12. KUNTI NYEBELIN

1.1K 173 2
                                    

Bahkan yang sudah tiada pun masih butuh bantuan.

Ree Caltha

Tuk! Tuk! Tuk!

Setelah terus-menerus mengganti posisi tidur sambil menutup telinga, akhirnya aku menyerah. Aku terbangun dalam keadaan ogah-ogahan. Mata super lelah ini kupaksa terbuka.

Tidurku terganggu oleh suara ketukan di kaca jendela yang tidak mau berhenti. Mengganggu sekali.

Setelah mengucek mata dan menguap lebar, aku memaksa diri untuk duduk sembari mempertajam pendengaran. Suara jangkrik dan hewan malam lain terdengar bersahutan di luar sana.

Tuk!

Oh ya ampun! Siapa pengganggu malam-malam begini?

Aku meraih ponsel di meja. Hendak mengecek jam berapa sekarang karena suara televisi dari sinetron yang biasa ditonton ibu sudah tidak terdengar. Itu berarti sudah larut malam.

Setelah mengerjap beberapa kali karena tiba-tiba mata terpapar cahaya ponsel yang terlalu terang. Aku kemudian melihat jam yang ternyata sudah pukul dua belas malam. Benar kan, sudah sangat larut.

Dalam keadaan kamar yang gelap gulita ini, aku tak berani bergerak maupun mengeluarkan suara. Awalnya berpikir bahwa itu ulah Rian dan Risa. Namun, sepertinya mereka tahu diri untuk tidak mengganggu tengah malam begini.

"Hiks ... hiks."

Suara seperti seseorang menangis terdengar tepat di luar jendela. Aku meneguk ludah.

"Siapa itu?" tanyaku penasaran. Jika hantu iseng lagi, siap-siap saja.

"Hiks ... hiks ... hiks."

Bukannya menjawab, suara itu malah makin mengeraskan tangisan. Fiks! Hantu ini memang sedang iseng.

Aku memutuskan bangkit. Dengan enggan menjauhkan selimut hangat dari tubuh.

Aku melangkah perlahan menuju jendela. Sejenak mengambil napas lalu menyingkap tirai. Namun, tidak menemukan apa-apa. Hanya suasana gelap gulita dengan beberapa lampu jalan yang tampak jauh. Adapun cahaya bulan pucat ditemani beberapa bintang di langit sana.

"Aaaa!"

Aku spontan berteriak kencang sambil berjalan mundur.

Wajah pucat itu tiba-tiba muncul di jendela.

Mataku menatap lebar jendela dengan tubuh gemetar. Wajah itu! Bikin kaget saja.

Tuk!

Aku masih tak berkutik sambil bersender di dinding. Memegangi dada di mana jantung berdebar kencang.
Aku enggan membuka jendela itu lagi.

"Kamu siapa, hah?!" tanyaku risih. "Mau apa menggangguku?"

"Aku tidak berniat mengganggumu," ucapnya halus. Sangat halus sampai-sampai aku hampir tidak mendengarnya. Satu yang pasti, itu suara wanita.

"T'rus mau apa?" sahutku lagi.

"Aku perlu bantuanmu, Manusia" Nada suaranya sangat pelan.

"Apa?"

Hening. Tak lama kemudian suara tangis kembali terdengar. Oh ya ampun, hantu ini menyusahkan sekali.

"Bantu aku, Manusia," ucapnya kemudian lengkingan tinggi khas Mbak Kunti terdengar nyaring. Bulu kudukku berdiri seketika.

Aku mengerti. Suara itu ternyata dari Mbak Kunti penunggu pohon mangga tetangga. Entah kenapa aku langsung mengenalinya.

"Kubilang apa maumu, hah? Dasar makhluk tidak sopan!"

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang