13 : Pillowtalk

334 52 11
                                    

Di depan resepsionis yang menjadi motel pilihan mereka, kedua orang itu sedang sibuk mengurus biaya penginapan untuk satu malam. Kim Chaewon yang mengurus, sedangkan Han Jisung masih terlihat gelisah di tempatnya. Seperti sedang berada di rumah hantu saja laki-laki ini.

“Omong-omong..” ujar seorang wanita tua yang diketahui pemilik motel ini. Chaewon menaikkan satu alisnya. “Kalian sepasang kekasih? Kalian terlihat masih muda dan lagi laki-laki itu..” beliau menujukan Jisung yang ada di belakang Chaewon. “Terlihat seperti baru pertama kali datang ke mari.”

Chaewon menatap Jisung lamat. Laki-laki ini bertingkah aneh. Terlalu aneh jika memang baru pertama kali datang ke motel.

“Kami sudah menikah, Bi, dan dia..” Chaewon kembali menatap Jisung. Jisung menatapnya dengan tatapan sendu. “Dia memang baru pertama kali datang ke tempat seperti ini.”

“Chaewon-ssi..” setelah Jisung hanya bungkam semenjak mereka datang ke mari, akhirnya dia kembali bersuara. “Apa kau yakin kita tidur di sini?”

Chaewon memutar bola matanya jengah. Lagi-lagi pertanyaan ini. “Kita sudah memesan dan membayarnya, Jisung-ssi. Sudahlah, berhenti bertingkah aneh.”

Chaewon membubuhi tanda tangan di nota. Setelah berujar terima kasih pada bibi tadi, dia menarik Jisung untuk menuju ke kamar mereka.

Sampailah mereka di kamar 203. Begitu dibuka, semerbak wangi harum masuk ke indera penciuman mereka. Hmm.. motel yang cukup bersih meski biaya permalam cukup murah.

Chaewon juga mengecek kamar mandi yang ada di dalam. Sama bersihnya. Wah.. ini benar-benar motel yang bagus. Chaewon tidak menyangka.

Chaewon menoleh pada Jisung yang masih berdiri di ambang pintu. Segera menariknya masuk dan menutup pintu dengan keras. Chaewon kesal pada laki-laki itu.

“Ada apa sih denganmu? Bertingkah aneh seperti ini. Kalau kau tidak suka dengan ideku, kau bisa pulang dan meninggalkan aku.” maafkan atas sikapnya ini, tapi Chaewon juga merasa risih. Ditambah merasa lelah karena pekerjaan hari ini, semakin membuatnya mudah untuk marah.

Seketika Jisung sadar dengan sikapnya, detik kemudian berusaha untuk menormalkan dirinya agar Chaewon tak lagi marah padanya. Dia merasa tidak enak jadinya.

“Maafkan aku. Aku hanya masih merasa.. bagaimana mengatakannya?” Jisung bahkan bingung untuk menjelaskannya, sedangkan Chaewon hanya menatapnya kesal. “Intinya.. aku takkan bersikap seperti itu lagi.”

Chaewon memejamkan mata sejenak dan menarik napas dalam-dalam. Kembali menatap Jisung yang masih terlihat merasa bersalah itu. “Baiklah.. maafkan sikapku juga. Aku hanya terlalu lelah.” Chaewon melihat jam sudah menunjukkan angka 9 malam. “Siapa yang ingin mandi dulu?”

“Kau saja dulu.”

“Baiklah. Nyamankan dirimu di sini ya?”

“Iya..”

Chaewon sudah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, meninggalkan Jisung yang mulai menatap setiap sudut ruangan dengan cahaya yang sedikit remang ini. Ciri khas sebuah motel, terlepas motel ini bersih.

Jisung duduk di ranjang untuk mengetes keempukkan ranjang yang akan mereka gunakan ini. Berpikir dengan raut wajahnya juga, Jisung bisa memastikan bahwa ranjang ini empuk. Bagus..

Jisung juga membuka kulkas mini yang ada di kamar mereka. Ada beberapa minuman bersoda dan beralkohol disediakan. Setelah itu, Jisung juga menyalakan televisi.

“Hmm.. yaa, televisinya bagus.” gumam Jisung terdengar sedikit gugup.

Bukan! Sangat gugup malah.

Sederhana | Jisung Chaewon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang