14 : Hadiah Beruntun

350 56 19
                                    

Sebenarnya, Kim Chaewon tak bisa marah dalam kurun waktu yang lama. Diam dalam kurun waktu yang lama pula. Semuanya ada batas dan itu benar-benar takkan lama. Sekecewa apapun dia terhadap seseorang atau sesuatu, maka itu akan sirna dengan cepatnya. Ini hanya soal waktu.

Maka dari itu, beberapa hari setelah pengakuan Han Seungwoo hari itu, dia mengunjungi kakaknya. Mengajak perempuan itu berbicara empat mata. Sudah lama sekali dia tidak melakukan hal itu dengan Kim Seola. Itu pertama kalinya setelah sekian lama.

Jadi, di sinilah mereka berada. Di sebuah kafe dekat rumah keluarga Kim. Chaewon yang memberi saran untuk pemilihan tempat tersebut. Selain dekat dan tidak menyusahkan kakaknya yang sedang hamil, Chaewon juga rindu dengan menu yang ada di kafe tersebut. Kafe yang sering dia kunjungi untuk sekadar menemani dia yang sedang mengerjakan tugas sekolah.

Ada banyak hal yang mereka bicarakan, tentu saja. Namun, inti dari pertemuan tak bisa terhindarkan. Chaewon pun membahas soal pernyataan Seungwoo hari itu.

“Dia berkata seperti itu?” Seola terdengar tak percaya. Lebih tepatnya pada ucapan Seungwoo yang semenyesal itu.

Mereka belum bertemu. Jadi, mungkin inilah bayangannya jika mereka bertemu lagi nanti.

“Tidak ada yang ingin eonni katakan?” tanya Chaewon pada Seola. Setelah bercerita, bahkan selama bercerita, Seola seakan tidak menyalahkan apa yang dia katakan. Benar-benar secara tidak langsung membenarkan bahwa itulah yang terjadi di antara mereka.

“Tidak ada. Semua yang Seungwoo katakan.. memang benar kok.” Seola terlihat pasrah, namun juga tidak berusaha terlihat seperti menyerah pada keadaan.

Satu pikirannya, semua telah terjadi dan akan berlalu seperti sebuah film yang telah kita tonton. Hanya akan meninggalkan bekas begitu saja.

Eonni.. bahagia?” pertanyaan aneh bagi Chaewon pribadi, namun ingin sekali dia tanyakan semenjak perempuan itu ditinggal oleh Seungwoo.

Seola mengukir senyuman di wajah cantiknya. Meski sedang hamil, aura cantiknya tak pernah luntur sedikit pun. Membuat Chaewon sedikit iri pada kakak perempuannya itu.

“Aku bahagia. Dengan aku yang sekarang, aku merasa demikian. Aku takkan membiarkan seseorang atau sesuatu membuatku menyesal karena Tuhan memberi jalan ini. Aku bersama Hyungwon dan anak ini..” Seola mengusap perutnya penuh kasih sayang. “Kami akan menghadapi semuanya bersama.”

Dan Kim Chaewon tak bisa untuk tidak bangga pada sosok kakaknya ini. Sejak dulu, dia selalu merasa bangga memiliki Kim Seola sebagai orang terpenting dalam hidupnya. Dia benar-benar berterima kasih pada Tuhan menjadikan sosok ini sebagai kakaknya.

—————

Kala sore itu, di studio musik tempat Han Jisung bekerja, mereka bertiga masih disibukkan dengan sebuah rekaman seorang penyanyi. Mereka terlihat begitu serius menggarap lagu itu.

Suara ketukan pintu mengalihkan beberapa perhatian orang-orang yang ada di dalamnya. Pintu terbuka dan menampakkan sosok Kim Chaewon yang ternyata berkunjung.

“Oh! Chaewon-ah..” Bang Chan yang terlebih dahulu menyapa perempuan itu.

Oppa, apa aku mengganggu?” tanya Chaewon setengah berbisik. Dia jadi tidak enak karena datang saat mereka masih bekerja.

Meski kedatangannya pun tidak mendadak dan Chan juga yang memperbolehkan dia datang saat sore. Dan sebenarnya.. ini sudah pukul 6. Sudah bukan lagi sore dengan langit oranye.

“Tak apa kok. Masuk saja. Duduk di sini.” ujar Chan kemudian mengajak Chaewon untuk duduk dengan seseorang yang merupakan manajer dari penyanyi yang sedang melakukan rekaman.

Sederhana | Jisung Chaewon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang