15. MURID BARU

1.1K 165 3
                                    

Makasih banyak atas apresiasi kalian terhadap kisah Ratna ini. Jujur terharu karena ada aja yang mau baca ini:)

🍒🍒🍒

Aku mendongak saat suasana menjadi hening seketika.
Ternyata Pak kepala sekolah yang memasuki kelas ini. Tidak biasanya beliau mendatangi kelas kecuali ada pengumuman penting. Nah, berarti sekarang ada pengumuman penting.

"Selamat pagi semua!" sapa Pak kepala sekolah berdiri di depan kelas. Kumis lebat miliknya yang mirip Adam Suseno terangkat, itu tandanya beliau tersenyum. Pria berumur 42 tahun tersebut bernama Pak Mansur.

Beliau menjeda sejenak kemudian riuh terdengar balasan sapaan kepada Pak kepala sekolah.

"Saya ada pengumuman untuk anak-anak semua."

Semua terdiam. Tak ada yang berani bergerak. Kami semua menunggu perkataan selanjutnya.

"Hari ini, kita semua kedatangan teman baru."

Sontak kelas kembali riuh. Sibuk menduga-duga.

"Cewek apa cowok, Pak?"

Galang, cowok paling badung di kelas bahkan di sekolah itu dengan berani menginterupsi ucapan Pak kepala sekolah.

Pak kepala sekolah menoleh. Galang tampak santai duduk paling pojok di seberangku dengan kedua kaki di atas meja. Tidak sopan.

"Laki-laki, Nak Galang," jawab Pak Kepala sekolah.

Terdengar keluhan dari mulut para siswa. Sebaliknya, para siswi mulai bergumam tak jelas sana-sini. Sebagian tak sabar untuk melihat si murid baru. Sasha saja sampai berkata keras.

"Serius cowok? Gak sabar gue!" Ia rupanya sangat antusias sejak mendengar berita di ruang guru kemarin.

"Ah nggak seru, Pak! Saya udah bosen liat muka cewek-cewek di sini, nggak ada yang menarik!" keluh Galang kemudian dibalas protes para siswi.

Astaga Galang, berani-beraninya ia mengatakan itu di depan Pak Kepala Sekolah.

"Kalau begitu, kamu saja yang pindah, Nak Galang," kata Pak kepala sekolah. Untungnya Pak kepala sekolah orangnya santai. Jadi, jarang sekali ia marah. Walau begitu, ia sangat disegani.

"Nah iya, kenapa lo nggak pindah aja sih?" tanya Dhea agak sewot.

"Lo pikir kita gak enek liat muka lo?" Ucapannya dibenarkan anggota gengnya.

Galang menoleh pada Dhea kemudian mendengkus.

"Sayangnya, gue masih betah di sini," jawab Galang. "Kalau nggak ada yang senakal gue, ntar lulus lu pada mau cerita apaan ke anak cucu?" Ia percaya diri.

"Huuu ...."

Seruan teman-teman tak membuat cowok dengan rambut acak-acakan itu gentar. Ia malah mengangkat bahu. Aku menggeleng melihat perbuatannya.

"Iya kan, Pak?" Masih dengan keberanian yang tinggi, Galang bertanya pada Pak kepala sekolah yang hanya dibalas anggukan.

"Silakan dilanjutkan, Pak." Galang menyerah sambil mengangkat kedua tangan.

Pak kepala sekolah sejenak berdehem, kemudian kembali meneruskan ucapannya.

"Baiklah, silakan masuk, Nak."

Seketika ruangan mendadak seperti pasar. Ramai. Beberapa terlihat saling berbisik dan melempar tanya. Membuat kepalaku yang belum sembuh benar semakin nyut-nyutan.

Suasana pun menjadi hening ketika seseorang memasuki kelas. Ah, kepalaku rasanya agak lega.

Pelan, aku menyusuri sosok itu dari ujung kaki hingga kepala. Aku memicingkan mata. Seorang cowok. Berperawakan tegap dan kutaksir tingginya sekitar 170 cm. Cowok berkulit sawo matang itu masuk dan berdiri tanpa ekspresi membuat para siswi menjerit histeris.

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang