12 April 2020
Sudah setahun lebih sejak kepergian Yoana, Sean kembali menjalani kehidupan seperti biasa. Ia diterima menjadi atlet renang dan sedang dalam masa persiapan untuk menjadi timnas muda. Sean sibuk selama persiapan ujian masuk timnas hingga tidak memiliki waktu bertemu keluarganya.
Untung saja hari ini, tepat di hari ulang tahunnya. Sean berhasil mendapat izin dari pelatihnya agar dapat pulang. Sean sudah tidak sabar ingin bertemu keluarganya, teman-temannya, dan mengunjungi makam Yoana, juga karena ingin merayakan ulang tahunnya.
Sean menyewa mobil travel untuk mengantarnya pulang. Perlu diketahui bahwa jarak asrama atlet renang dan rumah orangtua Sean cukup jauh. Perlu menempuh perjalanan lebih dari tiga jam untuk tiba ditujuan. Itulah yang menyebabkan Sean harus menyewa mobil travel.
Jalanan sekitar lingkungan tempat tinggalnya masih sama, tidak banyak yang berubah dalam setahun terakhir. Sean mengingat kembali memorinya dengan Yoana, dulu dia selalu berkencan dengan Yoana setiap pulang sekolah. Mereka akan membeli food street dan mengunjungi tempat-tempat indah lainnya.
Sean tersenyum, mengingat Yoana yang menghiasi masa remajanya walau sebentar. Andai Yoana masih hidup, pasti Yoana akan menyambut kepulangannya.
Netra Sean masih sibuk mengamati bangunan sekitar, dia mulai mengenali bentuk bangunan-bangunan itu. Menandakan bahwa ia hampir sampai di tempat tujuan.
Sean fokus pada bangunan kecil yang sudah cukup tua, bangunan milik peramal legendaris yang katanya 100% akurat. Yoana bahkan mempercayai takhayul itu, dulu Yoana sering bercerita kepada Sean kalau ia sering datang untuk diramal, Yoana pernah sekali mengajak Sean kesana dan yang terjadi adalah Sean dimarahi oleh peramal karena tidak becus menjaga Yoana. Sean kesal setiap mengingatnya walau pada kenyataan, perkataan peramal itu benar.
"Pak, turun disini saja.." Ujar Sean kepada sopir travel.
Sopir itu pun menghentikan laju mobilnya lalu menurunkan Sean tepat di depan gedung si peramal. Dengan tas yang dijenjeng, Sean masuk ke gedung itu.
"Selamat siang." Sapa Sean. Hal yang pertama kali Sean lihat tidak jauh berbeda dari yang dia lihat sebelumnya. Nuansa gaib lengkap dengan bola ramal di atas meja.
"Selamat siang.. akhirnya ada pelanggan yang datang." Sean yakin kalau suara itu adalah suara yang sama dengan suara dari peramal yang pernah memarahinya.
"Rupanya kau anak muda.." Ujar sang peramal. " Kau datang sendiri? Dimana pacarmu? "
Sean hanya diam, enggan membalas perkataan sang peramal.
"Duduklah.." Sang peramal kembali berujar kemudian duduk di kursinya, disusul Sean yang duduk berhadapan dengannya.
"Apa yang membawamu kesini?"
"Aku ingin diramal tentang masa depanku.." Jawab Sean.
Sang peramal tidak langsung melancarkan aksinya, ia menatap dahulu ke arah Sean. "Menarik.. apa kau tidak ingin tau juga tentang kisah cintamu?"
"Tidak perlu. Aku tidak berniat menikah."
Sang peramal cukup terkejut dengan penuturan Sean. "Apa kau sudah putus dengan pacarmu?"
"Kami sama sekali tidak putus."
"Lalu kenapa tidak mau menikah? Apa kau tidak mencintainya?"
" Aku sangat mencintainya. "
Sang peramal mengerutkan dahi, lalu mengambil sebatang lidi diujung mejanya kemudian melayangkannya ke tangan Sean. Membuat Sean meringis kesakitan akibat ulahnya. "Kau mencintainya tapi tidak mau menikahinya?! Kau hanya mau mempermainkan perasaan gadis manis itu?!"
![](https://img.wattpad.com/cover/243003217-288-k628309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle ✔
Humor{COMPLETED} Sean tidak percaya dengan bualan si peramal yang mengatakan bahwa ia memiliki permen permohonan yang bisa mengabulkan semua keinginan Sean. Masalahnya, keinginan Sean adalah bisa bertemu lagi dengan kekasihnya yang sudah meninggal, Yoan...