R-45

8.7K 797 713
                                    

"Ayah harap kamu bisa paham sama masalah ini."

"Ayah mau kamu turutin kata Kakek."

"Ini demi kebaikan keluarga kita Leo."

"Demi masa depan kamu!."

"Demi masa depan Lalisa!."

"Inget, keluarga ini ada ditangan kamu."

"Lupain Aurora, kamu sudah punya jalan yang seharus emang kamu jalanin. Ingat itu!!."

Begitulah kata perkata yang selalu Leo ingat setiap dirinya ingin melangkah entah kemana. Ucapan dan tekanan Ayahnya membuat hati dan batin menangis kencang. Leo tidak suka dipaksa, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti Ayah dan Kakeknya.

Melepas Aurora adalah kesialan yang amat ia jauhi, namun sekarang? Tanpa kesialan ia harus siap melepas Aurora perlahan-lahan. Melepas bukan berarti berhenti jatuh cinta bukan?.

"Andai ngelupain lo segampang jatuh cinta sama lo. Mungkin gue ga sepusing ini." Gumam Leo menatap jalanan malam yang penuh dengan kendaraan beroda 2 atau 4.

***

Tidak seperti biasanya. Di pagi ini, hari ini, detik ini, atau bahkan saat ini, Aurora tidak merasakan hal apa-apa. Semua tampak seperti mati rasa, bahkan rasa sakit sekalipun rasanya sudah biasa ia telan. Bagaimana hubungan nya dengan Leo?.

Seperti sehelai benang putus yang terombang-ambing tidak jelas. Tak punya arah, atau bahkan tidak ada yang memperdulikannya. Mata gelap coklat Aurora menatap laki-laki yang masih berstatus pacar nya sedang dekat dengan perempuan masa lalu nya, Ananta.

Kedatangan Leo dengan anak baru membuat SMA Pusaka Indah Jaya menjadi heboh, ada sebagian yang beranggapan bahwa mereka hanya bersahabat dan yakin bahwa Leo tidak akan putus dari Aurora, namun ada juga yang beranggapan bahwa perempuan tersebut adalah pacar baru Leo dan Leo yang sudah putus dari Aurora.

Sakit, itu yang ada di benak Aurora.

Aurora berusaha santai dan tidak ambil pusing, meski di otak nya banyak pertanyaan dan luka yang menghantam. Aurora berusaha untuk stabil dalam menempuh pendidikan dengan profesional. Jalan di koridor sekolah membuat Aurora mendapat semangat dari siswa siswi dengan tulus. Aurora mengaku bersyukur akan hal itu.

"ANJING! LEO SIALANNN!!."

Teriak Amanda berani tepat dibelakang Aurora yang jaraknya tidak terlalu jauh, mengapa Amanda teriak? ia melihat Aurora Dihadapannya yang sedang melihat Leo dengan Ananta, Ananta yang sontak terkejut membuat dirinya menoleh, bukan hanya Ananta. Namun siswa siswi yang mendengarkan nya juga menoleh.

Gang Rivalleo yang memang sudah muak dengan pola fikir Leo hanya bisa diam dan tidak ingin mengambil jalan apa-apa, toh apa yang dilakukan Amanda memang benar.

"Araa!!." Panggil Kanaya yang memang bersama Amanda, Kinara, dan juga Aurrel.

Aurora menoleh kebelakang dan tersenyum kecil ketika melihat sahabat-sahabatnya sedang menuju ke arahnya. Melambaikan tangan nya dengan sedikit semangat. Mereka fikir mereka berhasil di tipu daya oleh senyum dan ceria Aurora? Tidak.

"Ayoo kita lewatin gerombolan anak-anak cupu itu!." ajak Kanaya dengan nada seperti ingin berbaku hantam.

"Tahan nay tahannn." Sergah Aurrel frustasi sembari menahan Kanaya dengan lebay.

"Drama banget kalian ini, kaya Ananta, ehh." Ujar Kinara spontan yang terlihat sengaja dan membuat mereka tertawa.

"Tenang ae ra," ucap Amanda yang langsung merangkul bahu Aurora.

RIVALLEO. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang