🥀 - Pilihan Berat

172 49 8
                                    

09 Desember 2017

Seminggu telah berlalu dan terjadi perubahan aneh pada mood Sean. Sean yang biasanya ceria dan jahil, tiba-tiba berubah menjadi lesu. Orang-orang sekitar Sean menyadari hal tersebut.

Setiap Brandon, Selena, atau Irene menanyakan perihal mood Sean, lelaki itu selalu mengalihkan topik. Sedangkan saat Yoana yang bertanya.. selalunya mata Sean menjadi berkaca-kaca.

Saat ini, Sean tengah terduduk lesu di bangku kelasnya. Mengabaikan kedua sahabatnya, Brandon dan Selena yang memperhatikan gerak-geriknya sedari tari. Brandon dan Selena heran sekaligus khawatir dengan perubahan Sean yang entah karena apa. Sean terlihat seperti orang yang berbeda.

"Lu tau gak kenapa Sean jadi murung?" Tanya Selena.

"Gue mana tau.. tiba-tiba aja murung tanpa sebab. Awalnya gue pikir karena lagi bertengkar dengan Yoana.. tapi waktu tanya Yoana katanya mereka baik-baik aja dan gak lagi bertengkar. Yoana malah sama bingungnya kayak kita, katanya Sean aneh karena tiba-tiba murung."

"Memang aneh sih, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba gitu. Dia juga gak cerita ke kita.." Tutur Selena.

"Gimana kalau nanti lu samperin dia, basa-basi dulu baru tanya kenapa tiba-tiba jadi murung." Usul Selena. "Sumpah gue kasihan lihat perangainya yang kayak mayat hidup."

"Ya udah.. pulang sekolah nanti gue samperin."

Setelah memikirkan perencanaan yang matang, Brandon dan Selena akhirnya menemukan titik tengah agar bisa mengembalikan mood Sean yang kacau entah kenapa.

Pulang sekolah, sebisa mungkin Brandon menarik Sean agar ikut bersamanya ke perpustakaan. Brandon harus mengorbankan waktu ngedate-nya dengan sang pacar demi Sean. Ya mau diapa, Sean adalah sahabatnya.. mana mungkin ia tinggalkan begitu saja.

"Lu udah makan?"

Sean mendelik karena pertanyaan random Brandon. Tak biasanya lelaki dihadapannya menanyai hal demikian.

"Gue udah makan atau belum itu bukan urusan lu."

Brandon yang geram dengan jawaban Sean langsung menjitak kepala Sean hingga terdengar suara meringis dari mulut Sean.

"Gue bertanya karena khawatir sialan.. lu udah lemes kayak mayat hidup, emang lu pikir gue dan Selena mau lihat lu kayak gini."

"Gue baik-baik aja.. gak ada yang perlu kalian khawatirkan."

"Pleassseee Sean.. lu kalo ada masalah pasti bertingkah kayak gini, kelihatan banget tau gak."

Sean terdiam. Memang yang dikatakan Brandon benar. Ia sama sekali tak dapat menutupi perasaan sedih yang tengah ia rasakan.

"Lu gak mau cerita sama gue?" Tanya Brandon pelan.

Sean tetap tak menjawab.

"Bro.. gue dan Selena selalu ada buat lu, kita siap dengar semua curhatan lu.. begitupun sebaliknya. Bukannya waktu kecil kita bertiga pernah janjian kalau ada yang sedih maka yang lain harus membantu."

Brandon menepuk pelan bahu Sean. Mendapat perlakuan itu, Sean tak bisa lagi membendung kesedihannya. Perlahan airmatanya lolos begitu saja.. disertai isakan kecil. Hingga Brandon syok beberapa saat, Sean menangis tersedu-sedu dihadapannya. Sungguh pemandangan yang langka.

"Lu kenapa sih jir.. buat takut gue."

Ucapan Brandon benar-benar merusak suasana. Namun Sean tetap tak menggubris, ia sibuk menangis karena memikirkan perkataan si peramal seminggu lalu.

Miracle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang