iii

2.3K 261 19
                                    

Masih mencoba mengenali karakter mereka,, vote n komen nya please,, biar lapaknya rame...
Happy reading😊
***

Mauren lebih baik diam daripada akan melakukan lebih banyak hal yang membuatnya malu.

Mereka semua sudah selesai makan malam setelah nonton tadi.

Bahkan kini dirinya tengah berdua dengan Icang, dalam perjalanan pulang.

Icang mengemudi dengan kecepatan santai. Membuat Mauren gemas dan ingin sekali mengambil alih kemudi dan secepatnya bisa sampai rumah. Ia sudah tak tahan dengan kelakuan Icang hari ini.

Kalau memang pria itu tak bisa menerima pengakuan cinta Mauren. Mauren berharap mereka bisa menjaga jarak. Bukannya malah seakan tak ada apa-apa dan tetap menjaga kedekatan mereka. Hati Mauren tak bisa lagi menerima lebih banyak hal seperti itu dari orang yang ia harapkan bisa menjadi miliknya tapi mustahil untuk ia dapatkan lebih dari saat ini.

"Kamu pendiam sekali hari ini, Babygirl.."

Mauren menghela nafas.
"Kapan memangnya aku pernah cerewet, Om.."

"Biasanya kamu bawel kalau sama Om.."

"Om jangan berlagak bego deh, kayak nggak pernah terjadi apa-apa di antara kita, deh, Om..."

"Lho memang tidak ada apa-apa kan?"

Suara Icang yang tenang serta pembawaannya yang sedatar biasanya, membuat Mauren menghela nafas kesal, lagi.

"Om tentu ingat yang kulakukan tadi dan dua minggu yang lalu kan? Aku serius dengan semua yang aku katakan dan aku lakukan. Perasaanku juga belum berubah. Jadi kalau Om nggak bisa membalasnya, lebih baik Om jangan berada di sekitarku lagi. Atau aku yang akan pergi dari hidup Om."

Icang tak menyahut, bahkan bereaksi pun tidak. Pandangan lelaki itu masih tetap terfokus pada jalanan yang mereka lalui.

Suara ponsel berdering memutus keheningan di antara mereka.

"Iya, Bang..."

Pasti itu Papanya. Icang sekarang memang memanggil papa Raul dengan sebutan Abang, seperti mamanya juga. Dulu Mauren terbiasa mendengar Icang memanggil papanya dengan sebutan Tuan. Menebalkan batas siapa Icang bagi keluarga Mauren selama ini. Namun sejak kepemilikan Meteor.id 100% diserahkan kepada Icang, papanya bersikeras tidak mau dipanggil tuan lagi oleh Icang.

"Iya, ini Mauren bersama saya, sudah dalam perjalanan pulang... Oke siap, Bang..."

Pikiran Mauren kembali terbawa kejadian sore tadi saat nonton. Dirinya yang sok berani saat teman-temannya memilih film horor, harus menahan takut oleh gengsi karena melihat senyum Icang yang seakan menertawakannya. Melihat nomor tiketnya pun Mauren tahu Icang pasti memilih bangku di sebelahnya. Jadi ia menukarnya dengan Shinta.

Ketika adegan horor itu mulai berlangsung, Mauren yang mulai ketakutan, merasakan genggaman serta usapan halus menenangkan. Itu bukan tangan Shinta. Gurat kasar dan terasa hangat itu milik pria ini. Mauren sudah tak bisa lagi berkonsentrasi pada filmnya

Namun hanya sekejap kemudian suara pekikan para penonton kembali terdengar, genggaman itu terlepas. Mauren menoleh dan mendapati tangan yang tadinya menggenggamnya telah berganti mengelus tangan Shinta yang tengah menggelayut di lengan Icang.

Mauren bergegas keluar dari studio, menuju toilet. Hatinya bergemuruh. Menahan desakan rasa tak nyaman. Juga airmatanya yang tanpa sadar keluar membuatnya terisak.

"Bodoh,,"  maki Mauren pada pantulan dirinya di cermin setelah mencuci muka.

Ia malas kembali masuk ke dalam dengan wajah sembab. Ia tak yakin bisa mengatasi wajah sembabnya itu sampai akhir film. Tak lucu bila teman-temannya tahu dia menangis setelah menonton film horor, mana mungkin terjadi, kan?

About Our HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang