Yoana menyusuri lorong kelas XI IPS, berniat untuk menemui Sean. Ia datang seorang diri tanpa ditemani Irene. Irene saat ini sedang bersama pacarnya, Jun, mana mungkin Yoana tega memisahkan kedua sejoli yang sedang mabuk asmara itu.
Alhasil Yoana pergi seorang diri ke kelas Sean, niatnya untuk memberikan barang pemberian papanya pada Sean.
Tinggal beberapa langkah lagi, Yoana bisa sampai ke kelas Sean. Gadis itu memperlambat langkah kakinya. Ia hanya berusaha mengumpulkan keberanian untuk menginjakkan kaki ke dalam kelas seniornya itu.. Yoana juga melihat beberapa teman Sean di depan kelas, Brandon salah satunya. Saat teman-teman Sean melihat Yoana, mereka sontak lari masuk ke dalam kelas.. Yoana mendelik heran karena tingkah aneh mereka.
Yoana tetap berjalan hingga ia tiba di depan pintu kelas XI IPS-1. Gadis itu agak kaget ketuka disuguhkan pemandangan yang berbeda. Teman kelas Sean berbaris rapi, seperti para pelayan yang menunggu kehadiran majikannya. Sedangkan Sean berdiri di tengah-tengah barisan tersebut.
" Selamat datang dek Yoana.. " Sapa seluruh teman kelas Sean. Yoana tertegun beberapa saat, bisa dibilang sedikit syok dengan tingkah mereka.
" I-iya.. "
" Yoana.. ayo masuk. " Pinta Selena. Di raihnya lengan Yoana agar gadis itu masuk ke kelas.
" Kasih duduk Yoana di kursi gue.. " Bisik Sean pada Brandon.
Brandon segera melancarkan aksinya, ia menarik kursi Sean dan mempersilahkan Yoana duduk.
Sedangkan Sean mengikut dari belakang dan duduk di kursi sebelah Yoana. Milik siapa lagi kalau bukan kursi milik Brandon.
" Tumben datang ke kelasku? Apa Yoana sedang merindukanku? " Goda Sean. Rasa sakit di pantatnya menghilang entah kemana, tergantikan dengan rasa senang karena kehadiran Yoana.
Yoana mendelik kesal. Omong kosong macam apa yang Sean bicarakan. Kalau bukan karena mau mengantar barang pemberian papanya, Yoana mana mau databg ke kelas Sean.
" Apaan sih.. gak jelas. "
Sean terkekeh. " Yoana salah tingkah ya.. " Sean kembali menggoda Yoana.
" Aku kesini cuma mau memastikan.. apa yang kemarin masih sakit? "
Sean paham betul kalau yang dimaksud Yoana adalah pantatnya yang dipukul papa Yoana kemarin.
" Pantatku masih agak sakit.. tapi aku baik-baik saja. "
Yoana terlihat iba. " Maafin kelakuan papa ya senior.. papa memang kayak gitu orangnya. "
Sean menggeleng. " Tidak apa.. jangan dipikirkan. "
Yoana mengangguk pelan.
" Apa yang membawamu kesini? " Tanya Sean.
Yoana memberi barang yang berada dalam paper bag. " Aku ingin memberikan ini. "
" Apa ini? " Sean membuka isi paper bag tersebut.
" Itu bantal duduk dan minyak urut. Papa bilang kalau pakai minyak urut itu, sakitnya akan cepat hilang dan bantal duduk itu dipakai kalau lagi duduk di kelas. Supaya nyaman sewaktu belajar. "
" Astaga.. tidak perlu repot-repot. "
" Ini permintaan maaf dari papa.. lebih tidak enak kalau senior tidak menerimanya. "
Sean mengangguk paham, lagipula Yoana sudah susah payah membawakan barang ini untuknya. Tidak mungkin dia tidak menerimanya. " Kalau begitu aku titip salam dan ucapan terima kasih untuk papamu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle ✔
Юмор{COMPLETED} Sean tidak percaya dengan bualan si peramal yang mengatakan bahwa ia memiliki permen permohonan yang bisa mengabulkan semua keinginan Sean. Masalahnya, keinginan Sean adalah bisa bertemu lagi dengan kekasihnya yang sudah meninggal, Yoan...