4. DASAR HANTU NGESELIN!

2.7K 352 14
                                    

Tidak ada salahnya bertemu orang baru, tapi jangan sampai kau bertemu mereka yang berwajah baru.

Ree Caltha

***

AKU terbangun akibat cahaya matahari yang sangat menyilaukan. Menembus melewati celah-celah tirai. Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Entah sejak kapan headset sudah terlepas dari telinga, sementara ponsel di sebelah bantal mati total.

Pagi ini, aku bangun dengan rasa hampa.
Risa masih tidak ada di tempatnya. Biasanya, ia membangunkan dengan memeluk tubuh ini sehingga rasa dingin menjalar ke seluruh tubuh atau berteriak sekencang-kencangnya di dekat telinga. Aku tidak tahu kalau anak itu benar-benar kesal. Akan kucoba untuk mencari dan membujuknya sehabis sekolah.

Aku bangkit seraya merentangkan kedua tangan sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ah, menyegarkan! Begini rasanya tinggal di desa. Udara sejuk selalu menyapa pagi. Beda dengan perkotaan, kau akan disambut polusi dan bisingnya kendaraan yang berlalu lalang.
Inilah nikmat yang tak bisa didustakan.

Setelah merenggangkan tubuh, barulah aku merapikan tempat tidur, melipat selimut, kemudian membuka jendela. Seketika cahaya matahari menerobos masuk dan membuat suasana kamar lebih nyaman dan sejuk.

Sejenak aku termangu di jendela. Melihat keluar, masih ada sisa embun yang membentuk titik-titik air.

Semalam, hantu itu di sini. Wajahnya yang tampan menatap penuh keramahan, tapi kenapa aku menghindarinya?

"Ratna, ayo bangun, Nak!"

Ibu memanggil seraya mengetuk pintu.

"Iya, Bu. Ratna udah bangun." Aku menyahut.

Aku pun bergegas masuk ke kamar mandi saat menyadari jarum jam menunjuk pukul enam.

Setelah mengenakan seragam serta tas ransel telah bersandar di punggung, aku siap ke sekolah. Ibu sudah lebih dulu ke pasar. Seperti biasa hanya meninggalkan sarapan.

Aku menyantap nasi goreng buatan ibu dalam diam ditemani suara jarum jam yang berdetak.

Sepi. Rumah ini selalu sepi. Tidak seperti rumah orang lain yang dihuni beberapa orang, setiap hari terdengar celotehan atau bahkan pertengkaran, setidaknya ada kehangatan di dalamnya.

Hm, beginilah hidup, selalu saja ada perbandingan.

Sarapanku habis. Aku beranjak ke dapur hendak menyimpan piring ketika kulihat siluet tubuh melintas di jendela ruang tamu.

"Siapa itu?" Aku mendekat ke jendela. Menyingkap tirai, tapi tidak menemukan orang.

Aku meneguk ludah, kemudian dengan langkah berat beralih ke pintu sambil memegang piring tinggi-tinggi. Jika itu maling, siap-siap saja kepalanya benjol.

Setelah menarik napas kemudian mengembuskannya, aku bersiap membuka pintu.

Ceklek!

"Astaga!"

Sesaat setelah pintu terbuka lebar, aku sukses terlonjak kaget. Jantungku hampir copot dibuatnya.

Rian ada di depan pintu! Hantu itu benar-benar di hadapanku!

"Pagi, Ratna!" sapanya seraya tersenyum tanpa dosa.

Aku tak menjawab, bisa-bisanya tersenyum begitu padahal baru saja hampir membuatku terkena serangan jantung. Untung aku kuat.

"Hey, pagi!"
Sekali lagi ia menyapa sambil melambai tepat di wajahku. "Apa kau tidak mendengarku?"

Aku tak memedulikannya. Pintu segera kututup kembali dengan keras.

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang