Hai sider, aku ga maksa kalian buat muncul kok, makasi ya udah mau baca crita ini. Dan buat yang selalu support makasi banyak ya, voment kalian tuh berarti banget, baca komenan kalian bikin bahagia, jangan sungkan spam komen ya, di tunggu selalu💚
Lop u all!
Selamat membaca
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Sepeninggalan Veela dan Junkyu, tak satupun dari mereka berdua yang bergerak. Baik Haechan maupun Shotaro, keduanya terlalu sulit untuk menerima kenyataan ini, terlebih lagi Shotaro, secara tidak langsung perkelahian yang baru ia lihat adalah ulah nya.
Andai saja ia berpikir terlebih dahulu seperti yang Haechan katakan tadi, harusnya ia tidak memberi tahu Veela tentang fakta ya ia ketahui dari abangnya itu, maka perdebatan nya dengan Haechan tadi juga takkan tercipta, dan Veela takkan mendengar perdebatan mereka. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.
Ia telah membuat kedua temannya terlibat dalam perkelahian, membuat keduanya sama-sama hancur, dan dengan cara apapun, ia harus memperbaiki apa yang telah ia rusak.
Harusnya ia bisa sedikit lebih peka lagi pada perasaan temannya. Bertahun-tahun bersama Haechan, harusnya ia sadar bahwa Haechan memperlakukan Veela dengan cara yang berbeda, Shotaro memang menyayangi Veela, tapi rasa sayang Haechan pada Veela berbeda dengannya. Harusnya ia sadar itu.
Bertahun-tahun bersama Haechan, tak satupun perempuan berhasil membuat Haechan luluh, mau secantik, sepintar dan sekaya apapun perempuan itu, ketika ia menyatakan perasaanya pada Haechan, maka dengan cepat Haechan membalas
"Gue homo, cari aja cowok lain."
Tapi dengan Veela berbeda, gadis itu benar-benar satu-satunya perempuan yang berhasil membangun pertemanan panjang dengan Haechan.
Tapi kini, ia malah membuat pertemanan itu hancur.
Melihat Haechan yang merubah posisi duduknya menjadi duduk bersandar pada dinding di seberang sana, membuat Shotaro membuka langkahnya mendekati Haechan setelah tadi sempat menelfon Guanlin tentang dimana lokasi nya dan memberi tau kelima temannya kabar tentang Bunda.
"Lo sesayang itu ya sama Vivi?"
Haechan menganggkat kepalanya saat pertanyaan itu keluar dari mulut Shotaro. Teman blasteran Jepang nya itu berjongkok di depannya.
"Kenapa selama ini lo cuman diam?" tanya Shotaro lagi.
"Diam maksud lo dalam konteks apa?" Haechan balas bertanya.
"Iya diam, kenapa lo ga naikin status lo dari teman ke pacarnya Vivi. Kenapa lo diam di status teman kalau nyatanya lo bisa lebih dari itu? Dan yang gue lihat kayaknga juga lo mau."
"Iyaya?" Shotaro meng-iyakan, membuat Haechan tertawa singkat,"Gue juga gangerti sama perasaan gue," kepalanya kembali menunduk,"Lo tau sendirikan seberapa gamaunya gue jatuh ke hati cewek?"
Shotaro mengangguk,"Tapi lo cowok bro, gamungkin lah sampai tua lo bujang terus, suatu hari lo bakal jadi pemimpin di keluarga kecil lo," ucap Shotaro meyakinkan,"Lo gabisa diam terus. Nge- stuck di status teman. Lagian juga kita udah gedek, bentar lagi kuliah, gakerasa ntar udah mau nikah aja."
Haechan hanya mengangguk, tak berniat untuk membalas, sekarang kepalanya sudah cukup penuh memikirkan sesak di dadanya ini oleh sebab apa karena pertanyaan Shotaro barusan, apakah karena gagal menjadi teman yang baik? Atau karena telah menyakiti perasaan orang yang ia cintai?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Sulung • lhc [00L]
FanficPART 1 OF SIBLINGS SERIES "Gimana kalau homo cuman alasan gue biar bisa dekat lo terus." Haechan, si sulung dari tiga bersaudara, yang hidupnya tak jauh-jauh dari kata belajar untuk sekedar memenuhi tuntutan orang tuanya. Bertahan sekuat tenaga men...