R-58

7.4K 783 543
                                    

Sejak kemarin Aurora mencari keberadaan Leo. Namun nihil, laki-laki itu tidak menunjukan batang hidung nya sama sekali. Hal itu membuat Aurora benar-benar merasa bersalah dan khawatir. Pasalnya semenjak Leo melihat dirinya berpelukan dengan Rama alasan Farhan. Dirinya tidak ada kabar sama sekali.

"Gue harap Leo ga lupa sama janji dia." Gumam Amanda saat dirinya berpas-pasan dengan teman-teman Leo tanpa ada Leo disisinya.

"Dia lagi nenangin diri." Sahut Gavino.

"Ga perduli, mau dia nenangin diri dia kek, mau dia ngeluapin emosi dia kek!! gue tetep ga perduli."

"Seharus nya temen lo itu mikir, dari awal dia deket sama Aurora. Disini bukan dia yang terluka. Tapi temen gue, Aurora. Paham lo?." Jelasnya lagi dengan nada yang penuh tekanan.

Amanda pergi meninggalkan mereka dengan menarik tangan Aurora. Mereka berdua tidak memperdulikan tatapan dari siswa siswi yang melirik mereka. Tidak perduli, yang penting Amanda sudah memberi peringatan.

"Rell." Panggil Aurora ketika melihat Farrel keluar dari Toilet Laki-laki.

Farrel menoleh, berjalan menuju mereka ketika Aurora memberi kode menyuruhnya untuk mendekat menggunakan tangan. Entah mengapa, jika Aurora melihat Farrel, ia juga bisa merasakan adanya Farhan.

"Gue mau ngomong sama lo." Ajak Aurora.

"Ayo." Amanda mengangguk paham ketika Aurora menoleh padanya.

Kini Farrel dan Aurora sudah berada di Taman belakang sekolah mereka. Didepan danau yang warna air nya sedikit hijau. Mereka tidak duduk, melainkan berdiri tanpa berhadapan dengan bisu nya masing-masing.

"Rell." Gumam Aurora tanpa menoleh.

"Gue udah tau semuanya." Lanjutnya.

Farrel menganggukan kepala nya. Ia paham kemana arah Aurora berbicara. "Terus?." Tanya Farrel.

Terus katanya?. Dasar kulkas!.

"Kenapa ga bilang dari awal Rell? Kenapa ga bilang kalau Pak Rama itu kakak lo? Dan kenapa juga ga bilang kalau lo suka sama gue?." Tanya Aurora yang membuat Farrel langsung menoleh padanya.

Ketika tahu Farrel menoleh padanya. Ia ikut menoleh juga. Untuk pertama kali nya Farrel bisa menatap mata indah itu dengan lama. Mata yang selalu menatap Leo kini menatap dirinya. Ia tidak munafik, sesenang ini rasanya.

"Udah bilang waktu itu."

"Ck! Sebelum gue sama Leo kenal. Waktu gue sama lo masih kelas 10!."

"Gue ga mau lo tau keberadaan kakak gue, karna saat itu gue cuma mau lo punya gue." Jawab Farrel jujur.

"Tapi lo nya aja ga bilang ke gue."

"Kelas 10 bukan buat cinta cintaan Ra, gue masih labil saat itu, gue cuma takut ditolak sama lo. Dan kelas 11 gue udah berani buat ngaku, tapi malah keduluan." Balas Farrel dengan senyum tipis nya.

"Jangan bahas ini lagi Ra, gue ga mungkin terus ada diantara lo sama Leo."

Aurora tergegun mendengarnya. Ia kira selama ini dirinya yang menjadi darah dari duri Leo. Namun ternyata salah. Ia menjadi duri sehingga Farrel lah yang terluka.

"Makasi Rell, makasih karna lo udah ngelakuin semua nya buat gue. Lo relain perasaan lo, lo relain jabatan lo di Rivalleo, dan lo rela nahan sakit demi gue sama Leo bisa bahagia."

"Makasih atas semua perjuangan yang belum sempet gue bales."

Farrel tersenyum mendengarnya. Ia mengangguk patuh merespon semua pertanyaan Aurora. Tidak sesakit dulu ternyata, apa ini artinya ia sudah bisa merelakan Aurora secara perlahan?.

RIVALLEO. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang