25 Desember 2017
Pagi hari yang cukup sejuk membuat Yoana terbangun dari tidurnya. Yoana bukanlah kaum penikmat suhu dingin, tubuhnya akan terasa kaku dan beku jika berlama-lama di ruangan dingin. Semalam, Yoana tidur bersama Irene di kamar tamu. Entah terbuat dari apa kulit Irene hingga adik Sean itu memasang AC bahkan disaat suhu udara cukup dingin.
Yoana memilih bangun dari tidurnya, tak sanggup berlama-lama di kamar. Tujuan Yoana adalah berkeliling sekitar villa untuk sekedar menghangatkan diri.
Yoana menuju pintu utama, hendak keluar villa. Tapi penampakan pintu yang sudah terbuka lantas membuat Yoana berpikir.. apa mungkin asisten villa sudah bangun lebih dulu?
Yoana terus melangkah maju.. mengira bahwa tebakannya sudah pasti benar. Namun saat dirinya sudah berada di luar villa, bukan sosok asisten villa yang ia jumpai melainkan Sean yang berdiri melamun menatap sekitaran villa.
Yoana mengendap-endap, tak mau jika langkah kakinya diketahui oleh Sean. Dengan senyum merekah, Yoana mengulurkan kedua tangannya melingkari perut Sean. Memeluk kekasihnya dari belakang.
"Seaaann.." Yoana sedikit menggoyangkan badannya, membuat badan Sean ikut bergerak sepertinya.
"Ngapain pagi-pagi udah melamun?"
"Gak melamun ihh.. salah lihat pasti."
Yoana melepas pelukannya. Kemudian memilih berdiri di samping Sean, tak lupa dirangkulnya lengan Sean dengan manja.
"Gak kedinginan diluar?" Tanya Yoana.
"Biasa aja sih.."
"Serius?" Tanya Yoana memastikan.
Sean hanya mengangguk.
"Padahal aku rasa dingin banget loh.. lihat jari aku gemetaran."
Yoana memperlihatkan jari-jemarinya yang memang sedikit gemetar menahan dingin.
"Aku gak bisa tidur karena Irene pasang AC di kamar, ternyata di luar sama aja dinginnya."
Sean terkekeh pelan melihat Yoana yang asik menggerutu. Tangan Sean meraih tangan Yoana, membungkus jemari Yoana menggunakan jemarinya guna menghalangi udara dingin yang hendak menusuk kulit Yoana.
"Udah hangat kan?"
Yoana menggeleng. "Belum.."
Sean tak habis akal. Tangan lelaki itu tergerak untuk membawa Yoana dalam dekapannya, dengan maksud yang sama yaitu memberi kehangatan pada pelukan tersebut.
"Kalo gini masih dingin gak?"
Yoana tertawa pelan. "Udah gak terlalu.."
Keduanya terhanyut dalam pelukan hangat, terlebih Sean. Dirinya ingin terus dalam posisi ini.. menikmati kebersamaan dengan Yoana. Ya itu keinginan Sean sebelum Yoana membuka suara.
"Sean.."
"Hmm?"
"Pengen jalan-jalan.."
"Mau jalan kemana?"
"Disini gak ada tempat bagus gitu? Yang cocok untuk kencan?"
Sean mencoba mengingat-ingat. Ia baru sadar kalau kemarin dirinya tak sengaja melihat padang bunga di dekat villa. Tempat yang sangat cocok untuk berkencan dengan Yoana.
"Ada sih.."
"Ayo kesana kalo gitu.." Pinta Yoana.
"Cuma padang bunga.. yakin mau kesana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle ✔
Humor{COMPLETED} Sean tidak percaya dengan bualan si peramal yang mengatakan bahwa ia memiliki permen permohonan yang bisa mengabulkan semua keinginan Sean. Masalahnya, keinginan Sean adalah bisa bertemu lagi dengan kekasihnya yang sudah meninggal, Yoan...