7. SI HANTU PAHLAWAN

1.6K 218 5
                                    

Menjadi aneh tak selalu menyebalkan.

Ree Caltha

Aku masih memperhatikan gerak-gerik Rian yang sibuk mendekati dua orang yang sedang pacaran, sementara Risa kusuruh bersembunyi di belakang. Entah ia menurut atau tidak. Terserah Risa.

Mataku memicing saat Rian makin mendekat.

Mau apa dia?

Preet!

Suara seperti kentut terdengar dari mulut Rian yang berada tepat di belakang si cowok.

Sumpah, aku tidak mengerti mau ketawa apa marah.

Kualihkan pandanganku pada si cewek menatap jijik pasangannya. Cewek itu berdiri lalu melayangkan sebuah tamparan dan berlalu pergi diikuti cowok yang terus meminta maaf. Kasihan cowok itu, ekspresinya bingung dan tampak tersiksa.

Kulihat Rian tak kuasa menahan tawa. Teganya ia. Dasar hantu jail!

Aku bergegas menghampirinya.

"Bagus ya, gangguin orang pacaran?!" tegurku sambil bersedekap.

Rian terlihat terkejut, lalu sedetik mengubah ekspresi wajahnya kembali tersenyum.

"Eh, Ratna, ada apa?" ucapnya sok kalem seraya menatapku. Aku mengepalkan tangan.

"Jail banget, sih! Kamu kenapa gangguin orang tadi, hah!?" Amarahku meledak. Bisa-bisanya ia sesantai itu setelah mengganggu orang lain.

Rian diam. Membuatku gelagapan. Dengan perasaan gugup aku menoleh ke kanan dan kiri.
Untung saja tidak ada orang yang lewat, bisa-bisa aku viral dengan caption 'seorang siswi gila tengah marah-marah pada angin.' Itu nggak lucu.

"Itu tadi seru banget! Kamu liat ekspresi cowoknya, Na?" Rian kembali tertawa. Ia bahkan memegangi perutnya saking merasa gelinya.

"Nggak lucu!" protesku.

Rian langsung diam, kemudian berdehem.

"Oh oke."

Aku memandanginya yang seperti ingin menjelaskan.

"Tadi itu memang salah, tapi kamu nggak tau sifat cowoknya, Na. Aku cuma bantu cewek tadi."

Aku tak percaya perkataannya. Jelas-jelas tadi mengganggu orang pacaran, malah dibilang membantu? Heran.

"Kamu itu mudah sekali marah, hm," ucapnya pelan seperti berbicara kepada diri sendiri. Namun, aku mendengarnya.

Risa terdengar tertawa cekikikan.
Aku sontak melayangkan tatapan tajam.

"Lihat, Ratna."

Dengan malas, aku mengikuti arah telunjuk Rian. Tepat di bawah bangku taman tempat kedua pasangan tadi duduk, ada sebuah bungkus tablet obat sakit kepala.

"Apa maksudn--"

"Soda di meja." Rian memotong ucapanku.

Aku mengalihkan perhatian ke meja kecil di depab bangku. Ada satu botol soda berwarna hijau yang sudah terbuka.

Aku berusaha menggabungkan hubungan antara obat sakit kepala dan soda.

"Masih nggak ngerti?" tanya Rian menunggu jawaban.

Aku mengangkat tangan, menyuruhnya diam. Biarkan aku berpikir.

Ah ya! Seakan ada lampu yang menyala dekat kepalaku.

Otak lemot ini mengerti sekarang. Beberapa kali aku menonton di berita, banyak kerugian yang terjadi pada wanita akibat jika kedua benda itu dicampurkan. Aku tak mau membayangkannya, sungguh itu mengerikan!

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang