31. The Coward I Love

342 84 10
                                    

Perasaan Haechan tak keruan. Sejak semalam, bayangan sok keren ketika ia menyatakan perasaannya pada Hitomi terus berterbangan di otaknya. Dia jadi malu sendiri. 

Sebenarnya Haechan mau berontak. Dia bisa menciptakan suasana yang lebih baik untuk mengutarakan perasaannya. Minimal, lebih romantis dan tidak alakadarnya seperti yang kemarin. Hanya saja, sisi dirinya yang inferior selalu berbisik, 

Buat apa suasana bagus-bagus kalau akhirnya ditolak juga?


Jadilah Haechan ciut. Berpikir kalau yang dia lakukan kemarin sudah lebih dari cukup. Yang penting, Hitomi tahu kalau Haechan sedang jatuh hati padanya.


KRIIET.

Haechan menoleh ke arah gerbang yang sepertinya baru saja dibuka seseorang. Tepat setelah matanya bertemu dengan mata Hitomi yang bulat dan dia rindukan itu, dia tersenyum tipis. Ternyata benar, gadis itu yang baru saja membuka gerbangnya.


"Berangkat bareng mau gak?"

Hitomi terkejut. Jantungnya dag-dig-dug. Dia ingin salto, tapi takut Haechan terkejut. Jadi ya tidak jadi. Dia hanya mengangguk.


"Udah sarapan belum?"

"Tadi udah."

"Bagus."

"Kak Haechan udah?"

"Udah."

Hitomi mengangguk.


Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dengan begitu sunyi senyap. Sesekali keduanya saling curi-curi pandang. Ingin memulai percakapan, yang kembali diurungkan karena adanya keraguan.

Lagipula, Haechan juga bingung sendiri. Sebenarnya apa yang membuat dia tetap kemari meski mindernya setengah mati?


Hitomi melihat Haechan beberapa kali. Sepertinya, seumur hidup pun, dia tidak akan bisa menjawab perasaan Haechan kalau dia tetap diam. 

"Kak, soal kemarin—"

"Kayaknya kita udah mau terlambat deh."


Hitomi menghela napas, lalu menunduk kesal. Haechan itu benar-benar tidak mau dengar kabar baik!


---


Perasaan Haechan benar-benar kacau. Sepanjang jalan tadi, dia dan Hitomi hanya dapat diam sambil mendengar derap kaki satu sama lain. Sial. Dia menghancurkan semuanya! Padahal tadi Hitomi sudah mengajaknya bicara.

Gue ini maunya apa sih?

Mata Haechan terus memandang lurus Hitomi yang berjalan tepat di depannya. Haechan tersenyum kesal. Mereka sudah sampai di koridor dan sebentar lagi keduanya hampir tiba di kelas Hitomi.

Mereka akan segera berpisah sampai jam istirahat makan siang, dan Haechan masih belum tahu harus bicara apa setelah Hitomi sampai nanti. Tentu selain,

"Gue ke kelas dulu ya."


"Kak."

"H-hah?" 

Langkah Haechan terhenti seketika. 

Sial. Ini sudah di kelas Hitomi!

"A-ah, iya, udah sampe di kelasku."

"Oh, iya." Haechan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya udah, belajar yang bener."

The Panorama Blockade [NCT Haechan x IZONE Hitomi] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang