01 : Tahap Pengenalan

552 72 23
                                    

Ruangan dengan lampu yang masih dinyalakan itu memperlihatkan dua orang berbeda jenis duduk di masing-masing ujung ranjang. Tak ada percakapan semenjak memasuki ruangan itu. Tak ada niatan untuk beranjak dari posisi. Juga, tak ada yang ingin mengubah suasana hening dalam ruang tidur itu.

Si pengguna jas hitam tampak begitu gagah di tubuhnya bernama Han Jisung. Dalam pikirannya saat ini, dia memikirkan kejadian yang akhir-akhir ini menghancurkan semuanya secara perlahan. Dimulai dari sebulan ini, di mana sang kakak tidak pulang dan terus menghilang tanpa meninggalkan jejak. Kemudian, sebuah masalah yang datang dari pekerjaannya. Dan terakhir, tentang sebuah kabar tak mengenakan yang tak jauh berasal dari keluarga perempuan di sampingnya dengan jarak ribuan milimeter ini.

Si pengguna gaun yang cukup menutupi seluruh kakinya itu bernama Kim Chaewon. Tak jauh berbeda juga mengenai memikirkan hal-hal yang berhasil menghancurkan semuanya secara perlahan, di mana kekasihnya yang mulai jarang memberi kabar padanya. Lalu, kabar calon kakak iparnya yang menghilang. Dan diakhiri dengan kabar buruk lain tentang kakaknya yang hamil dari pria lain.

Kedua kepala mereka mungkin bisa meledak jika saja itu mungkin. Beberapa masalah yang tak mereka duga dan berakhir dengan mereka yang harus menggantikan posisi kakak mereka di hadapan Tuhan. Iya, dengan terpaksa.

Lelah dengan segala yang dia pikirkan, salah satu dari mereka beranjak bangkit. Menimbulkan derit dari ranjang. Lalu, menoleh pada perempuan di sana.

“Aku akan mandi dulu.” ujar Jisung lalu beralih ke lemari untuk mengambil pakaian ganti dan segera ke kamar mandi.

Sedetik kemudian, Chaewon membaringkan tubuhnya. Bernapas panjang yang cukup mengartikan bahwa dia lelah. Lelah dengan segala yang ada di otaknya saat ini.

Di luar sana, langit tampak indah dengan bulan dan bintang-bintang yang menemani. Namun, tak berhasil membuat Chaewon harus terpukau ketika melihatnya dari ketinggian lantai 10 hotel ini.

Mereka menyewa satu kamar hotel untuk tiga hari dua malam juga bukan kesengajaan. Ingat karena dari awal pernikahan ini untuk siapa dan pernikahan yang diadakan di hotel juga menjadi alasan mereka memilih beristirahat di sini.

Awalnya, Chaewon sempat menolak dan ingin pulang saja. Namun, kedua orang tuanya memaksa anak kedua dari tiga bersaudara mereka itu untuk tetap di sana. Meski tetap merengek, Chaewon terpaksa mengalah setelah laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu berujar.

“Sudahlah, mengalah saja. Anggap saja, kita sedang berlibur dari mereka.”

Iya, Jisung berkata seperti itu. Berkata demikian yang berhasil membuat Chaewon merasa tertohok. Benar! Pernikahan paksa ini yang membuatnya ingin ‘melarikan’ diri seminggu yang lalu. Masa di mana orang tuanya yang mendadak memberi kabar bahwa dia akan menikah dengan Jisung.

“Hey! Kau tidak mandi?” seru Han Jisung yang ternyata sudah mandi. Laki-laki itu sibuk menggosok rambut basahnya dengan handuk.

Chaewon kembali bangkit. Namun, hanya duduk. Menundukkan kepalanya.

“Untuk pertama kalinya, aku membenci skenario hidupku.” ujarnya dengan pelan. Namun, karena hanya ada mereka dan tak ada kebisingan lain, Jisung masih tetap mendengarnya.

Perlahan gerakkannya berhenti. Menatap sendu pada perempuan yang dia akui cantik itu dengan gaun yang masih menempel di tubuhnya. Berikutnya, Jisung duduk di dekat Chaewon. Lebih dekat dibanding yang tadi meski juga meninggalkan jarak.

“Mau bagaimana lagi? Kita hanya diberi kehidupan, tapi tidak diberi pilihan yang kita inginkan.”

Chaewon mendongakkan kepalanya dan pandangan mereka bertemu. Ucapan Jisung menyebalkan karena itu fakta. Mereka hanya diberi kehidupan, tapi tidak diberi pilihan yang mereka inginkan. Jika ia boleh memilih, dia tak ingin hidup saja.

Sederhana | Jisung Chaewon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang