18. NONA NGESOT

1.3K 181 21
                                    

Terkadang kamu harus bertemu sosok baru dan berkenalan. Namun, bukan berarti kamu harus langsung memercayainya.

Ree Caltha

***

Tiga hari sudah aku punya teman sebangku. Tidak ada yang spesial. Kami tidak selayaknya teman sebangku yang saling membicarakan banyak hal, misalnya kenapa ia pindah sekolah, di mana ia tinggal dan sebagainya. Aku dan Andre hanya saling berbicara jika ia menanyakan beberapa hal tentang pelajaran, setelah itu kembali diam.

Kulihat, Andre juga sudah mulai beradaptasi dengan teman-teman sekelas--terlebih para siswi-- kecuali geng Galang. Rombongan cowok badung itu rupanya merasa tersaingi. Sempat beberapa kali mereka berusaha memojokkan Andre, sayangnya selalu gagal. Aku bahkan pernah melihatnya dilempar ke gudang, tapi kemudian ia keluar disusul Galang yang babak belur.
Setelah itu, tidak ada lagi yang mengganggunya.

Namun, hari ini, rasanya ada yang aneh dari gelagat Andre. Beberapa kali aku memergokinya tengah memandang wajahku saat pelajaran berlangsung.

Apa ada yang salah?

Sepertinya tidak. Sebelum sekolah, tadi aku bercermin dulu. Memastikan bibir tak meninggalkan selai cokelat atau wajah ini yang sudah ditaburi bedak bayi tak melebihi warna leher yang berwarna kuning langsat.
Lagipula, tadi aku tidak ke kantin. Jadi, mana mungkin ada remahan makanan di mulut.

Ah, entahlah!

Ia masih saja melirik dan aku sangat risih.

Tanpa menunggu lama, segera aku mengangkat sebelah tangan, bukan tanda menyerah melainkan izin ke toilet. Ini satu-satunya jalan agar tatapan cowok bermata elang itu tidak mengusik.

Aku tidak benar-benar ke toilet. Siapa yang mau diganggu hantu perempuan jelek di sana?

Asal tahu saja, hantu yang kerap mengganggu para siswi itu berisiknya minta ampun. Bayangkan, buang air kecil sambil mendengarkan seseorang menangis atau kadang tertawa, tapi kau tidak mengetahui asalnya. Setelah kau cari-cari, ternyata hantu itu sedang memperhatikanmu dari atas.  Ngeri bukan?

Makanya, aku hanya berjalan menyusuri setiap koridor dengan langkah pelan. Di lapangan basket di bawah sana, tim basket sekolah sedang latihan. Setiap kelas juga sedang melangsungkan pelajaran dan untungnya guru BK tidak melihat aksiku.

Kupikir aku akan menyelinap ke perpustakaan, biasanya tempat itu tenang dan minim penjagaan karena prinsip si penjaga, Mbak Selvi; "seseorang yang butuh ilmu nggak bakal mengacaukan tempat mencari ilmu." Tempat yang bagus.

"Hello?"

Aku hampir berbelok melewati gudang saat terdengar suara mencicit yang familiar di belakangku diikuti aroma menyengat menyerang rongga hidung.

Sial! Sosok itu! Aku tidak mau bertemu dengannya. Sekali pun tidak.

"Hey! Jawab sapaanku dong!" protes sosok di belakangku.

Begini, aku tidak pernah takut pada hantu. Hanya saja sedikit tidak suka dengan bau beberapa dari mereka. Kau tahu, aroma mereka itu memang mengerikan ada juga yang wangi, eh bukan, maksudku baunya agak manusia.
Namun, yang satu ini jauh lebih mengerikan. Makanya aku sangat menghindari sosok satu ini.
Aromanya mirip daging busuk ditambah kaos kaki bau yang direndam berhari-hari. Bau sekali.

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang