Tiga hari dua malam menginap di hotel dan terus saling berbagi informasi tentang diri masing-masing, akhirnya mereka pulang ke rumah keluarga Han. Keputusan memang untuk sementara atau sampai mereka memiliki rumah sendiri, Han Jisung dan Kim Chaewon akan tinggal di sana. Saat ini pun, mereka dalam perjalanan ke rumah menggunakan mobil Jisung.
“Di rumahmu ada siapa saja?” tanya Chaewon sekedar basa-basi.
“Orang tuaku, asisten rumah tangga.. dan Seungwoo hyung–itu pun kalau dia sudah sadar punya rumah.” jawab Jisung sambil terus fokus menyetir. “Kenapa bertanya? Takut canggung?”
Chaewon menggeleng pelan. “Hanya sekedar ingin tahu saja.”
“Ayahku itu termasuk keras, tapi bukan keras yang suka main tangan. Kalau ibuku orangnya juga jujur, jadi maaf mungkin ada ucapan ibuku yang menyakitkan. Ibuku bilang, menjadi orang jujur mungkin akan dibenci juga tapi itu sebagai pertahanan untuk menghadapi dunia. Begitu..”
“Tidak kok. Justru, benar juga apa yang dikatakan ibumu. Kau tahu? Semakin banyak orang yang bohong, juga semakin mengerikannya dunia di mata kita. Kalau ibumu hanya ingin jujur tanpa niat yang lain, kurasa itu tak apa.”
Jisung tersenyum. Entah kenapa, merasa cukup senang dengan tanggapan Chaewon. Bukan tipe yang mengambil satu sisi, melainkan dua sisi.
“Kau bilang kau anak tengah bukan?” tanya Jisung kembali memastikan.
“Iya.. aku anak tengah.” jawab Chaewon yang memang pernah mengatakan hal ini di malam pertama mereka.
“Pantas saja..” gumam Jisung pelan, sedang Chaewon melihat jalan ke rumah keluarga Han untuk dia hapalkan.
———
“Kami pulang..” seru Han Jisung begitu memasuki rumahnya. Dia membantu Chaewon membawakan kopernya, sedang Chaewon mengekor di belakang untuk menutup pintu.
“Jisung, Chaewon! Akhirnya kalian pulang!” ujar nyonya Han begitu antusias melihat mereka.
Tak lupa, Chaewon memberi ucapan salam pada sang ibu mertua dan ayah mertua yang ikut menyusul istrinya.
“Pasti kalian lelah.” ujar nyonya Han kembali yang disambut decakan pelan dari tuan Han.
“Apanya yang lelah? Mereka ini hanya menginap tiga hari di hotel. Bahkan bukan di luar kota atau negeri. Kau ini, ada-ada saja.” timpal tuan Han.
“Iya.. kami sama sekali tidak merasa lelah. Kami baik-baik saja.” sahut Chaewon sebagai argumen.
“Lelah juga tak apa. Aku takkan menyuruh kalian melakukan apa-apa.”
“Tapi..” semua pandangan ketiganya beralih pada Jisung. “Siang nanti aku akan ke perusahaan. Menyelesaikan pekerjaan.”
“Ya Tuhan! Han Jisung! Haruskah kau bekerja setelah menikah dan ‘berlibur’? Temani saja istrimu, daripada pergi bekerja.” omel nyonya Han kesal dengan ucapan Jisung barusan. Benar, bagaimana bisa anak bungsunya itu bekerja di saat dia telah memiliki pendamping hidup–meski dengan cara paksa.
“Ibu.. sudah seminggu lebih aku tidak bekerja. Maksudku, karena harus mengurus pernikahan ini, aku mengabaikan pekerjaanku. Lagipula, tidak ada bedanya sebelum atau sesudah aku menikah dengan Chaewon.”
“Han Jisung, haruskah kau berkata seperti itu di depan istrimu?” tegur tuan Han kali ini.
“Kami sudah membahasnya tadi, dia juga tak masalah jika aku tinggal. Bahkan, mulai besok Chaewon juga akan kembali bekerja.” dan kali ini tanggapan yang dia dapat adalah helaan napas dan decakan pelan. Jisung tetap tak peduli. “Ayo, Chaewon-ssi.. kita ke kamarku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sederhana | Jisung Chaewon Fanfiction
Fiksi PenggemarPernikahan sederhana; hanya ingin menjaga martabat keluarga yang hampir di ambang kehancuran. Jisung yang tidak ingin orang tuanya malu karena sang kakak pergi di hari pernikahan dan Chaewon yang mendapati sang kakak mengandung anak dari pria lain. ...