Happy Reading 😊😊😊
****
"Dia tetap tidak mau pulang, Om..."
Icang menghela nafas lelah. Kabar yang disampaikan Michael barusan membuatnya semakin tipis harapan.
Ia sudah terlalu cukup bersabar. Gadis itu tidak pernah sekalipun menghubunginya. Bahkan saat pertemuan bisnis bersama Raul tak sekalipun Raul menyebutkan bahwa gadis itu menanyakan kabarnya. Ia pun tak berani menanyakannya.
Icang seakan dihapus, disingkirkan begitu saja dari hidup Mauren.
Kenyataan bahwa Raul mau menerimanya kembali, dan tak disingkirkan dari Raul, itu mungkin sudah lebih dari cukup bagi Icang. Ia tak ingin membuat Raul menjadi membencinya bila ia menanyakan tentang anak gadisnya kembali.Tapi dia masih dan sangat mencintai Mauren. Ia pun diam-diam nekat menghubungi Michael. Menjadikan pemuda itu sebagai sumber informasi tentang Mauren untuknya.
Dari Michael ia tahu Mauren belum menemukan seseorang yang menggantikan Icang di sana. Padahal gadis itu sangat cantik, tapi seakan menutup diri dari dunia.
Sesekali Michael mengiriminya foto atau video Mauren untuk melepas rindu Icang. Gadis itu terlihat selalu muram. Tak pernah terlihat tersenyum ataupun tertawa lepas. Bahkan selama setahun gadis itu seakan tak punya kehidupan layaknya remaja lainnya. Mauren sering menolak setiap kali Michael mengajaknya ke pesta ataupun hangout bersama teman-temannya
Bahkan pernah Icang beberapa kali meminta Michael membujuk Mauren ke konser dengan tiket yang Icang belikan untuk mereka. Kadang berhasil, tapi tetap tak bisa mengukir tawa bahagia untuk gadis itu.
Apakah ini sudah waktunya ia bicara pada Raul tentang Mauren? Icang sungguh tak ingin merusak lagi hubungannya dengan Raul. Tapi dia sudah tidak tahan. Gadis itu menolak pulang setelah hampir setahun di Inggris, tidak mungkin hanya masalah kepraktisan atau biaya. Pasti ini semua tentang mereka semua. Icang ingin menyadarkan Mauren bahwa hubungan mereka masih bisa diselamatkan. Tapi pertama-tama Icang harus menghadapi Raul terlebih dahulu.
*****"Ada perlu apa, Cang? Kan aku sudah mundurkan jadwal pertemuan kita minggu depan." tanya Raul begitu melihat Icang datang ke Excluse.
Icang mengusap rambutnya untuk meredakan kegugupannya.
"Bulan depan seharusnya Mauren libur. Tapi dia menolak pulang" ungkap Icang.
Raul mengernyit. Membenahi duduknya agar terasa nyaman di sofa bilik VIP yang disewa Icang.
"Apa maksudmu? Mauren baru saja menghubungiku dan Mela. Dia tidak mengatakan apapun. Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Saya... Saya menghubungi Michael untuk menanyakan kabarnya. Maaf bila saya lancang. Tapi... "
"Michael bilang apa?" potong Raul tak sabar.
"Michael bilang, bulan depan kampus mereka libur musim panas selama satu setengah bulan. Michael sudah membujuknya untuk pulang, tapi Mauren menolak. "jawab Icang.
Raul menghela nafas. Wajahnya terlihat muram dan lelah.
"Kamu marah padaku, Cang?"
Icang hanya memandang gelas minumannya di atas meja. Ia tak tahu harus menjawab apa. Mengapa ia harus marah pada Raul, bila semua yang terjadi adalah kesalahannya sendiri. Dia yang mengacaukan segalanya dengan berani mencintai Mauren.
"Mauren marah padaku." lanjut Raul muram.
"Dia memang tersenyum tapi senyumnya itu tidak pernah sampai ke matanya. Hampir setahun dia tidak mau menatap langsung padaku. Dia selalu menghindari percakapan yang aku coba bangun agar kami bisa bercerita seperti dulu. Akulah yang membuat dia seperti itu. Memaksanya meninggalkanmu, merampas kesempatan kebersamaan kalian yang bahkan itupun seharusnya tidak terlalu lama dulu. Tapi aku membuatnya berhenti tersenyum sepanjang tahun ini, Cang."

KAMU SEDANG MEMBACA
About Our Heart
Historia CortaSetelah kenekatan konyolnya tak berbalas, membuat Mauren menjauhi Om Icang tersayangnya. Dirinya bukan lagi anak kecil yang bisa bermanja-manja pada lelaki itu, meskipun lelaki itu masih saja menganggapnya anak kecil kesayangannya. Kapan sih, Om Ica...