanya Aya.
*
Jay,laki-laki yang lugu sedang menangis ditaman. Ia duduk meringkuk dengan memegang balon ditangan kanannya. Dengan isak tangis yang meluap,ia sampai tak menghiraukan orang-orang disekitarnya.
"Kenapa nangis ? mau tante beliin es krim ?" tanya seorang wanita yang juga membawa anak perempuan disampingnya.
Jay menggeleng,lalu wanita itu mengambil sebuah gantungan kunci yang berada didalam tas putrinya kemudian memberikannya pada Jay.
"Udah jangan nangis lagi anak baik,ini buat kamu. Tante kasih hadiah. Inget ya anak cowok ngga boleh cengeng lo" wanita itu mengelus rambut Jay. Jay mengangguk senang dan segera ia menyeka air matanya.
Tapi mata Jay tertuju pada gadis cantik berambut pendek yang berada disamping wanita itu. Jay tersenyum,lalu gadis itu membalas senyum Jay.
*
Malam ini Aya harus pulang,karna papanya berada dirumah. Tapi dia tidak tega meninggalkan Jake sendirian dirumahnya karna orang tuanya belum kembali dari Australia. Akhirnya Aya mengajak Jake kerumahnya,karna Jake juga belum sehat sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R E C I O U S J A Y
Short Story~ "Gue seneng ketemu Aya dalam hidup gue" ~ "Gue beruntung bisa jadi cinta pertama dan terakhir Jay"