2 Tahun Kemudian
"Chan, anjir, please please bantuin gue," rengek Veela sambil mengadu pada Haechan yang sudah tersambung dengannya di telepon.
"Yang bagus ngomong nya," titah Haechan di seberang sana, seberang kamar Veela maksudnya. Dari posisi berdiri Veela sekarang, ia dapat melihat Haechan yang sedang berjalan menuju balkon kamarnya.
"Iya-iya maap, Chan tolongin Chan, darurat, Icung sama Guan gaada di rumah, mereka lagi pergi sama ayah bunda, tolongin gue Chan, beliin-"
"Softex?" potong Haechan yang sudah bersiap melompat ke balkon kamar Veela, tapi ia urungkan karena sudah tau tujuan dari Veela meneleponnya.
"Iyaa, cepet ini gue udah lemes banget, buruan, ntar gue kekurangan darah, Chan." Veela melanjutkan rengekannya sambil menekuk perutnya seperti ulat bulu.
"Asal lo tau ya, darah menstruasi kalian itu galebih dari secangkir kopi, lagian keluarnya darah haid ga ngaruh sama darah di tubuh lo Vi, makanya kalau belajar tuh-"
"BELIIN DULU KENAPA SIH CHAN? NTAR AJA KALAU MAU NGAJARIN GUE CHAN!!"
Haechan yang mendengar itu reflek menjauhkan hp nya, salah nya memang, udah tau cewek baru dapat tamu malah di omelin. Tanpa pikir panjang Haechan pun langsung melompat ke balon kamar Veela dan masuk ke kamar.
"Beli yang gimana sih Vi? Yang kayak biasa?" tanya Haechan pada Veela yang sudah meringkuk di lantai, lalu ia berjongkok di depan Veela,"Jangan tidur di lantai, dingin."
Veela yang mendengar itu malah mendorong Haechan, seakan-akan berbicara
KENAPA MALAH KESINI BANGSUL!! BURUAN KE KEDAI!!
"Mau di ambilin air panas dulu ga?" tawar Haechan sambil kembali berdiri, lalu di angkatnya tubuh Veela ke atas kasur,"Dingin di lantai," ucapnya saat Veela memelototinya.
"Buru beli astaga, gue udah lemes banget Chan," pinta Veela seperti akan menangis, membuat Haechan iba bukan main.
"Yaudah tunggu bentar ya." Haechan berjalan kembali ke kamar nya dengan melompati balkon.
Dua tahun lalu Haechan memang mengatakan bahwa ia tak tertarik dengan wanita dan tak ingin berteman dengan Veela, tapi buktinya sekarang ia malah sedang melajukan motornya menuju kedai terdekat untuk membeli 'benda keramat' yang Veela butuhkan.
Dua tahun bukanlah waktu yang singkat bukan? Sejak kepindahan keluarga Veela kesamping rumah Haechan, banyak yang terjadi di antara kedua insan ini.
Terutama karena kamar mereka yang berjarak sangat dekat.
Mulai dari Haechan yang suka nyanyi-nyanyi sambil main gitar di balkon hingga suaranya terdengar oleh Veela, atau ketika malam minggu saat balkon kamar Haechan dipenuhi oleh kehebohan teman-temannya yang membuat Veela tak bisa tidur dan berujung dengan Veela yang menyiramkan seember air pada mereka, ataupula karena Veela yang menangis saat menonton film kesukaannya yang membuat Haechan mengira itu adalah hantu penasaran, dan banyak lagi yang terjadi.
Ditambah lagi Veela memutuskan untuk masuk ke sekolah yang sama dengan Haechan, tentu bukan atas permintaanya, melainkan kebiasaan ibuk-ibuk yang suka nitipin anaknya ke anak tetangga.
"Haechan, Veela nya tolong di jaga yah di sekolah, anaknya suka nyasar soalnya."
Begitulah yang Mama Veela sampaikan pada Haechan sesaat setelah ia menyelesaikan segala pembayaran kepindahan Veela.
"Weh Chan, tumben malam-malam ke kedai? Mau nagih utang lo?" tanya Jaemin yang sedang menjaga kedai milik keluarganya sambil memainkan hp nya.
"Gue mau beliin softex si Vivi, manasih yang biasa dia beli? Lupa mulu gue," adunya sambil melihat-lihat berbagai merek softex yang tersusun rapi di rak yang tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Sulung • lhc [00L]
FanfictionPART 1 OF SIBLINGS SERIES "Gimana kalau homo cuman alasan gue biar bisa dekat lo terus." Haechan, si sulung dari tiga bersaudara, yang hidupnya tak jauh-jauh dari kata belajar untuk sekedar memenuhi tuntutan orang tuanya. Bertahan sekuat tenaga men...