Pemurnian 「2」

2 1 0
                                    

Pastikan membaca chapter srbelumnya
Sebelum membaca chapter kali ini

"KYAAAAAAAAA!"

Keesokan paginya Brenda ditemukan dalam keadaan bersimbah darah, diketahui bahwa si pelaku membunuh Brenda dengan cara memukul kepala Brenda dari depan dengan keras. Aku menyelidiki Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk, dibantu oleh Vile aku lebih percaya kepada Vile dari pada Ashley dan kakakku, yah aku tahu ini gila tapi dari pada mereka Vile lebih kalem dan ga blak - blakkan sifatnya aku ambil dari Kapten Levi dari SNK, hehe maklumlah husbu saya. Setelah mencari - cari barang bukti kami hanya menemukan sebuah kartu yang bertuliskan 'mari bermain' ini benar - benar aneh.

"Oy Rocy, lihat ini" ujar Vile sambil menunjuk kearah dinding pondok, "apa arti tulisan ini? Hanya kau yang mengerti bahasa asing seperti ini" aku menoleh kearah yang ditunjuk Vile, itu tulisan berbahasan prancis tulisannya "Jouons, sinon je te punirai" artinya "ayo bermain, jika tidak mau akan kuhukum" tulisan dari darah seperti ancaman, aku menghembuskan nafas panjang "yang penting sekarang ini bahaya untuk tinggal disini lebih lama" ujarku "maksudmu?" Tanya Vile "kita akan pergi dari sini disini sangat berbahaya, kita akan pergi lusa aku akan meminta pemilik perkemahan ini untuk menutupnya sementara ilmuku tentang hal seperti ini hanya sedikit beritahukan ini kepada anggota lainnya, dan tolong berhenti menyingkat namaku seperti itu" ujarku.

Kami pergi kepondok utama "dengar semuanya kita akan pergi dari sini sekarang, tak ada alasan yang pasti selain terror arwah yang berada didalam bonek prancis itu!" Semua mata mengarah kesudut ruangan, mereka terkejut, boneka prancis yang seharusnya berada didalam kekai dan tak bisa keluar berada tepat diarah yang kutunjuk.

"Ba - bagaimana boneka itu berada disitu?" Tanya Alois gagap, "aku juga tak tahu tapi aku ada rencana, aku akan memurnikan arwah didalam boneka itu, kita akan pergi kekota, lalu kita akan membawa boneka itu ke gereja" ujarku. "Kapten" panggil seseorang kepadaku, "ah Historia ada apa?" Tanyaku "ada surat dari kerajaan, untuk penobatan putri kerajaan," jawab Aurora.

Astaga aku lupa

Mata Alois membesar, tatapannya seakan tak percaya bisa bertemu dengan 'Veronika' ya maksudnya aku. "Benarkah?! Kapan itu dimulai?" Tanya Alois bersemangat "besok" jawab Aurora "ya kita masih ada waktu sekarang kemasi barang kalian, setelah melakukan pemakaman kita akan pergi kekota".

_________________________________________

Keluarga utama kerajaan dari 5 kerajaan pendiri kekaisaran :

1. Trancy (Endhiophia)
2. Roselina (Demrunce)
3. Vancy (Arenelle)
4. Riconce (Griesellzia)
5. Samuelle (Shisourenlle)
_________________________________________

Aku sudah selesai mengemasi barang - barangku, lalu Ashley menghampiriku, "hei Veronika, sebenarnya kau itu lupa kan jika besok hari penobatanmu" ujar Ashley "hehe iya maaf aku terlalu sibuk sampai surat dari ayah dan Bibi Trevana tak sempat aku baca" ujarku, keluarga Vancy terdiri atas 2 cabang yaitu keluarga utama dan keluarga cabang, dan yang menjadi pemimpin di Kerajaan Arenelle adalah ratu, saat ini bibiku Trevana Kay Vancy yang memimpin namun dia tak diberi keturunan, maka dari itu aku akan diangkat menjadi putri lalu suatu hari nanti aku akan menjadi ratu, yah ini pasti merepotkan harus mengerjakan 2 hal sekaligus untung aku pintar mengambil 2 jurusan sekaligus saat kuliah sejarah dan astronomi. Kami berangkat kekota dan mulai berjalan kami membutuhkan 2 jam untuk kesana ditambah lagi salju tebal yang membuat kaki susah digerakan. "Capek, bisakah kita istirahat terlebih dahulu?" Tanya Alois, "tak ada waktu kita harus sampau kesana secepatnya" ujar Vile "baiklah kita istirahat disini, lagi pula ini masih siang tak ada salahnya kita beristirahat" ujarku. Kami membuat api unggun dan beristirahat sejenak, aku melihat Alois kedinginan "kau kenapa Alois?" Tanya Ashley "dingin sekali disini, hah syal yang aku bawa sudah terjatuh ditebing tadi hah" keluhnya. "Pakai ini!" Aku menyondorkan syalku kepadanya "eh kapten bukankah kau juga butuh ini?" Alois terheran - heran "sudahlah pakai saja, kalau cuma dingin segini aku masih bisa tahan" ujarku. Berlagak sok keren didepan Alois sebenarnya memalukan, tapi yah bagaimana lagi aku harus berbuat kebaikan sebanyak mungkin karna..... aargh itu tidak penting.

Second Chance [END/Lanjut Ke Second Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang