Prologue - Bet On Kim Minju

1.1K 95 5
                                    

! ALERT ! 

All the photos I used for this chapter is credits to the photographer and sources



---

Kim Minju itu hebat. Baru seminggu sejak penerimaan siswa baru, ia sudah dikenal seantero sekolah karena kecantikannya. Belum lagi, ia banyak menerima ajakan kencan dari para senior. Termasuk—

ehem—

Na Jaemin.

Well, sayangnya Minju harus jadi legenda dalam kisah cinta Jaemin. Karena, itu adalah pertama kalinya Jaemin ditolak seseorang, bahkan kurang dari tiga detik. Di hari itu, Jaemin merasa sial. Dia harus menerima pahitnya kekalahan, dan—

getirnya fakta bahwa nama "Kim Minju" menjadi semakin popular saja. Tentu, Jaemin juga harus menanggung malu karena namanya ikut terseret. Kurang lebih, mereka menyebut Minju dengan:

"Dewi Kim Minju yang menolak Pangeran Na Jaemin"


Dan peristiwa itu dikenal dengan sebutan:

"Penolakan 3 Detik"


Hebat, kan, Kim Minju?

Tapi Na Jaemin tidak mau tinggal diam. Dua hari setelah terkepung dalam rasa terhina, suatu keyakinan muncul dalam benaknya. 

BRAK.

Jeno, Renjun, dan Haechan serempak menoleh ke arah Jaemin yang wajahnya masih geram, dan tangannya mengepal. Gila. Padahal baru saja dia menggebrak meja billiard seenak jidatnya, sekarang dia terlihat sudah siap memukuli samsak di dekat vending machine sana.

"Ayo taruhan." Jaemin membidik mata ketiga sahabatnya itu. Penuh dendam, amarah, dan gengsi yang berpadu menjadi frustasi.

"Apaan?" tanya Renjun kebingungan.

"Gue bakal dapetin Kim Minju."

"Hahaha!" Haechan tertawa mengejek. "Segitu merasa terhinanya."

Ck. Jaemin berdecih. "Taruhannya, lo semua ikutan."

"HAH?" kompak ketiga orang lainnya sambil menganga terkejut.

"Haha, sialan lo semua. Come on, kita udah biasa kayak gini. Chaeyeon, Seungri, Siyeon."

"Chaewon juga," timpal Jeno.

"Hahaha. Anjing, gak termasuk lah itu mah!" seru Jaemin sambil tertawa dan mendorong kepala Jeno asal. 

Renjun tersenyum miring. "Ya terserah lah ya. Tapi nanti kalau Minjunya demen gue, lo makin downgrade, gak bakal ngerasa terhina?"

"Gak bakal lo duluan yang dapet lah, Njing. Pasti gue!" seru Jaemin dengan begitu sombongnya.

"Call." Itu Jeno.

"Gila, langsung setuju aja lo tumben," kata Haechan sambil berdecak bangga.

"Kakap, anjir," jawab Jeno sambil menyeringai.

Haechan menatap Jaemin serius. 

"Oke, call." 

Renjun berdecak. "Fine then, call."


Ah, ini tradisi. Bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk sekian banyak laki-laki bersama peer group-nya di luar sana. Ya. Sepertinya hampir semua lelaki yang hidup "berkoloni" di belahan dunia manapun hidup dengan prinsip serupa:

Throw away the ugly ones and make a bet on the pretty ones. 


Jadi, kali ini pun tidak ada bedanya. Mereka hanya perlu ikut bertarung bersama Na Jaemin dan sekian banyak lelaki lain di sekolah yang juga berjuang mendapatkan Kim Minju. 

Kalau menang?
Hadiahnya adalah Kim Minju.

Kalau kalah? 
Well, tidak ada cinta sungguhan, berarti tidak ada yang harus sungguh-sungguh dikorbankan kecuali rasa gengsi, mungkin?





---


Sekali lagi, Kim Minju itu hebat. Baru seminggu sejak empat sekawan itu bertaruh, baru seminggu sejak Lee Haechan yakin betul "Kim Minju" hanyalah barang taruhan, perempuan satu itu sudah berhasil membuat Haechan berubah pikiran.

"AARGGHH!" Haechan menggaruk kepalanya lagi. Sudah kesekian kalinya malam ini. "Sialan, udah gila ya gue beneran suka Kim Minju?"



Ya, betul, peran utama kita bukan Na Jaemin yang menggebu-gebu suka Minju itu. Tapi, Lee Haechan yang sekarang sedang frustasi setengah mati sambil scrolling foto Minju di galeri handphone-nya itu. 

Yah, sefrustasi ini dia sekarang.

Yah, sefrustasi ini dia sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia sudah melewati fase denial selama dua hari penuh, dan rasanya agak celos saat menyadari betul kalau dia jadi betulan suka Minju. Dia merasa bersalah pada Jaemin, dan menyalahkan keputusannya untuk ikut terlibat dalam taruhan atau melibatkan perasaannya dalam taruhan itu.

Tapi, biar bagaimanapun, Haechan senang, karena Kim Minjunya secantik bidadari. Dia jadi merasa tidak rugi. 


Dan sejak saat itu, Haechan pikir, Kim Minju akan jadi peran utama dalam cerita ini—

juga dalam masa-masa SMA-nya.

juga dalam masa-masa SMA-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, Kim Minju yang ini. 

Yang bagi Haechan adalah panoramanya.


The Panorama Blockade [NCT Haechan x IZONE Hitomi] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang