06 : Pembalasan

291 63 9
                                    

Beberapa jam kemudian, saat langit sore menemani negara ginseng itu, seseorang terlihat masih nyenyak dalam tidurnya. Pergerakan kecil juga dilakukan tanpa sadar sampai tanpa dia tahu dia sedang memeluk seseorang yang juga tidur di sampingnya.

Sampai pada saat perempuan itu membuka matanya terlebih dahulu. Mencoba untuk membiasakan penglihatannya juga.

Buk!

“Akh..”

“Ma-maafkan aku. A-aku terkejut, Jisung-ssi. Maaf..”

Kim Chaewon pikir, dia telah memeluk Jisung selama mereka tidur dan dia tak bisa untuk tidak terkejut karena jarak mereka begitu dekat. Maka dari itu, Chaewon mendorong tubuh Jisung sampai bokong laki-laki itu menghantam lantai cukup keras.

“Iya, Chaewon-ssi.” meski begitu, Jisung masih meringis kesakitan dan mengelus bokongnya.

Jisung bangkit dan duduk di pinggir kasur. Chaewon yang masih merasa bersalah hanya diam. Tak tahu harus berbuat apa. Dia hanya reflek juga tadi.

Namun, setelah sadar dengan keadaan, Chaewon mengernyit dahinya. Dilihat dari jendela, waktu sudah sore dan dia masih di rumah orang tuanya.

Dan juga, seingatnya tadi dia tidur di lantai. Dia sengaja karena merasa terlalu lelah. Jadi, dia pikir bahwa seharusnya dia tidak tidur di atas ranjang ini sekarang.

Mungkinkah?

“Kau yang membawaku ke kasur?” tanya Chaewon to the point.

Jisung yang sudah merasa lebih baik pun mengangguk. “Aku tidak tega melihatmu tertidur di lantai. Jadi, aku menggendongmu.”

“Kenapa tidak membangunkanku saja?”

“Sudah. Tapi..”

“Tapi?”

“Kau mengigau sampai.. menamparku.”

Seketika, raut wajah Chaewon berubah terkejut dengan kedua tangan yang menutup mulutnya. Dia menampar Jisung? Dan bahkan setelahnya mendorong laki-laki itu dari kasur? Hey.. bukankah ini masuk kekerasan dalam rumah tangga? Ya Tuhan..

“Maaf..” Chaewon menyesal, tentu saja. Terlihat dari raut wajah juga nada bicaranya.

Alih-alih memarahinya, Jisung kembali tersenyum seraya berujar tak apa.

Yak! Bagaimana bisa itu tak apa? Aku sudah menamparmu––meski dalam tidur––dan juga mendorongmu. Kau harus marah. Atau setidaknya balas padaku. Aku tak masalah. Aku akan menganggapnya impas.”

“Tidak perlu. Aku tidak mau. Itu akan semakin buruk.” Jisung menolak karena mana mungkin dia membalas pada Chaewon dengan cara yang sama. Bagaimana pun, dia masih menghargai Chaewon sebagai seorang perempuan.

“Tidak, tidak. Aku ingin kau membalasnya. Sungguh, aku tak masalah, Jisung-ssi.”

Ucapan Chaewon barusan membuat Jisung terdiam. Kepalanya seakan baru saja memutar kaset lama yang seharusnya tak dia ingat.

“Seharusnya kau balas mereka. Kenapa kau hanya diam saja?”

“Kau berubah. Bukan ini yang kumaksud.”

Jisung menggeram pelan sembari memejamkan matanya. Kaset lama yang ingin dia kubur dalam-dalam malah harus terputar kembali karena seorang Kim Chaewon.

“Jisung-ssi.. kau baik-baik saja?”

Jisung membuka matanya dan menatap Chaewon yang kembali memasang wajah khawatir. Sedetik kemudian, Jisung melengkungkan bibirnya. Menutupi sesuatu dari Chaewon.

Sederhana | Jisung Chaewon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang