🥀 - Hantaman Brutal

235 54 7
                                    

Flashback

Saat itu, tepat setelah Yoana memberitahu Sean bahwa dirinya hamil, Mereka segera beranjak menemui papa Yoana.

Dengan perasaan takut, Yoana meminta waktu agar dia, Sean, dan papanya bisa berbincang diruang tamu. Awalnya papa Yoana sangat santai, bahkan papa Yoana menyambut Sean dengan baik. Hingga akhirnya di tengah perbincangan mereka, Yoana dan Sean memberitahukan kebenaran bahwa Yoana tengah mengandung anak Sean.

Bukan main terkejutnya papa Yoana, bahkan mulutnya sampai tidak bisa berkata-kata. Diam mendominasi cukup lama, hingga akhirnya tetes demi tetes airmata jatuh. Papa Yoana menangis di hadapan Yoana dan Sean, ini pertama kalinya Yoana melihat papanya mengeluarkan airmata, tidak lain dan tidak bukan karena dirinya yang sudah melakukan hal yang lewat batas.

Mulut Yoana bergetar, bahkan untuk memohon maaf pada papanya pun sulit. Yoana tidak sanggup melihat papanya menangis, apalagi karenanya.

Sedangkan papa Yoana hanya terus-terusan mengeluarkan airmata. Itulah perwakilan dari perasaannya saat ini.

" Orangtua Sean sudah tau? " Papa Yoana bertanya ke Sean dan Yoana.

" Belum om.. " Jawab Sean. Ia sedari tadi hanya tertunduk, dadanya terasa panas menyaksikan tangisan papa Yoana.

" Kenapa?! " Tanya papa Yoana lagi. Nada bicaranya terdengar lebih tinggi, membuat Yoana dan Sean tersentak kaget.

" Orangtua Sean ada di luar kota.. jadi belum sempat diberitahu. " Jawab Yoana.

" Kalau orangtua Sean sudah pulang, kalian segera beritahu hal ini... harus!! " Lagi-lagi nada bicara papa Yoana meninggi, disertai dengan airmata yang tak kunjung berhenti.

" Papa.. maafin Yoana. " Ujar Yoana akhirnya, sedari tadi ia berusaha keras mengumpul keberanian untuk mengucapkan ini.

" Minta maaf untuk apa? Semua sudah terlambat Yoana.. "

Yoana terdiam, papanya benar-benar marah. Helaan nafas berat papanya sudah menjelaskan segalanya.

Suasana hening untuk beberapa saat. Hanya airmata tanpa isakkan yang keluar membasahi wajah papa Yoana dan Yoana. Sean memilih diam, otaknya benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Ia tidak menyangka kalau papa Yoana akan menangis, karena ia pikir papa Yoana akan memarahi mereka habis-habisan.

" Om.. " Panggil Sean pada papa Yoana, ia sedari tadi mengumpulkan keberanian untuk membuka suara.

Mendengar itu, papa Yoana sedikit menoleh ke arah Sean.

" Saya janji akan tanggung jawab. " Ujar Sean.

Papa Yoana menatap Sean intens. " Ya.. itu memang harus. "

Flashback End

Tiba-tiba saja ingatan itu muncul di kepala Sean saat bertemu tatap dengan papa Yoana. Kejadian sebelum ia memakan permen permohonan. Sean selalu sedih setiap mengingat hal itu.. kesalahan yang menghancurkan hati banyak orang.

" Kamu masih mau melamun atau masuk ke rumah? " Ucapan papa Yoana membuyarkan lamunan Sean. Sean segera menyadarkan dirinya dan langsung bersalaman pada papa Yoana.

" Tidak usah repot-repot om.. saya mau langsung pulang. "

" Gak mau minum teh dulu? "

" Tidak usah om.. "

Papa Yoana tidak bisa memaksa Sean, ia pun hanya mengangguk.

" Nama kamu siapa? "

" Saya Sean.. "

Miracle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang