Happy Reading...😊😊😊
****
Dulu ada saat dimana Icang tak berani membuka mata untuk sekedar melihat kenyataan yang tak pernah seindah mimpinya. Rasa sakit karena menantang kerasnya kehidupan membuatnya ingin sekali terbuai mimpi selamanya. Namun hidup hanya bisa dimulai bila ia membuka matanya dan bergelut dengan semua kekejaman dunia nyata.
Saat ini bisa dibilang Icang tak berani memejamkan mata. Takut keindahan yang ada di depan matanya tiba-tiba lenyap. Masih tak yakin apakah semua ini mimpi atau kenyataan.
Mauren berbaring di sisinya. Meringkuk seperti bayi, memunggunginya. Pundak yang mulus mengintip dari balik selimut. Rambut hitamnya menyebar di bantal begitu lembut dalam elusan Icang.
Tubuh Icang terasa ringan sekaligus letih namun terasa menyenangkan. Bila tak kasihan, ingin rasanya Icang mengecup pundak itu lalu membisikkan kata lembut penuh janji manis untuk kembali meraih kepuasan yang baru beberapa waktu lalu mereka raih. Gadis ini sungguh luar biasa.
Ciuman dan pagutan itu berubah semakin dalam dan menarik semua kewarasan yang tersisa dari mereka berdua. Icang tak tahu siapa yang lebih dahulu dan bagaimana mereka melakukannya, tiba-tiba saja kemeja halus dan celana yang dikenakan Mauren terlepas begitu saja. Selimut yang tadi menutupinya juga sudah terlempar di sudut kamar.
Kini tubuh mereka hanya menyisakan pakaian dalam masing-masing. Mereka saling berpagut, bertaut, seakan berlomba menunjukkan siapa yang paling membutuhkan siapa.
"Mauren...Mauren,,, Oh" Icang hanya mampu menggumamkan kata itu kala sentuhan sarat rasa penasaran milik Mauren menelusuri tubuhnya.
Desahan Mauren seakan mengobarkan gairah Icang yang selama ini ia tahan. Icang merasa hanyut dan tersesat ingin mencari jalan keluar. Ditangkupkannya tangan Mauren yang tengah merayunya, ia tautkan ke jemarinya. Sebelah tangannya mengelus wajah cantik Mauren. Icang menatap dalam, lalu berbisik,
"Ini kesempatanmu untuk lari, aku beri kamu waktu semenit untuk berpikir. Bila kamu tetap memilih tetap di sini, aku tak ingin kamu menyesali ini semua, Karena setelah ini, semuanya akan berubah dan tak akan bisa kembali seperti semula. Larilah, agar aku tak perlu menyakitimu."
Mata Mauren balas menatapnya. Icang sangat mengenali tatapan penuh tekad yang kini bercampur hasrat milik gadis itu. Jemari Mauren itu melepaskan tautan mereka. Icang bersiap melihat gadis itu bergegas membenahi diri lalu lari dari kamar ini.
Namun setelah mendorong tubuh Icang untuk lepas dari kungkungannya, Mauren kembali menduduki tubuhnya. Jemari gadis itu menangkup wajah Icang. Wajahnya merunduk mendekati telinga Icang, "Aku takkan pernah menyesali ini semua. Bahkan bila kamu nanti lari dan kembali mencampakkanku, aku takkan pernah sekalipun menyesalinya."
Jawaban itu cukup. Icang bangkit untuk kembali mendekap tubuh halus itu. Mencoba merayu selembut mungkin agar gadis itu tak merasa sakit. Namun mustahil. Wajah itu tetap mengernyit saat ia mencoba menyatukan mereka.
Icang berusaha melupakan hal-hal yang akan ia sesali nantinya. Ia tak bisa lagi menahan semuanya. Ia hanya ingin menikmati saat ini. Tubuh Mauren yang hangat menyambutnya, menjanjikan kenikmatan yang selama ini tak berani Icang bayangkan. Icang merasa pulang saat tubuh mereka benar-benar menjadi satu.
"Apa aku menyakitimu," suara Icang sarat penyesalan.
Namun gelengan kepala wajah yang merona itu, kembali menyalakan gairah Icang. Mereka bergerak, mencoba mengejar semua hal yang selama ini mereka coba raih.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Our Heart
Short StorySetelah kenekatan konyolnya tak berbalas, membuat Mauren menjauhi Om Icang tersayangnya. Dirinya bukan lagi anak kecil yang bisa bermanja-manja pada lelaki itu, meskipun lelaki itu masih saja menganggapnya anak kecil kesayangannya. Kapan sih, Om Ica...