Laki-laki tampan itu keluar dari ruangan kebesarannya. Menunduk sopan menyapa sang sekertaris kemudian masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai 3. Dia melirik jam tangannya, sudah jam 15.35. Memang bukan jam pulang orang kantor tapi dia harus cepat-cepat sampai di rumah sore ini
Arga Marchelino Adelardo. Laki-laki di balik kesuksesan Adelardo enterprise. Perusahaan besar menjadi semakin besar saat Arga memimpinnya. Perkembangannya semakin pesat. Tampan, pintar, pemimpin, mapan, dan muda membuat Arga kerap kali mendapat tawaran dari rekan-rekannya
Tawaran menjadi menantu. Kebanyakan dari mereka menawarkan putrinya. Menyebut kelebihan yang putrinya miliki berharap Arga akan tertarik. Nyatanya dia tidak tertarik sama sekali. Sebab ketertarikannya hanya untuk perempuan yang dia temui 5 tahun lalu
Begitu sampai di lantai tujuannya, Arga di sambut dengan beberapa orang yang juga menunggu lift. Mereka menunduk pada atasannya itu. Aura kekuasaan dan kepemimpinan dari laki-laki itu sangat kental. Pemilik mata tajam itu mengambil langkah lebar keluar dari lift
"gila sih gateng banget!!! "
"hustt..nanti dia denger"
Hal seperti itu sudah biasa dia dengar. Tidak suka memang tapi Arga membiarkannya. Dia tidak perlu susah-susah mengurusi orang lain yang bebas berpendapat tentangnya. Well, dia akui sekarang kalau dia memang serupawan itu
"Marchel!" panggilan seseorang di belakangnya membuat Arga menoleh kemudian berhenti berjalan
Sedikit rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Begitu gadis itu di depannya, Arga menjadi salah tingkah namun masih bisa bersikap biasa saja
"hm?" kedua alisnya terangkatSial. Kenapa dia jadi gugup begini
"kamu udah mau pulang ya?" tanya Mauren
Arga mengangguk singkat "iya, kenapa?"
"saya boleh ngomong sebentar sama kamu?"
Kalimat Arga tertelan kembali saat suara kembarannya terdengar menyapa dari arah belakang. Bukan menyapa, dia berteriak
"OH! KAKAK IPAR"
Membulatkan matanya, Arga menoleh pada Rega yang kini sudah menjabat tangan Mauren lama di depannya. Arga tidak suka melihatnya. Cemburu? Iya Arga cemburu. Dan dia tau sebenarnya ini cuma akal-akalan Rega biar dia terlihat cemburu
Kalau begitu selamat, dia berhasil
Deheman keras dari Arga membuat Mauren buru-buru melepaskan tangan Rega
"hello brother" sapa Rega. senyum menyebalkan dari Rega membuat Arga memutar bola mata malas
"Papa Adhiwijaya undang kamu makan malam di rumah. Tapi kalau kamu ngga ada waktu juga ngga papa kok" ujar Mauren. Gadis itu sama kikuknya dengan Arga
"kapan?"
"emm...besok malam"
"saya ngga bisa besok"
Rega mendengus malas mendengarnya. Besok Arga harus ke Italia untuk mengurus kepindahannya kesini. Tapi Rega pikir itu bisa di tunda. Makan malam bersama keluarga Adhiwijaya tidak boleh Arga lewatkan
"bisa! Dia ngga ada jadwal besok sampai malam" celetuk Rega mendapat tatapan tajam dari Arga
"Ga, besok gue harus—"
Mendesis, Rega melototkan matanya mengode kembaran bodohnya ini. Arga yang tidak mengerti mengangkat bahunya tidak tahu. Memutar bola mata malas, Rega mendekat kemudian berbisik
"ngga papa tiket hangus, masih bisa beli lagi. Tapi kesempatan pdkt lo ngga boleh lo sia-siain bodoh" bisiknya pelan
"hehehe...maaf Ren, biasa lah urusan saudara" kekeh Rega
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grumpy Girl
Teen Fiction[PROSES REVISI] Semesta kadang melucu soal takdir Semesta sengaja mempertemukan kita, Namun menyatukan kamu dengan dia Semesta memang suka bercanda Dan mereka adalah korban dari kebercandaan itu Semuanya terjadi secara tiba-tiba, mereka berakhir den...