2. Her, Again

428 77 6
                                    

Matahari bersinar terik pagi ini.

Tapi, memangnya itu sudah pasti pertanda bagus? 

Oh tentu saja tidak. Bahkan dari jauh pun kita sudah bisa melihat mendung di wajah Haechan. Jangankan terik, cerah, panas, atau apalah namanya. Dunia Haechan sedang muram-muramnya sekarang. 

Saat ini peran utama kita itu sedang bersandar lemas di sebuah tiang sekolah, dan hatinya bergejolak. Dia mau berontak dan mengajak Jeno duel sekarang juga. Tapi ia tidak bisa, tentu. 

Selain sadar karena sekolah adalah tempat umum yang edukatif, Haechan juga sadar betul kalau ia akan kalah telak. Jeno itu work out dua kali sehari. Ditambah lagi dia belajar taekwondo dari kecil. 

Dia juga—

Cukup. Kita jangan menyakiti Haechan lebih jauh lagi. Kasihan dia.


Yah, tapi intinya tidak ada alasan bagi Haechan untuk memulai pertarungan. 

"Wah, kamu harus coba ke sana. Di sana banyak jajanan, banyak yang manis-manis juga. Aku kalau daerah sana sih lebih tahu dari Jaemin." 

Setidaknya, kalimat itulah yang Haechan dengar telah keluar dari mulut buaya Jeno. Haechan menyeringai. 

Sialan, kalau gini gue yang kalah paling telak, batin Haechan.

"Oh ya? Kalau makanan manis aku gak terlalu makan banyak, tapi nanti aku ajak Hitomi aja! Boleh gak, Kak? Dia suka makan yang manis-manis. Ada yang jual bungeoppang juga gak ya? Hitomi ngomongin itu terus belakangan," ujar Minju bersemangat.


Oh, Haechan baru tahu kalau Minju friendly seperti ini. Apa Haechan harus mendekat juga? Tapi... caranya bagaimana?


"MINJUUU!" 

Ck. Haechan memutar matanya malas. Sudah tahu betul suara siapa itu. 

"Ih, kok tumben kamu telat?" tanya Minju. 

Haechan kembali melihat ke arah Minju. Langka sekali dia masih bisa dengar suara Minju saat Si Cempreng itu ada di sampingnya. 

"Iya! Hehehe. Soalnya tadi aku berhenti dulu buat beli makan kucing. Di rumahku habis, tapi tokonya belum buka, jadi harus kugedor-gedor dulu pintunya. Makanya lama."

Haechan mengerutkan dahi lagi.


Kan. Ketutupan kan Minjunya.

Haechan berusaha bergeser, namun kepala gadis bersuara melengking itu tetap menutupi wajah cantik Minju. 

"Oh, kamu pelihara kucing juga?"

Sialan, suara Minjunya mana? Suara Jeno doang mah buat apaan?

"Ah, enggak, Kak, soalnya alergi. Ini buat yang ada di jalan-jalan aja!"

"Loh, sama banget tuh! Aku juga ada alergi kucing tapi tetap suka kucing," kata Jeno sambil pamer eyesmile-nya yang limited edition itu. 


Yang Haechan lihat, setelah itu tangan Minju sedikit mengusak kepala Si Ceriwis, tapi dia sama sekali tidak tahu kenapa. Suara Minju terlalu kecil, tidak bisa dicerna telinganya.

Sialan. Ini sudah keberapa kalinya Haechan mengumpati gadis satu itu. 

Haechan melirik ketiga orang itu sekali lagi. Jeno masih pamer cara nyengir-nya, dan Haechan masih gagal melihat wajah Kim Minju. Wajahnya itu masih tertutup kepala bundar Si Cerewet. 

The Panorama Blockade [NCT Haechan x IZONE Hitomi] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang