34. PENGHIANAT!

1K 155 38
                                    

Cinta itu datang karena terbiasa.
Entah terbiasa berbalas pesan atau tatap muka.

Ree Caltha

***

Brakk!!!

Pintu kayu jati berwarna cokelat di salah satu kamar menganga lebar seiring bunyi gebrakan keras.

Seorang pria paruh baya terlihat keluar dengan berjalan tergesa sambil menyeret koper besar. Satu tangannya menggandeng seorang gadis kecil berusia tujuh tahun yang tampak tidak mengerti, tapi menurut saja pada sang pria.

Di belakangnya, seorang wanita mengekor sembari mengeluarkan sumpah serapah. Sesekali berteriak memanggil nama anak gadisnya.

"Risa! Jangan bawa Risa, Mas!" mohon wanita itu dengan langkah terseok.

"Risa harus ikut sama saya!" tegas sang pria menarik Risa agar bergegas.

Di depan pintu, wanita paruh baya itu berhasil menghadang langkah sang pria sebelum berhasil keluar.

"Dia anakku, Mas! Jangan bawa dia!" Sang wanita menarik tangan gadis kecil itu kasar. Membuat si gadis kecil itu meringis.

"Risa harus ikut saya, Mirna! Minggir sana!"

Tangan kokoh sang pria mendorong kasar tubuh wanita di hadapannya. Membuat sang wanita terhuyung beberapa meter dari pintu.

Tak tinggal diam, sang pria pun menarik sang gadis kecil keluar dari rumah itu.

"Mama ...."

Sang gadis kecil menoleh sambil terus memanggil mamanya yang jatuh tersungkur di belakang.  Ia menyadari dirinya terus melangkah menjauh meninggalkan sang mama.

"Mama!"

Ia masih kecil dan tak mengerti mengapa kedua orang tuanya saling berbalas teriakan? Namun, ia tetap menurut pada sang ayah yang menyeretnya menjauh.

Meninggalkan sang wanita yang terduduk lemah di lantai. Air matanya tumpah seiring derap sang pria memasuki mobil dan meluncur meninggalkan halaman rumah berlantai dua itu.

Sang wanita rapuh itu tak menyadari, dari atas tangga, anak lelakinya yang berusia 15 tahun tengah menyaksikan perpisahan itu dengan tatapan berkaca-kaca. Tangannya mencengkeram kuat besi penyangga pegangan tangga. Antara takut, sedih dan marah ia rasakan.

Pelan. Langkahnya menuruni anak tangga satu per satu. Lalu berlari ke arah sang wanita yang beralih memeluknya. Mereka saling menguatkan.

***

"Malu-maluin! Masa nangis di depan perempuan. Itu bukan sifatmu Andre!"

Seketika konsentrasiku buyar.
Seseorang memecahkan keheningan yang sedari tadi tercipta saat aku berusaha menyelami ingatan kelam Andre.

Aku menoleh.

Di depan pintu yang tertutup rapat, Risa sedang memandangi kami sambil menyeringai. Ia menelengkan kepala serta mata yang langsung menatap lurus ke arahku. Satu tangannya memegang Belati Raga.

Dia terlihat mengerikan walau tanpa gaun basahnya.

"Risa," cicit Andre, terkejut.

Ia pun mengangkat kepala dari bantal. Matanya ikut menyorot pintu tempat Risa berdiri atau lebih tepatnya melayang.

Tanpa aba-aba, Andre bangkit. Memposisikan diri di antara aku dan Risa. Bersikap waspada.

Aku menatap punggung Andre. Tersadar akan satu hal.

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang