Boneka Prancis 「1」

2 1 0
                                    

Time skip 15 Desember

Musim dingin, kami diberi liburan bersama selama 2 minggu disebuah perkemahan yang terdiri dari berbagai pondok kecil dihutan Newrest, saat ini kami sedang membereskan barang - barang yang dibutuhkan, sebenarnya ini hanya berlaku untuk para kadet tapi aku, Ashley, kakak, dan Vile diminta untuk mengawasi para kadet. Perkemahan ini terdiri dari banyak pondok kecil yang ditempati 2 orang tersedia kamar mandi, dapur, dan 1kamar tidur dengan kasur tingkat.

Benar - benar merepotkan

"Astaga apakah perjalanannya harus sejauh ini?" Tanya Ashley "kau tak usah banyak protes ini sudah kewajiban kita sebagai senior kan" ujar kakakku "benar, lagi lula seingatku dulu kau sering menyendiri dibukit timur yang jauh dari rumahku dan aku kesitu hanya untuk mengantarkan makanan" ujarku, "ah aku ingat itu adalah hari saat kau kabur dari rumah kan? Dan kau kabur hanya karna aku bilang aku membencimu" ujar Ashley "bukan aku tak kabur karna alasan itu, percaya atau tidak aku membaca artikel koran 19 tahun yang lalu bahwa anak Raja Trancy ke - 22 hilang tapi kenyataannya dia dititipkan dikeluarga Macken karna ada peperangan hebat dan pada saat itu banyak kesatria yang gugur lalu 3 tahun kemudian ibu berpartisipasi dalam perang dan akhirnya kekaisaran menang namun itu diganti dengan nyawa ibu umurku masih 5 tahun saat itu" jelasku. "Maaf, tapi ngomong - ngomong dimana para kadet? Mereka belum terlihat padahal kita sudah berada dipondok utama" tanya Ashley "ah mereka dibagi menjadi kelompok 2 orang mereka akan segera sampai" jawabku.

"Eh kalian sudah sampai, cepat sekali ya" ujar seorang wanita bersurai pirang keluar dari kamar mandi "iya tapi itu tak mudah, kau yang lebih cepat sampai disini Aurora" ujarku "eh Lady Aurora mengapa kau bisa disini?" Tanya kakakku terkejut "dia adalah anggota rahasia pasukan pengintai, angkatan ke - 103 selama ini dia menyamar menggunakan nama Historia Cerena, mulai saat ini kita panghil dia Historia, salam kenal ya Historia!" Ujarku "iya mohon kerja samanya Kapten Vancy" jawab Aurora. Aku pergi kekamar mandi untuk mandi, aku membersihkan kulit pucatku dengan sabun aroma mawar dan membilasnya dengan air hangat, aku mengeringkan tubuhku lalu mengenakan celana panjang berwarna hitam dan baju putih berlengan pendek. Aku keluar kamar mandi dengan handuk berada dileherku "hah wah semuanya sudah disini" ucapku sembari mengeringkan rambutku yang masih basah. Alih - alih merespon ucapanku para kadet hanya menatapku dengan serius kecuali Artemisia dan Rana mereka sibuk dengan camilan diatas meja. "Ada apa?" Tanyaku "Kapten ternyata anda benar - benar perempuan!" Aku kebingungan "eeh apa maksud kalian?" Tanyaku "baru kali ini aku melihatmu memakai baju putih yang nampaknya tipis ditambah lagi tanpa syal yang kau kenakan, rambut dan kulit yang setengah basah itu" aku melihat wajah mereka memerah dan Alois mengalami pendarahan dihidungnya, "eh?" Pekikku "aku baru tahu juga kalau...." kata - kata Alois terhenti karna aku memukul wajahnya dengan keras. "Aduh!" Serunya "kalian semua mau kuhajar?" Ancamku, "maaf kapten" ujar mereka dengan wajah pucat, aku memakai sweater hitam dan melilitkan syal merahku, lalu duduk disebelah Aurora.

Aku meminum teh hangat dari cangkir, "hah, kenapa waktu liburanku digunakan untuk mengawasi cowok - cowok yang pikirannya kotor itu?" Tanyaku kesal "ahahaha yang sabar ya, kapten dan ngomong - ngomong sedari tadi...Ashley dan Kak Eincierro menatap kearah kita dengan tatapan aneh" ujar Aurora sambil menunjuk kearah 2 laki - laki yang duduk didepan kami. "Oy apa yang kalian lihat?!" Mereka langdung memalingkan wajah. Aku mendengus kesal, "wah ada apa ini?" Seru Alois yang kebingungan melihat kearah kursi disebelahnya, "a-ada darah disini" pekik Stevant "siapa yang terakhir kali duduk disini?" Tanya Alois "Rana!" Jawab seorang kadet laki - laki, "Rana apakah kau tak apa - apa? Kau terluka" para kadet laki - laki heboh dan para perempuan termasuk aku dan Aurora hanya diam dan sepertinya kami memikirkan hal yang sama.

Oh shit

Pandanganku tertuju pada celana Rana yang terdapat vercak darah "Kalian semua diam!" Seruku, "Historia, bawa Rana kekamar mandi, dan berikan ini ambil juga celana Rana yang masih bersih" ujarku sambil menyerahkan sebuah kantung, "para laki - laki diam! Dan cepat bersihkan diri kalian di pondok masing - masing!" Seruku. "Ta - tapi..." "sudahlah cepat sana!" Para kadet perempuan mendorong para kadet laki - laki keluar. Aku membersihkan bercak darah dikursi dengan kain dan air. Rana keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega, "hah terima kasih kapten harga diriku terselamatkan" ujar Rana "tidak masalah lain kali bawa benda yang aku berikan tadi untuk  cadangan paling tidak 2 atau 3" ujarku "baik", semua kadet sudah kembali berkumpul dipondok utama, karna sedang liburan kami tak ada kerjaan, lalu aku kepikiran ide seru, karna ga ada tv, film dan permainan monopoli akhirnya ada satu ide yang pas banget sama keadaan malam ini.

Second Chance [END/Lanjut Ke Second Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang