38. MATI KAU!

1.1K 150 39
                                    

Yok yang malmingan cuma gegulingan di kasur. Yok dibaca yok!

***

Hidup adalah tentang kehilangan. Waktu adalah salah satunya.

Ree Caltha

***

Suara lolongan anjing terdengar sahut-menyahut di kejauhan. Jika peka, kau akan tahu ada sesuatu yang terjadi.
Suara itu berbanding terbalik dengan jangkrik dan hewan malam lain di sekitar sini, mereka seakan takut menunjukkan suara. Bahkan seolah angin pun enggan berembus. Senyap.

Kami berdua terdiam. Merasakan udara yang tadinya hangat, seketika menjadi sangat dingin. Entah aku gugup karena seruan Andre yang tiba-tiba.

Andre melirikku dengan ekspresi khawatir, lalu sontak menyeretku masuk ke rumah.

***

"Apa gue ngiketnya kekencengan?"

Aku menggeleng lemah. Lidah ini kelu walau sekedar mengatakan kalau rasanya sedikit sakit di bagian pergelangan. Aku sudah putus asa untuk mengalahkan Risa. Pikiranku lebih tertuju untuk menyelamatkan Rian.

"Lu harus kuat, Na! Kita akan lakukan sesuai rencana awal."

Aku mengangguk. Berusaha mengembalikkan semangat seperti sebelumnya.
Saat itu pula hawa aneh merasuk ke ruangan. Aku menahan napas sembari mengamati keadaan. Andre sepertinya ikut tegang.

Dalam suasana penerangan minim, aku menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat. Aku memusatkan pandangan demi melihat embusan asap dari celah-celah. Merayap di lantai semakin mendekat.
Asap itu mengelilingi kami diikuti sebuah kekuatan tak kasat mata yang membuat bulu-bulu di lengan dan tengkukku meremang.

"Ia datang," gumam Andre.

Tepat saat itu, di hadapanku, asap putih itu bergelung makin banyak dan akhirnya menyatu membentuk satu sosok. Untuk kesekian kali aku berhadapan dengan Risa, si hantu kecil yang membuatku menyesal pernah menyayanginya.

Kupikir tadinya ia akan melayang menembus dinding atau melakukan sedikit poltergeist agar memberi efek mencekam seperti hantu di film-film horor kebanyakan.

"Risa," lirihku. Memandangnya dengan mata sembab membuatku tidak bisa melihatnya secara jelas.

"Merindukanku, Kak?"

Risa tersenyum miring. Sosoknya kali ini begitu mengerikan. Gaun basahnya semakin dipenuhi warna merah darah. Wajahnya yang pucat mengendur dengan bibir berwarna biru keunguan. Itu terjadi jika kau terlalu lama di air. Satu tangannya memegang belati, sementara tangan yang satu lagi menggantung lemah dengan dipenuhi belatung. Menjijikan.

Aku berpikir kalau itu efek dari si belati yang kekuatannya mulai pudar karena jam dua belas sudah lewat. Semoga saja.

"Sudah siap mati rupanya." Risa makin mendekat. Ia beralih pada Andre yang berdiri tepat di sebelahku.

"Kakak melakukannya dengan sangat baik. Terima kasih ya, Kak."
Ia memuji Andre yang dibalas deheman pelan. Aku tahu Andre tengah gugup.

Hantu kecil itu mendekat ke arahku sembari menyeringai. Tangannya yang menggenggam belati terjulur. Ujung belati mengkilat itu menyentuh daguku.

"Kalau begitu, kita lakukan sekarang ya Kak Ratna."

Risa menurunkan belati menyusuri dagu, leher hingga berhenti di tempat di mana jantungku berada. Aku memejamkan mata, merasa ngeri.

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang