Sulung » 30

2.3K 361 12
                                    

Disarankan untuk membaca capt sebelum ini jika lupa alur

Huhuhu maap baru sempat up :"

Happy Reading
















Saat pertama kali mengenal Haechan, hal pertama yang Veela sadari dari diri Haechan ialah kepribadiannya yang dingin serta tak pedulian.

Berminggu-minggu setelah kepindahannya di sebelah rumah Haechan, tak ada satu kalipun cowok itu menganggap nya ada, baik di rumah ataupun di sekolah. Tapi Veela tak pernah merasa kesal ataupun tidak suka pada Haechan yang selalu menggapnya tak ada, karena sejak pertemuan awal mereka yang aneh, Haechan sudah memperingati nya bahwa mereka takkan bisa berteman, dan Veela menerimanya.

Saat itu yang Veela rasakan biasa saja, toh dia juga berpikir bahwa hidupnya tidak akan berakhir jika tidak berteman dengan Haechan.

Tapi kini ucapannya mungkin tidak sepenuhnya benar, melihat Haechan tergeletak di kasur pasien dengan kepala yang di perban membuat tubuh Veela lemas tak tertahankan, seakan-akan dunia runtuh, dan reruntuhan itu menimpa dirinya.

Baju yang ia kenakan masi penuh dengan lumuran darah Haechan tadi, berkali-kali sudah kelima temannya mengajaknya untuk pulang kerumah dah mengganti bajunya, tapi Veela menolak, ia ingin disini sampai Haechan sadar.

"Gamau, gue mau disini sama Haechan, gue mau nunggu dia bangun."

Jawab Veela setiap ada yang mengajaknya untuk pulang. Ia benar-benar tak ingin meninggalkan Haechan, apalagi tadi Haechan sempat mengalami kritis karena kekurangan darah yang cukup banyak, membuat pikiran Veela semakin melayang kemana-mana, bekas luka kehilangan Bunda belum sembuh sepenuhnya, ia tak ingin mendapatkan luka yang baru. Tapi Veela segera lega karena Haechan mendapatkan donor dari Chenle, Sungchan juga Mamanya dengan cepat.

Rita, wanita paruh baya yang telah melahirkan Haechan itu kini tengah tertidur di sofa yang ada di kamar Haechan. Beliau memberi darahnya dengan jumlah terbanyak dari kedua anak kembarnya, bahkan tadi ia melarang kedua anak kembarnya untuk ikut mendonorkan darahnya, ia tak ingin si kembar sampai kenapa-napa, dengan melihat Haechan tak berdaya seperti itu sudah cukup membuat dadanya sesak, tapi dokter melarangnya untuk keselamatan dirinya sendiri, sehingga mau tak mau Rita mengizinkan anak kembarnya itu untuk ikut mendonorkan darahnya.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua pagi, ini sudah hampir sepuluh jam sejak Haechan tak sadarkan diri, fakta itu jelas membuat mata Veela tak bisa di ajak untuk tidur, matanya senantiasa menunggu kelopak mata di hadapannya ini terbuka. Tangan Haechan sejak tadi ia genggam sambil terus merapalkan doa agar cowok itu segera sadar.

"Vi, gantian ya jaganya?" tanya Jeno dengan suara parau khas bangun tidurnya sambil menyentuh bahu Veela lembut,"Gue udah tidur, sekang gantian lo yang tidur ya?"

Veela menggeleng.

"Seengaknya ganti baju ya? Kotor."

Lagi-lagi Veela menggeleng.

"Vi....."

"Gue mau Haechan bangun, udah itu aja," jawab Veela pelan.

"Haechan pasti bangun Vi." Jeno meyakinkan.

Cowok itu menarik kursi lainnya ke sebelah Veela, lalu menegapkan badannya.

"Sini nyandar," kata Jeno sambil memukul bahunya, tanpa penolakan, Veela pun menjatuhkan kepalanya di bahu Jeno.

✔Sulung • lhc [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang