21 : Musim Dingin Mereka

277 41 3
                                    

Musim dingin telah terinjak, bahkan pada detik ini. Salju pertama turun kemarin malam. Menutupi kota dengan warnanya.

Kim Chaewon terlihat sedang duduk memandangi pintu kaca yang disinari cahaya matahari yang sinarnya tak cukup melelehkan salju. Perempuan itu hanya memandang sembari menghangatkan diri di samping penghangat.

"Sedang apa?" sahut seorang Han Jisung. Baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang dia lakukan di rumah saja.

"Hanya melihat keadaan luar saja." jawab Chaewon. "Sudah selesai bekerjanya?"

"Iya, sudah."

"Padahal hari ini kamis, biasanya masih harus ke studio. Kenapa hanya di rumah?" seusai Chaewon membangunkan Jisung, laki-laki itu menghampiri ia yang sedang memasak dan memberi tahu bahwa dia hanya bekerja di rumah saja. Ketika ditanya alasan, Jisung sudah ditelepon oleh Bang Chan dan langsung masuk ke ruang kerjanya.

"Bisa dibilang tradisi..?" ujar Jisung ragu. "Setiap salju pertama turun, Chan hyung akan membiarkan kami bekerja dari rumah saja alias libur pergi ke studio."

"Chan oppa sendiri yang mengajukan?" Jisung mengangguk sebagai jawaban. "Alasannya?"

"Dia teringat keluarganya di Australia. Entah kebetulan macam apa, saat dia pergi dari Australia dan tiba di Korea untuk pertama kalinya, salju turun. Seperti memberikan lambaikan tangan dan uluran tangan. Maka dari itu, Chan hyung akan meliburkan kami dari pekerjaan."

Jadi, begitu ya. Chaewon baru mengetahui hal ini.

"Yah.. meskipun tidak sepenuhnya juga. Seperti hari ini, aku masih harus menyelesaikan satu lagi untuk rekaman besok sore." Jisung mengedikkan bahunya sebagai akhir dari sedikit ceritanya.

"Tentu saja kau harus bekerja. Ini hari kerja dan kalau kau tidak bekerja, bagaimana bisa kau menghidupi aku dan calon anak-anak kita nanti, hah?"

Jisung mengangguk. "Benar, tabungan untuk anak-anak kita nanti."

Jadi, cerita singkat Han Jisung dan Kim Chaewon memutuskan untuk menunda memiliki anak sampai dua tahun pernikahan mereka nanti. Alasannya karena mereka ingin memiliki tabungan untuk anak-anak mereka sendiri dengan bekerja lebih keras selama dua tahun ini. Mereka juga menambahkan bahwa dua tahun akan menjadi waktu untuk saling mengenal lebih dalam lagi. Yaa meski tidak harus dua tahun ini alias lebih dari itu tak masalah, keduanya tetap ingin membuat perjanjian itu terealisasikan.

"Kalau kau sendiri, bagaimana? Soal salju pertama turun. Apa kau punya kenangan tertentu?" Chaewon bertanya. Membuat Jisung mulai memikirkan jawaban atas pertanyaan barusan.

"Salju pertama turun.." apakah dia punya kenangan khusus soal itu? "Bertemu denganmu?"

"Hah?"

Jisung ragu, tapi tak menyalahkan atas jawaban barusan. Kenangan soal salju pertama memang banyak dan salah satunya adalah pertemuannya dengan Kim Chaewon.

"Kita satu SMA dulu. Kita memang tidak pernah satu kelas. Tapi, aku ingat, ada satu waktu itu menjadi pertemuan sekaligus pertama kalinya kita berbicara." jelas Jisung.

Chaewon berusaha untuk mengingatnya. Mereka pernah bertemu dan berbicara saat sekolah dulu? Ya ampun, dia tidak mengingatnya sama sekali.

"Tak apa jika tidak ingat. Aku bisa menceritakannya padamu." Jisung terkekeh sembari mengusap kepala Chaewon.

Chaewon merasa menyesal. "Maafkan aku, Jisung-ah."

Jisung memasang raut wajah tak mempermasalahkan. "Kalau aku tidak salah ingat, saat itu adalah ketika kita kelas tiga.. " dan adegan berubah pada masa lalu keduanya ketika duduk di bangku SMA.

Sederhana | Jisung Chaewon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang