10. AKU CANTIK?

1.5K 191 4
                                    

Banyak-banyakin bercermin, biar tahu kelebihan diri sendiri.

Ree Caltha

Pagi kembali menyingsing. Kicau burung serta kokok ayam menyambut pagi yang sejuk ini.

Aku terbangun tanpa mengingat kapan tertidur karena Risa dan Rian! Kedua hantu itu asyik main sampai tengah malam dan membuatku sangat jengkel. Akhirnya, aku mengusir keduanya. Entah mereka pergi ke mana selama aku tidur.

Masih dalam keadaan mengantuk, aku merasakan hawa dingin menyapu wajah. Risa, Risa. Aku rindu caranya membangunkanku. Pasti ia sedang sibuk meniup wajahku.

Aku membuka mata perlahan. Berniat mengejutkan Risa.

"RIS-"

"Pagi!"

Astaga!
Hampir saja aku terlompat dari ranjang saking kagetnya.

Wajah kami hanya berjarak beberapa centi. Bahkan deru napas sedingin es itu menyapu wajah. Tunggu, aku tak tahu sejak kapan hantu bisa bernapas atau ini bukan napas, hanya aura rohnya yang sangat dekat.

Aku meneguk ludah. Kedua pipi ini terasa menghangat. Oh, jangan sekarang! Aku harus apa?

"Pagi, dan menyingkirlah dari hadapanku!" usirku seraya memelototinya. Ia bukanlah Risa, tapi Rian!

Aku bangun dan langsung turun dari tempat tidur.

Rian melayang di sebelah meja belajar sembari terkekeh. Sampai kapan hantu ini berhenti untuk mengagetkanku? Rasa-rasanya saat berada di dekatnya itu aku selalu merasa berada di dekat malaikat maut. Huft!

"Aku tahu aibmu sekarang, Ratna! Hahaaa ...."

Ia tertawa lepas sambil menunjukku. Membuatku bertanya-tanya dalam diam, mengapa ia harus mati dan menjadi hantu? Ah sudahlah.

"Terserah," ucapku tak peduli sambil mengibaskan tangan ke arahnya.

Aku berjalan menuju jendela. Menjauh dari Rian yang masih tertawa geli.

Di depan jendela, tanganku menyibak tirai untuk membiarkan cahaya matahari merambet memasuki kamar. Kaca jendela diselimuti embun yang menandakan sejuknya udara pagi ini.

Aku terdiam cukup lama di sini. Berusaha bersikap acuh sembari menunggu debar dalam dada berangsur normal sambil memandang luar jendela. Tidak ada yang istimewa, hanya orang-orang sibuk yang berlalu lalang setiap harinya.

"Ternyata gadis secantik kamu bisa ngigo juga? Aku nggak percaya."

Mataku membulat. Apa ia baru saja menyebut kata cantik?
Oh my! Kedua tanganku segera menangkup pipi yang tiba-tiba saja terasa menghangat.

Stop, Ratna! Jangan berlebihan. Tolong bersikap biasa saja. Lagipula, kau mengigau. Malu-maluin!

Setelah mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan, aku berbalik. Menghadapi Rian yang menatapku dengan pandangan remeh.

"Memangnya apa pedulimu?" tantangku balik memandangnya kemudian memalingkan wajah.

Dalam keadaan masih sangat berusaha bersikap biasa, aku berjalan ke tempat tidur. Melipat selimut juga merapikan seprai dan bantal.

Jangan bergelagat aneh!

"Tentu aku peduli, karena namaku kau sebut berkali-kali."

Tunggu, apa?

Aku menoleh dengan cepat dan mungkin sedikit menganga. Rian menutup mulutnya. Aku syok.

"Kau ... suka aku?"

HANTU ANEH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang